4. Takdir

14 3 0
                                    

Setelah bersiap kami segera pergi menuju duchy eternal, liana menaiki kereta kuda sedangkan aku bersama ibu menaiki kuda yang telah disiapkan. Perjalanan kami memakan waktu satu hari saja, di pagi harinya kami akhirnya sampai ke kastil eternal. Aku benar-benar sangat takjub dengan pemandangan yang kulihat sekarang, "(Jadi disini rumah liana, tetapi kenapa dia selalu pergi ke batang pohon yang berongga itu ya)" ucapku dalam hati sembari melihat ke arah kereta kuda yang dinaiki liana.

Setelah sampai dan merapikan barang, aku dan liana serta ibu berpisah. Karena liana harus segera bersiap untuk menemui grand duchess dan ibu juga harus memberitahu kembalinya dia ke pasukan kesatria, sedangkan aku diajak oleh sir roberto untuk melihat para kesatria berlatih di pusat pelatihan kesatria serta berkeliling kastel. Dimana tempat tempat yang boleh aku datangi dan tempat yang tidak boleh ku datangi.

Setelah itu aku diarahkan ke tempat tinggal ibu dulu, yang akan aku dan ibu tinggali mulai hari ini.

"Wah tempat ini lebih luas daripada rumahku yang dulu" ucapku sembari berjalan melihat-lihat.

"Kalau begitu paman roberto pergi terlebih dahulu, ada pekerjaan yang harus segera paman selesaikan" ucap sir roberto.

"Baik paman roberto " jawabku.

Aku menyelesaikan berkeliling di dalam rumah, setelah itu aku menuju ruang tamu dan duduk di sofa yang sangat empuk. Aku menatap kearah jendela yang ada di depan tempatku duduk itu, disitu terlihat para kesatria yang sedang berlatih di lapangan pelatihan kesatria yang tidak jauh dari rumah ibu.

"Kira-kira pangkat ibu dalam duke eternal apa ya, kenapa ibu tinggal di sebuah rumah sedangkan kesatria yang lain tinggal di asrama." Ucapku kebingungan.

Angin yang berhembus dari sela-sela jendela dan suasana hangat yang nyaman membuatku merasa ngantuk, aku membaringkan badanku ke sofa dan tanpa kusadari akupun tertidur.

Aku terbangun dalam ruangan yang dipenuhi dengan warna hitam dan hanya terdapat satu meja serta dua kursi yang saling berhadapan, aku berjalan perlahan menuju kursi itu. Entah karena alasan apa aku mendekati kursi itu, tetapi satu hal yang kutahu adalah aku merasa familiar dengan tempat ini.

"Kamu sudah datang ternyata" ucap seorang wanita dengan pakaian yang tertutup berwarna hitam mulai dari atas ke bawah. Yang bisa kulihat dari wanita itu hanyalah senyumnya yang mengarah padaku.

"Anda siapa?" Tanyaku.

Wanita itu hanya tersenyum kepadaku, lalu mempersilahkan diriku untuk duduk dan barulah ia sendiri duduk.

"Rupanya kamu tidak mengingat apapun ya, tapi tidak apa-apa perlahan kamu akan mengingatnya" ucap wanita itu.

Aku kebingungan dengan perkataan nya tetapi yang ku curigai saat ini adalah entah kenapa aku juga merasa familiar dengan semua ini dan tanpa kusadari rasa waspada ku benar-benar terlihat.

"Tenang saja tidak perlu waspada seperti itu, aku berada di pihakmu. Untuk kali ini aku hanya ingin bertemu dengan mu, jika ingin kembali kamu bisa keluar dari pintu yang ada dibelakangmu." Ucap wanita itu sembari tersenyum, lalu tiba-tiba muncullah sebuah pintu putih yang muncul dibelakang diriku.

Aku tidak tahu apa yang dia ingin kan tetapi aku memilih untuk keluar dari tempat itu, aku membuka pintu itu dan cahaya menyinari ruangan itu perlahan.

"Sampai jumpa lagi an....."

Sebelum wanita itu sempat menyelesaikan perkataannya, aku terbangun dari mimpiku.

"Itu mimpi apa ya?" ucapku kebingungan.

Aku mendengar suara dari ruang makan, jadi aku memutuskan untuk kesana. Disana ada ibu yang tengah menyiapkan makan malam.

"Kamu sudah bangun, sini makan" ucap ibu lembut.

Aku tersenyum dan berjalan kearah ibu.

Keesokan harinya pada pagi-pagi sekali liana menghampiri rumahku.

"Eh liana, kenapa kamu kesini?" Tanya ku kebingungan.

"Boleh ikut sarapan" jawab liana.

"Eh.. boleh kok" ucapku kebingungan.

Aku mempersilahkan liana untuk masuk dan mengarahkan nya ke ruang makan, sepertinya ibu tidak terkejut dengan kehadiran liana.

"(Kenapa dia ikut sarapan bersama kami ya, bukannya dia nona dari duchess eternal. Bukankah harusnya makanan di kediamannya lebih enak dari disini)" ucapku dalam hati.

Sarapanku dengan ibu berakhir seperti biasa meskipun kedatangan satu tamu yaitu liana, setelah selesai sarapan liana menarik tanganku dan mengajakku untuk berkeliling kediamannya. Mulai dari kamarnya, dapur, ruang makan, ruang tamu dan terakhir kami berhenti sejenak di dalam perpustakaan yang sangat besar sekali.

"Wah.. banyak sekali buku disini, apa aku boleh membacanya?" Tanyaku.

Liana hanya mengangguk pelan dan pergi, sepertinya ia juga sedang mencari buku yang ingin dia baca. Kami menghabiskan waktu kami di perpustakaan dan tak terasa waktu sudah sangat sore, jadi aku dan liana memutuskan untuk kembali. Tetapi sebelum kembali liana berlari mengambil sebuah buku dan memberikannya padaku.

Aku melihat judul buku tersebut dan ternyata buku itu adalah dongeng yang sering ibu bacakan kepadaku, "Kenapa kamu memberikan ini, apa kamu mau aku bacakan dongeng ini sebagai pengantar tidur?" Tanyaku.

Liana mengangguk, pada awalnya aku bingung tetapi aku segera menyetujuinya karena wajah liana yang tampak sedih. Sesampainya di kamarnya ia segera bersiap untuk tidur, dan aku duduk di kursi yang sudah disediakan oleh pelayan liana. Aku membacakan dongeng tersebut sama seperti disaat ibu membacakannya untukku dan tanpa kusadari ternyata liana sudah tidur.

Akupun meletakkan buku dongeng tersebut dan keluar dari kamar, sebelum tanganku menyentuh pintu. Tiba-tiba pintunya terbuka yang membuatku terdorong.

Bruk...
Aku pun terjatuh.

"Aduh..." Ucapku.

"Siapa kamu" ucap seseorang dengan hawa membunuh yang membuatku sulit bernafas.

Son Of The Goddess Of The Dead Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang