kiss me again (lee know x changbin) pt.2

534 37 4
                                    


}{

Pemuda yang lahir ketika rasi bintang Leo muncul itu gelagapan kala sosok lelaki yang sedang ia hindari kini muncul dihadapannya. Menghalangi dirinya yang hendak pergi ke kamar hotel mereka.

Minho dengan wajah tanpa ekspresinya berdiri tepat dihadapan Changbin belum mengucapkan sepatah katapun. Hanya diam dan terus mencegat Changbin kala ingin menghindar darinya.

"Kamu malam ini sekamar sama kakak." Hanya itu yang Minho katakan sebelum akhirnya pergelangan tangan Changbin ia genggam.

Bukan Changbin namanya jika tak memberontak lebih dahulu. Karena akan sia-sia saja kalau dirinya menyerah begitu mudahnya dan Minho akan menganggap dirinya gampangan sekaligus tak punya pendirian. Jelas Changbin enggan hal tersebut terjadi.

"Apaan sih, gak mau!" Changbin menghentikan dirinya untuk mengikuti pria yang lebih tua. Sirat kedua matanya menunjukkan amarah yang sangat amat jarang hadir disana.

"Bin, kakak mau ngomong." Demi hubungan mereka yang lebih baik, Minho melembutkan cara bicaranya. Meskipun ia tidak yakin sampai kapan kelembutan itu bertahan sebab hari ini ia kepalang letih. "Penting," sambungnya.

Changbin memekakkan telinganya sendiri, enggan peduli dengan permintaan dari Lee Minho tersebut. Ia hanya belum ingin dan belum siap untuk berada di satu ruangan berdua saja dengan Minho. Tidak ketika wajahnya masih berubah merah secara instan kala keduanya saling beradu tatap, Changbin tak mau kalah lagi.

"Ngomong disini kan bisa?" Ia berusaha menarik tangannya dari genggaman Minho, meskipun agaknya mustahil akibat cengkraman tersebut terlampau kuat.

Hembusan napas pelan lolos dari bibir Minho, mereka tak bisa terus-terusan begini.

"Kamu mau anak-anak denger soal kita cium—" Minho sukar merampungkan kalimatnya karena telapak tangan Changbin yang bebas bergerak lebih dulu untuk membungkam mulutnya.

Air muka yang semula terlukis perasaan sebal sekaligus kesal itu kini berubah panik. Kedua bola matanya dengan sedikit bergetar mengendar kesana-kemari demi memastikan bahwa tidak ada orang lain di lorong hotel tersebut selain mereka.

"Hushh, ngomong apa sih kok ngawur??!!" seru Changbin sedikit berbisik. Tanpa menyadari bahwa kini dirinya setengah memeluk Minho.

Pria yang lebih tua menaikkan sedikit sudut bibirnya, berusaha menahan tawa meskipun tak akan bisa dilihat. Lantas menggenggam tangan Changbin yang masih  membekap mulutnya. Dan sekarang kedua tangan Changbin telah berada di genggamannya.

"Jadi mau dengerin kakak ngomong nggak?" Minho masih mengungkit topik yang sama. Lalu jika sudah begitu Changbin mana bisa berdalih.

Pemuda yang memiliki rasa bintang leo itu pun mengangguk pelan, meski ada perasaan tak rela tetapi ia tak lagi melayangkan protes. Kali ini membiarkan Minho menarik pergelangan tangannya yang memang tak sekencang sebelumnya.

Mereka pergi menuju kamar Minho, yang memang tidak begitu jauh. Hanya butuh beberapa langkah hingga kini benar-benar hanya tinggal mereka berdua saja. Dan segala kecanggungan itu mulai mencekik kala suara pintu Minho menyentil gendang telinganya, pertanda jika tak ada lagi yang mampu mencuri pandang atau menguping pembicaraan keduanya.

Changbin berdehem beriringan dengan dirinya yang ditarik oleh Minho menuju ranjang. Kemudian yang lebih tua mengisyaratkan kepadanya untuk merubuhkan bokongnya disana. Sedangkan Minho menarik kursi dan duduk tepat dihadapan Changbin tanpa penyekat. Jarak pun seakan tak ada harga dirinya ketika dirasa lutut keduanya mampu bersentuhan kalau-kalau salah satu diantara mereka bergerak, sangat dekat.

"Pertama, kakak minta maaf." Minho tanpa basa-basi pun melantangkan niatnya.

Changbin yang mendengar itu seketika tersedak ludahnya sendiri. Minho yang terlalu to the point itu memang sesuatu yang mengejutkan, mengingat betapa tumpulnya kepekaan lelaki tersebut terhadap lingkungan disekitarnya.

"Maaf karena kakak kurang ajar sama kamu. Gak pernah minta konsen kamu terhadap apapun yang kakak lakukan sampai bikin kamu gak nyaman. Maaf juga karena kakak gak pernah sadar sama tindakan kakak yang melebihi batas. Kakak mungkin terlalu nyaman sama kamu." Minho menaruh salah satu tangannya di atas paha Changbin, mengusap permukaan kulit yang tak tertutup bahan apapun sebab hari itu Changbin mengenakan celana pendek diatas lutut.

Disentuh begitu jelas membuat tubuh Seo Changbin menegang. Darah yang semula terpompa teratur itu kini mulai mengalir tak karuan, berpacu cepat bagai tengah berada di balapan kuda.

"Maaf karena kakak gak pernah jawab perasaan kamu. Soalnya kakak pikir kamu juga gak butuh status apapun dan baik-baik dengan kita yang begini. Tapi ternyata kakak salah."

Changbin sama sekali tak mampu memikirkan kemungkinan benda apa yang telah memukul kepala Minho hingga pria dihadapannya ini pada akhirnya mengungkit soal perasaannya. Padahal ia pikir Minho tak pernah mengacuhkan konteks pengakuan cintanya tempo lalu.

"Terus soal kakak yang sering coba-coba cium kamu di panggung atau di depan kamera itu ya awalnya pure karena kakak mau gangguin kamu aja soalnya liat reaksi kamu tuh lucu. Tapi dibeberapa kesempatan, kakak emang beneran mau cium kamu. Kayak, who don't want to kiss that pouty lips of yours?" Minho melanjutkan. Dan kala ia menyadari Changbin ingin protes, Minho mengisyaratkan menggunakan remasan pelan pada paha yang lebih muda agar menunggu dirinya rampung dulu.

"Kalo kakak bilang kakak suka kamu juga, kamu bakal gimana? Maksudnya, kakak pun masih belum yakin sama apa yang kakak rasain dan mungkin kakak juga butuh kamu buat bantu kakak," tuntasnya.

Changbin sejujurnya sedikit sebal mendengar Minho yang seakan-akan hanya penasaran terhadap dirinya, sebagaimana seorang player. Tetapi rasa sukanya terhadap Minho lebih besar dan itu cukup untuk membuat Changbin buta sejenak.

"Kalo kakak gak suka aku, gimana? Kan tetep aja akhirnya aku yang sakit hati." Changbin menunduk sembari menghembuskan napas sedih, jelas saja hatinya merasa sakit jika itu benar-benar terjadi. Ah, memikirkannya saja sudah cukup membuat hati Changbin terasa nyeri.

Minho agaknya terkekeh pelan, lantas kembali memangkas jarak antara keduanya sehingga kini ia dapat memandangi Changbin sungguh lekat.

Telunjuknya terulur untuk mengangkat wajah sang lawan bicara agar kembali menaruh perhatian pada dirinya. Dan seketika merasa gemas kala Changbin memperlihatkan raut tersipu-sipu yang kini dihiasi semu merah muda. Barangkali malu karena jarak antara keduanya terlalu dekat sampai-sampai hidung mereka dapat saling menyentuh satu sama lain.

"Kayaknya kakak suka kamu, deh," celetuk Minho sengaja.

Kalau saja Changbin adalah seekor kepiting yang tengah direbus, maka sudah barang tentu saat ini tubuhnya akan sepenuhnya merah akibat perasaan panas membara yang menjalar di seluruh aliran darahnya.

"Sekarang kakak boleh cium ka—??"

Sebuah kepalan tinju yang matang mampir menuju matang hidung Minho bahkan sebelum kalimatnya rampung. Dan sang pelaku kini menutup wajahnya dengan kedua tangan sambil mencoba beranjak pergi.

"MAAAF KAKK, AKU MALUUUU!!"

Dan Changbin melipir keluar dari ruang kamar setelah berteriak begitu. Meninggalkan Minho yang masih menikmati sensasi denyut manja yang kini menguasai batang hidungnya. Mungkin ini bayaran yang tepat akan tindakannya yang semena-mena.

"Waduh..."





END

}{

minbin nih ada aja gebrakannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

minbin nih ada aja gebrakannya.. wdydddd

No edit edit lagi ini mah


[22]SEO CHANGBIN ft K.idols - Soft/Uke/BottTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang