Sebagai seorang laki-laki, game itu adalah hal yang terbilang lumrah dan sangat biasa untuk mereka. Entah apa yang menarik dari itu, yang jelas karena game seseorang bisa melupakan dunia. Lupa kalau dia butuh makan, butuh tidur, butuh bersosialisasi, dan menjadikan game tersebut sebagai kebutuhan utama.
Dan biasanya, orang-orang yang berada disekitar nya lah yang akan merasa menjadi orang paling sia-sia di dunia. Mereka akan diacuhkan, bahkan kadang harus kemusuhan dengan yang semua aplikasi game padahal benda mati itu tak salah apa-apa.
Sama seperti yang dirasakan Changbin sekarang, ia menatap jengah pada seorang pemuda yang duduk dihadapannya. Mereka itu tengah kencan, sekaligus merayakan anniversary 3 tahun mereka menjalin hubungan, namun alih-alih mereka saling melontarkan kata-kata manis , saling memuji atau setidaknya saling berkeluh kesah keduanya hanya diam sejak tadi.
Tidak, hanya Changbin yang terdiam seperti orang bodoh. Sedangkan, Felix -kekasihnya- itu sibuk bercinta dengan ponselnya.
Pemuda itu dalam beberapa menit dapat merubah emosinya, ketika ia berhasil menang maka ia akan berseru kencang sambil memukul-mukul meja hingga membuat pengunjung kafe yang lainnya menatap tidak suka padanya dan juga Changbin tentu saja. Lalu ketika ia kalah, maka nama-nama binatang dari berbagai spesies dan gender akan ter-absen begitu saja dengan sangat fasih.
Memang beberapa bulan ini Felix begitu kecanduan akan game, Changbin juga tidak akan melarang selama itu tidak menganggu rutinitas sehari-hari Felix. Dan memang Felix terlihat bisa mengatur waktu, awalnya.
Namun, semakin kesini pemuda itu makin sering lupa makan, lupa kalau dia perlu berangkat kuliah, lupa kalau dia butuh tidur, dan lupa kalau dia punya kekasih yang harus dikabari.
Changbin meringis ketika melihat Felix makin kurus dan kantung matanya menghitam, Changbin curiga selain bermain game Felix sering debus.
"Hei, Lix! Makan dulu!", Changbin yang sengaja memilih duduk disamping Felix, menyenggol lengan Felix pelan.
"Apasih! Berisik banget elah!", Felix menepis tangan Changbin, membuat Changbin terdiam.
Berisik? Padahal ini pertama kalinya Changbin berbicara sejak mereka berada di kafe ini dan seingat Changbin sejak tadi Felix lah yang selalu berteriak hingga membuat beberapa pengunjung menatap Changbin benci.
"Oke gue emang berisik, sekarang lo makan dulu. Tante bilang lo sering ngelewatin makan lo", Changbin menyodorkan sesendok cake yang tadi ia pesan, untuk merayakan hari jadi mereka.
Lagi-lagi, bukannya tinggal membuka mulutnya lalu menerima suapan dari Changbin, Felix kembali menepis tangan Changbin hingga sendok yang berada ditangannya terhempas ke lainya menimbulkan suara dentingan yang mengundang tatapan jengah orang lain.
Changbin menghela nafasnya, ia bangkit untuk mengambil sendok yang jatuh itu. Ia kembali meringis.
Changbin itu sabar, lebih dari sesabar-sabar nya orang sabar. Memang ini bukan pertama kalinya Felix mengacuhkan nya sejak pemuda itu menjadi maniak game, namun ia kini berada di ujung batasnya.
Changbin segera mengambil tas nya, ia pergi meninggalkan Felix dalam diam. Sekalipun ia pamit pada Felix, pemuda itu tidak akan peduli.
Changbin menuju ke kasir, ingin membayar makanan mereka.
"Mbak, saya pesen ini, ini, itu, itu sama yang ini ya. Meja saya yang ada cowok lagi main game disana", Changbin menunjuk Felix yang masih fokus dengan gamenya, lagi-lagi ia tersenyum masam.
"Nanti tolong paksa dia ngabisin makanannya dulu, jangan biarin dia pergi. Kalo perlu diiket sekalian biar gak kabur, harus sampe makanannya habis ya mbak", sang waiters itu memasang wajah bingungnya mendengar perkataan Changbin.
"Loh, kenapa mas?", Changbin tersenyum sambil mengeluarkan kartu kredit nya.
"Dia suka lupa dunia kalo udah pacaran sama hp, ini mbak. Saya bayar lebih sekalian komisi buat mbak-mbak sama mas-mas nanti", sang waiters itu terlihat melongo, namun ia tetap menerima kartu kredit Changbin dan menghitung nominal berapa yang harus dibayar Changbin.
Setelah menerima struk pembayaran, Changbin segera pergi dan sempat untuk memandang Felix sekali lagi yang masih tak peduli akan dirinya. Changbin tersenyum, setidaknya ia telah menjadi orang yang paling bisa mengerti Felix. Dan setelah ini, Changbin akan jadi orang yang paling tidak peduli akan pemuda itu.
🐰
"Lah! Lah! Anjing! Asyuu!! Sial!!", Felix membanting ponselnya ke meja kantin. Eric, teman sekaligus tetangga itu memadang jengah pada Felix.
"Heh kadal! Liat sikon dong ini lo lagi dimana!! Dikira kantin rumah sendiri!", Ya mereka berdua kini tengah berada di kantin, namun bukan kantin fakultas mereka. Melainkan kantin fakultas sastra. Fakultas nya Changbin.
"Bacot! Pesen makan sono! Laper gue", ujar Felix acuh dengan tatapan kesal dari sahabatnya itu.
"Tumben lo laper? Gak dikasih makan sama Miya?", Eric sendiri sebenarnya jengkel dengan sahabatnya satu ini ketika bermain game, ia akan lupa kalau ia punya kehidupan.
"Berisik lo anjing! Buruan napa dah! Samain aja kayak lo!", Dan akhirnya dengan umpatan yang terlontar indah dari bibir Eric, pemuda berwajah tampan itu mau tak mau pergi ke salah satu stan penjual makanan langganan nya.
Selama menunggu Eric, Felix memeriksa line juga WhatsApp nya. Ingin melihat pesan dari sang kekasih yang sudah satu minggu lebih tak ia temui.
Alis Felix bertaut kala tidak melihat satu pesan pun dari Changbin, chat terakhirnya adalah ketika Changbin mengirimkan tempat dimana mereka akan bertemu untuk merayakan hari jadi mereka.
Felix juga tiba-tiba sadar kalau ia sudah lama tidak bertukar kabar dengan Changbin, bahkan bertemu saja tidak.
Memang Felix sengaja tidak menghubungi Changbin karena ia masih kesal atas kejadian di kafe. Diman ia dipaksa memakan makanan yang dipesan Changbin untuknya. Dan itu banyak sekali hingga Felix kekenyangan. Namun ia tidak sadar jika sudah selama ini mereka tidak saling bertemu. Ia rindu kekasih mungilnya."Lo putus dari Changbin?", Eric datang dengan kedua tangannya penuh, ia membawa dua mangkuk soto untuk nya dan Felix, juga dua botol air mineral.
Felix lagi-lagi mengernyit mendengar pertanyaan Eric, menatap sahabat nya itu kesal.
"Enggak tuh. Lo doain gue putus sama Changbin?! Bangsat!!", Eric ingin sekali rasanya melempar mangkok berisi soto panas yang ada di tangannya ke wajah Felix. Padahal ia bertanya baik-baik, tapi selalu saja salah.
"Gue kan nanya bangsat!", Eric pun tak kalah kesal pada Felix.
"Ya ngapain lo nanya-nanya kayak gitu? Mau nikung?", Eric melotot mendengar tuduhan Felix padanya.
"Heh cacing pita! Itu gue liat Changbin lagi sama Yeonjun berduaan mesra banget, noh!! Makanya gue kira lo udah putus sama Changbin! Lagian tuh cowok nggak pernah nyari-nyari lo lagi akhir-akhir ini", Eric menuding ke arah belakang Felix, membuat Felix memutar tubuhnya untuk memastikan ucapan Eric.
Matanya melebar kala melihat kekasih nya tengah duduk bersama dan bahkan saling tertawa mesra dengan saingannya.
Emosi Felix meluap melihat kekasihnya bersama laki-laki lain. Bisa-bisa nya Changbin berduaan dengan orang lain begitu mesra ketika ia masih memiliki hubungan dengannya.
Ia padahal adalah orang yang setia dan tidak pernah bermain wanita ataupun uke manis lainnya, dan sekarang Changbin malah dengan santainya duduk berdua dengan musuhnya.
Changbin selingkuh, begitulah yang ada di pikiran nya.
-tbc-

KAMU SEDANG MEMBACA
[22]SEO CHANGBIN ft K.idols - Soft/Uke/Bott
FanfictionSeo Changbin Story ft other idols -oneshoot/twoshoot (+ REKOMENDASI & PROMOSI FF CHANGBIN UKE/SOFT/BOTT/SUB) *Author Changbin uke yang mau promosi ff nya, boleh DM saya :) PLEASE!! ATTENTION !! BXB CHANGBIN ULTIMATE UKE!!! Beberapa chapter ada uns...