5

23 8 0
                                    

"Viooo," panggil Alla semangat. Alla berjalan tertatih-tatih untuk menyusul Vio yang ada di depannya, kaki Alla sudah mendingan walau masih sedikit sakit.

"Kaki lo kenapa?" Tanya Vio.

"Jatuh kemarin," jawab Alla sambil tercengir lebar.

"Eh kemarin gue belum cerita ya."

"Tentang apa?" Tanya Vio.

"Kemarin gue kenalan sama Gavin," cerita Alla antusias.

"Kok bisa?"

"Iyaa, waktu di perpustakaan kemarin, keren kan?"

"Hebat sih, Gavin agak judes orangnya."

"Alla gitu loohh, lo sama si itu tuh gimana? Ada kemajuan?" Tanya Alla.

Vio menggeleng lesu, jangankan disukai balik sama crush, kenalan saja belum.

Alla selalu menyarankan Vio untuk berkenalan dulu, tapi rasa gengsi Vio sangat tinggi, bahkan Alla sampai greget sendiri dibuatnya.

"Eh si Raya ikut olimpiade matematika loh," ujar Vio memulai topik baru.

"Hah kok bisa?" Tanya Alla tidak percaya. Entah kenapa dia merasa sedikit kecewa, kenapa dia tidak pernah dipilih untuk olimpiade matematika? Padahal Alla merasa bahwa dia bisa dalam bidang itu.

"Bisa lah, Raya kan pinter, peringkat satu."

Alla akui Raya menang pintar, tapi menurut Alla Raya tidak terlalu pintar di mapel matematika.

"Heh Alla nggak boleh iri dengki," batinnya mengingatkan.

Raya memang siswi famous disini. Raya pintar, cantik, ramah, sangat idaman sekali.

"Iri ya?" Ejek Vio. Alla mengangguk, dia memang iri kepada Raya.

"Nggakpapa, sebagai figuran kelas lo harus terima," ucap Vio sambil merangkul pundak Alla yang jauh lebih pendek dari Vio.

"PR bahasa inggris dari Bu Pua lo pasti belum kan? Nih lo boleh liat punya gue," tawar Vio.

Alla tersenyum, walaupun Vio terkadang terlihat tidak suka padanya. Tapi Vio tetap sahabatnya.

"Tapi temenin ke kantin dulu yuk," cengir Alla. Vio pun hanya memutar bola matanya malas.

****

Alla masuk kedalam perpustakaan, dia berniat mengembalikan buku yang sudah dirinya pinjam kemarin, dia juga ingin membaca buku disana.

Tidak seperti biasanya perpustakaan yang biasanya sangatlah sepi kini menjadi sangat ramai, bahkan semua meja dan kursi disana sudah penuh.

Alla jadi bingung dia akan duduk dimana. Alla melihat satu kursi yang masih kosong, tapi disana ada Pak Kenzi! Dan juga Raya, pasti Raya sedang belajar untuk olimpiade matematika nanti.

Alla memberanikan diri untuk izin duduk di kursi itu. Mau bagaimana lagi, masa iya dia duduk di lantai, "permisi Pak, boleh duduk disini nggak? Kursi yang lain sudah penuh."

Kenzi mengangguk meng-iyakan, "silahkan."

"Makasih Pak," ujar Alla sambil duduk di samping Kenzi.

Alla fokus dengan bacaannya, tapi lama-lama kok Alla merasa panas ya? Raya dan Pak Kenzi sangat dekat. Alla jadi iri.

Alla melihat sekeliling, perpustakaan yang penuh dengan siswi perempuan. Pasti mereka semua adalah fans Pak Kenzi.

Hingga akhirnya Alla tidak bisa fokus dengan bukunya dan malah ikut mendengarkan penjelasan Pak Kenzi.

IlusiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang