Di bawah sinar matahari yang akan terbenam, saya duduk dengan santai di depan kampus sambil menghisap rokok. Suasana riuh rendah mengelilingi area itu, dan perhatianku tertuju pada adegan yang ada di sampingku. Sebuah pertarungan gaya hidup hedonisme tampaknya sedang berlangsung antara sekelompok Mahasiswa. Mereka dengan semangat memamerkan outfit yang mencerminkan kecenderungan hedonistik mereka, berlomba-lomba untuk menarik perhatian dan mengesankan satu sama lain.
Dengan pakaian yang mencolok dan aksesoris yang mewah, Para Mahasiswa ini sepertinya tengah mengejar sensasi dan kenikmatan instan. Mereka berusaha menunjukkan eksistensi mereka melalui konsumsi bermerek dan gaya hidup glamor. Adu outfit dan gaya hidup hedonisme ini menjadi seperti berhala modern bagi mereka, di mana kesenangan materi dan tampilan visual mendominasi perhatian mereka.
Dari obrolan mereka terkuak suatu fakta bahwa mereka lebih suka menghabiskan waktu dan uang untuk hiburan, pesta, menghabiskan waktu bermain game, atau kegiatan yang bersifat hiburan tanpa mempertimbangkan akibatnya terhadap kesejahteraan jangka panjang. Memilih aktivitas yang memberikan kesenangan segera daripada investasi pada pengembangan diri, atau belajar. Diskusi-diskusi mengenai topik yang lebih dalam dan berbobot seperti literatur klasik, peristiwa sejarah yang berpengaruh, perkembangan politik, atau masalah sosial sering terabaikan.
Semoga saja mahasiswa yang mengejar hedonisme bukan berasal dari program Beasiswa Bidikmisi. Hehe.
Namun, di tengah gemerlap dunia hedonisme yang diadu oleh para mahasiswa ini, pertanyaan mendasar tentang arti sejati dari kuliah dan pembelajaran tampaknya tengah terlupakan. Sementara mereka berlomba mengikuti tren dan gaya hidup konsumtif, esensi sebenarnya dari pendidikan menjadi tertutup oleh kemewahan materi dan pencitraan diri. Mahasiswa seharusnya memiliki semangat belajar yang tinggi, kritis dalam berpikir, terbuka terhadap berbagai pandangan, dan memiliki tanggung jawab terhadap tugas akademik dan sosialnya. Mereka juga sebaiknya aktif dalam mengembangkan diri, berkontribusi pada komunitas, serta menjunjung etika dan integritas dalam setiap tindakan.
Tentu, setiap individu memiliki hak untuk menjalani gaya hidupnya sesuai dengan pilihannya. Namun, penting juga untuk menjaga keseimbangan antara kesenangan pribadi dan tanggung jawab sosial serta akademik sebagai mahasiswa. Mengejar keseimbangan antara kesenangan duniawi dan pertumbuhan intelektual. Menjadi seorang mahasiswa bukan hanya tentang mengejar gelar, tetapi juga tentang mengeksplorasi wawasan, mengembangkan pemikiran kritis, dan tumbuh menjadi pribadi yang seimbang dan berbudaya.
Dengan langkah mantap, saya berjalan menjauh dari mereka menuju pintu gerbang kampus. Meninggalkan sorotan canda dan bicara tentang kehidupan hedonisme di belakangku.
Quotes: Pilihlah jalan yang lebih bermakna, mengembangkan diri dan mewujudkan impian, sementara orang lain mungkin masih terperangkap dalam siklus hiburan semu yang tak berkesudahan.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.