2

32 8 0
                                    

Prang.

Alla langsung terbangun saat mendengar suara gaduh dari luar, apakah orang tuanya bertengkar lagi? Setahun belakangan ini hidup Alla tidak tenang, Papa dan Mamanya selalu saja bertengkar. Apa mereka akan bercerai? Jangan! Alla sangat menyayangi kedua orangtuanya, Alla tidak mau berpisah dengan salah satunya.

Alla merindukan keluarganya yang dulu, saat Papa dengan manis mengecup kening Mamanya dan mengecup pipinya saat akan berangkat bekerja. Semua tak lagi sama, Alla sungguh benci dengan perubahan.

Tak terasa setetes air mata keluar dari matanya, Alla langsung mengusapnya kasar. Jangan sampai dia datang ke sekolah dengan mata dan hidung yang memerah, malu!

Alla melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 05.50 . Alla langsung bergegas untuk mandi dan bersiap berangkat ke sekolah.

****

Alla sudah rapi dengan seragamnya. Alla menggerai rambut panjangnya karna tak sempat untuk sekedar merapikannya, dia hanya menyisir rambutnya.

Alla mengeluarkan motornya dari dalam garasi. Dia memang tidak pernah sarapan setiap pagi, itulah alasan kenapa dia selalu pergi ke kantin setiap pagi. Tidak ada sarapan bersama lagi di keluarganya, juga tidak ada lagi masakan Mama di pagi hari, Alla terpaksa membeli makanan di kantin.

****

"Zadaaaaa," panggil Alla saat melihat sahabatnya itu. Zada menoleh dan berhenti berjalan untuk menunggu Alla.

"Ada pr nggak?" Tanya Alla yang sudah berada di samping Zada.

"Bahasa Inggris dan Matematika kemarin."

Alla membelalakkan matanya, astaga kenapa dia bisa lupa, " Zada lihat punya lo yaaa, gue lupa belum ngerjain."

"Lo inget juga nggak dikerjain la," jawab Zada. Bukan sekali dua kali Alla tidak mengerjakan PR, tapi setiap hari! Alla memang real beban, bahkan tugas yang dikerjakan di sekolah saja dia tidak pernah mengerjakan, untung bisa diandalkan saat pelajaran matematika dan fisika

"Zada temenin ke kantin dulu yok, beli makan," ajak Alla. Zada menurut saja, dia kan memang babunya Alla.

Alla lebih suka pergi ke kantin di pagi hari, selain dia memang sudah lapar karna tidak sarapan, juga kantin yang masih sepi dan tidak perlu berdesakan-desakan, makanannya pun masih hangat.

"Zada mau?" Tawar Alla. Saat ini dia sedang menyalin jawaban milik Zada sambari makan.

"Enggak, makasih."

"Vio dimana?" Tanya Alla saat melihat kursi Vio yang masih kosong

"Main di kelas sebelah," jawab Zada.

Alla manggut-manggut, dia merasa semakin jauh dengan Vio. Tidak seperti dulu, Vio sekarang tidak pernah bercerita tentang apapun kepadanya.

Terdengar suara langkah kaki memasuki kelas, itu Pak Kenzi. Wah memang pagi yang cerah, pagi-pagi sudah disuguhkan ketampanan Pak Kenzi yang tidak ada duanya. Selain melihat Pak Kenzi, matematika juga mata pelajaran favorit Alla.

Alla terus memandang wajah Pak Kenzi, entah kenapa mata Alla tidak bisa lepas dari Pak Kenzi, Pak Kenzi seperti mengingatkan Alla pada sesuatu.

"Sayang gue bukan murid famous yang bakal dikenal atau dekat dengan Pak Ken,"  batin Alla sedih.

Kenzi menuliskan soal-soal di papan tulis, "ada yang bisa mengerjakan soal ini? Nanti akan saya kasih nilai plus."

Alla langsung mengangkat tangannya dengan semangat, entah kenapa dia tiba-tiba percaya diri untuk menjawab soal, padahal dia adalah jajaran murid yang tidak pernah aktif dalam kelas.

IlusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang