Alla sedang makan di kantin sekolah, ditemani Zada yang setia melihat handphone nya.
"Zad perasaan cowok yang di sana ngeliatin lo terus deh," ujar Alla.
Zada langsung menoleh kearah laki-laki yang dimaksud Alla. Netra mereka bertubrukan, terlihat laki-laki itu gelagapan dan langsung memalingkan wajahnya.
"Itu bukannya Reza kakak kelas kita ya, yang anggota OSIS itu kan," tebak Alla yang diangguki Zada.
"Suka sama lo kayaknya."
Zada hanya menghendikkan bahunya acuh.
"Zad, perasaan lo nggak pernah suka sama cowok deh. Jangan jangan kamu lesbi ya? Terus suka sama gue," cerocos Alla. Zada yang mendengarnya langsung menempeleng kepala Alla karna ucapannya yang ngawur.
"Gue masih normal, kalo gue lesbi juga nggak bakal milih lo," jawab Zada.
Alla hanya mendelik mendengarnya. mencoba mengabaikan ucapan Zada, Alla kembali fokus untuk makan. Hari ini Alla tidak sarapan lagi, bukan hanya hari ini tapi memang setiap hari dia tidak pernah sarapan. Sebenarnya sangat boros jika dia terus membeli makanan di kantin, gini-gini Alla adalah anak yang suka menabung.
****
Alla memandang wajah tampan Kenzi yang sedang menjelaskan materi pelajaran. Dasar Alla, bukannya mendengarkan malah zina mata. Dalam seminggu memang ada tiga pertemuan pelajaran matematika, dan tiga hari berturut-turut, jadi selama tiga hari itu Alla selalu bisa mencuci mata setiap pagi.
Setelah beberapa kali pertemuan dengan Pak Kenzi, ternyata Pak Kenzi tidak semenyeramkan itu. Pak Kenzi ternyata guru yang asik dan bisa diajak bercanda walau dengan ekspresinya yang datar.
Karna merasa bosan Alla membuka coklat yang dia beli tadi di kantin. Alla menunduk untuk memakan coklat itu diam-diam agar tidak ketahuan.
Terdengar suara deheman seseorang di depannya. Alla mendongak melihat Pak Kenzi menatapnya datar sambari bersandar di mejanya. Alla melihat Kenzi dengan tatapan tidak berdosanya dan bibir yang masih sentiasa mengunyah coklat.
"Enak coklatnya," ujar Kenzi yang sudah merampas coklatnya. Dengan wajah yang santai itu Kenzi langsung melahap semua coklat milik Alla hingga habis.
Dasar Pak Kenzi nyebelin! Lihatlah coklatnya habis tak tersisa.
"seenggaknya sisain dikit Pak," batin Alla kesal. Moodnya menurun, Alla menelungkupkan kepalanya mencoba untuk tidur.
"Nara bacakan soalnya," ujar Kenzi.
"Nara? Nara siapa?" Batin Alla bertanya-tanya. Setahunya tidak ada murid bernama Nara di kelas ini.
"Naralla, bacakan soalnya!" Ujar Kenzi lagi.
Alla menunjuk dirinya sendiri, jadi Nara yang dimaksud oleh Pak Kenzi itu dirinya? Kenapa bisa dipanggil Nara.
"Cepat Nara!"
Alla semakin bingung, dalam hatinya dia berkata 'mampus' berkali-kali sedari tadi tidak memperhatikan tentu saja dia plonga-plongo tidak mengerti. Soal yang mana?
Entah mengapa Pak Kenzi bisa menyuruhnya, padahal guru mata pelajaran lain miliriknya saja tidak pernah.
Zada menunjukkan soal yang harus dibaca oleh Alla. Setelah mengetahuinya Alla langsung membacanya.
"Kurang keras, ulangi saya tidak dengar," ujar Kenzi. Heh! Alla sudah keras membacanya, hanya karna duduknya di belakang saja jadi suaranya jadi tidak terdengar.
Alla kembali membaca soal itu dengan berteriak agar Pak Kenzi puas.
****
Setelah satu jam lamanya, akhirnya jam pelajaran matematika selesai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ilusi
Teen FictionKenzi, guru baru di SMA Teratai. Dengan paras tampan wajahnya, tentunya langsung menjadi sorotan di kalangan siswa dan staf sekolah. Banyak murid perempuan yang menyukai guru muda berparas tampan itu. Salah satunya adalah Alla sang figuran kelas. Ta...