5. Ketertarikan

13 3 0
                                    

"Kemana perginya anak ini, aku sudah mencarinya ke mana-mana. Sepertinya hanya satu tempat yang belum aku datangi, tapi tidak mungkin kan bintang ada di sana" ucap ibu sembari berjalan ke ruang kerja duchess.

Tok...tok...tok....
"Permisi duchess eternal, apakah nyonya memanggil saya" ucap ibu dari balik pintu.

"Masuklah" jawab duchess eternal singkat.

Ibu membuka pintu dan dia terlihat kaget melihatku yang tengah duduk di depan grand duchess.

"Apakah dia benar anakmu?" Tanya duchess eternal.

"Benar nyonya" jawab ibu.

Aku hanya bisa menundukkan kepalaku karena hawa membunuh grand duchess yang di arahkan kepadaku benar-benar sangat pekat, semua bulu kudukku berdiri dan badanku gemetaran. Bahkan aku tidak bisa mendengarkan apa yang ibu dan grand duchess bicarakan, rasa takut yang memuncak seperti di hadapkan dengan singa yang sangat besar.

"Meskipun dia tidak membahayakan liana, tapi kamu tau seorang laki-laki memasuki kamar seorang gadis di malam hari seperti ini bukankah tindakan yang tidak sopan." Ucapan grand duchess dengan tatapan nya yang dingin tanpa ekspresi.

"Maafkan saya nyonya, saya akan mengajari anak saya lagi tentang etika tersebut." Jawab ibu dengan menundukkan kepala.

"Baiklah, hari sudah malam kalian boleh kembali." Ucap grand duchess.

Ibu membungkuk dan menbawaku keluar dari ruangan grand duchess, aku dan ibu kembali dengan keadaan diam tanpa mengatakan satu kata pun. Sesampainya di rumah, ibu juga tidak mengatakan apapun dan hanya tersenyum lembut dan memberikanku makan malam yang sangat enak. Setelah makan ibu mengantarku ke kamar setelah itu ibu kembali ke kamarnya.

Aku yang berbaring di kasur tidak bisa tertidur, karena pengalaman yang kurasakan saat di ruangan Grand Duchess masih membuatku takut.

"Apakah aku akan dilarang bermain dengan liana lagi" ucapku sembari menutup mataku.

Sementara itu di ruang kerja grand duchess, "Nyonya ini adalah berkas tentang anak dari dame luna yang ia adopsi" ucap sir roberto.

"Hmm... Ditemukan di hutan ya, benar-benar menarik. Apakah kamu sudah menyelidiki nya, siapa tahu ada yang melihat seseorang yang menggendong bayi itu ke hutan." Tegas grand duchess

"Tidak nyonya, seperti anak itu benar-benar lahir di hutan tersebut." Jawab sir roberto.

"Baiklah kamu boleh keluar." Ucap grand duchess sembari membaca kembali berkas yang di berikan sir roberto.

"Baik nyonya" jawab sir roberto berjalan keluar dari ruangan.

Grand duchess duduk diam mengamati berkas yang menumpuk itu, lalu berjalan kearah jendela.

"Ini benar-benar mengingatkanku tentang cerita yang di katakan nenek kepadaku, seseorang yang lahir tanpa ibu dengan menggenggam kekuatan dari sang dewi lana. Yah meskipun itu hanya sebuah dugaan, tetapi lebih baik melihat apa yang akan terjadi kedepannya" ucap sang grand duchess sembari menatap sinar bulan yang indah dengan bintang-bintang yang menghiasi langit.

5 tahun telah berlalu semenjak aku tinggal di duchy eternal yang berada di utara. Dalam 5 tahun terakhir aku melatih diriku untuk mengikuti test yang diadakan untuk mendapatkan beasiswa akademi yang diberikan oleh grand duchess untuk anak-anak 10 tahun yang berbakat.

"Hei bintang, kamu pagi-pagi begini sudah latihan ya. Bukannya nanti siang test akan diadakan, memangnya kamu tidak kecapean kalo memaksakan tubuhmu seperti itu?" Tanya sir roberto.

"Kamu pikir anak yang ku ajari selama 5 tahun ini akan kelelahan karena latihan pagi begini" jawab ibu disamping sir roberto.

Dalam beberapa bulan setelah kembalinya ibu ke pasukan, ibu segera diangkat menjadi komandan pasukan kesatria batalion 1 dengan sebutan sang serigala wanita. Banyak prestasi yang ibu dapatkan setelah menjadi komandan terutama dalam peperangan antara kekaisaran ramonse dengan kekaisaran albroug.

"Bintang!" Teriak liana yang tengah berlari ke arahku sembari melambai kan tangannya.

Aku membalas lambaian tersebut dengan tersenyum, pada awalnya kukira grand duchess akan melarangku untuk menemui liana lagi. Tetapi semua kekhawatiranku ternyata tidak menjadi nyata dengan satu syarat aku harus belajar teknik berpedang dari grand duchess setiap selesai latihan bersama ibu. Pada awalnya latihan yang kujalani benar-benar sangat berat, apalagi tatapan grand duchess yang diarahkan kepadaku saat liana membawakan ku minuman.

"Bintang kenapa ekspresi mu seperti itu?" Tanya liana yang kebingungan.

"Hahaha... Tidak apa-apa hanya mengenang kenangan yang menyakitkan" balasku.

Wajah liana masih kebingungan sedangakan ibuku sedang bertengkar dengan sir roberto.

"Oh iyah, kenapa kamu kemari?" Tanyaku.

"Ah aku hampir lupa, ikut aku" ucap liana sembari menarik tanganku untuk pergi kesuatu tempat.

Aku mengikutinya tanpa bertanya apapun.

"Tutup matamu oke!" Perintah liana kepadaku.

Aku yang bingung segera menutup mataku, pada awalnya aku ingin mengintip sedikit tetapi ketahuan.

"Sekarang kamu boleh membuka matamu" ucap liana.

Aku membuka mataku perlahan, disitu aku melihat liana yang tengah memegang dua bilah pedang yang sangat bagus. Pedang tersebut adalah pedang yang kuinginkan saat pergi ke bengkel pembuatan senjata milik keluarga grand duchess. Aku benar-benar bingung dengan hal yang terjadi sekarang, dikepalaku hanya terpikirkan kenapa liana membawakanku pedang ini.

"Gimana kamu suka gak hadiahku, selamat ulang tahun ya bintang. Aku harap kamu menjadi kesatria yang bisa melindungi orang-orang yang kamu sayangi." Ucap liana tersenyum sembari memasangkan pedang itu di pinggangku.

"Terima kasih liana" ucapku.

Karena pedang yang diberikan liana kepadaku, aku berhasil mengikuti test tersebut dengan lancar dan berhasil mendapatkan beasiswa akademi yang sangat kuiinginkan tersebut. Sesaat setelah itu tiba-tiba saja grand duchess memanggilku ke ruangannya.

Tok.... Tok... Tok...
"Nyonya ini bintang" ucapku

"Masuklah" jawab grand duchess.

Grand duchess mempersilahkanku duduk di depannya, "aku akan langsung bicara ke intinya, aku ingin kamu menjadi kesatria pelindung liana saat ke akademi"

"Eh.. ah.. baik, saya akan melaksanakannya" balas ku kebingungan.

Setelah mengatakan itu grand duchess segera kembali kemeja kerjanya dan menyuruhku untuk keluar. Aku yang masih kebingungan, segera menerima kenyataan tersebut.

"Yah lagipula bukan berarti aku tidak suka" ucapku.

Son Of The Goddess Of The Dead Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang