15. Sleep with Eomma

420 72 4
                                    

Tumben sekali malam ini Jisung ingin tidur bersama dengan sang ibu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tumben sekali malam ini Jisung ingin tidur bersama dengan sang ibu. Bermanja pada ibunda tercinta yang setia mengusap lembut kepalanya.

"Ada apa, hm? Tumben sekali ingin di temani eomma," tanya Nara yang saat itu sibuk memberikan usapan sayangnya di surai Jisung yang sedang tertidur di pahanya.

"Tidak apa-apa, Eomma. Hanya ingin saja tidur di temani eomma."

"Kau lupa umur?"

"Tidak, akun ingat jika aku masih enam tahun sekarang, Eomma," ujar Jisung dengan antusias, menatap sang ibu dengan kedua mata bulatnya yang membesar lucu.

"Hahaha, kau bahkan masih terlihat seperti bocah di bawah enam tahun."

"Tentu saja, aku kan bayi eomma."

Nara mencubit hidung putera kesayangannya dengan gemas. Selalu ada saja tingkah menggemaskan dari pemuda yang sudah menginjak tingkat terkahir Senior High School ini. Tak terasa, Nara mampu membesarkan Jisung secepat ini.

Jika teringat, Nara akan selalu kembali sedih. Mungkin jika dulu Sooyoung dan Felix tak menolongnya, ia dan sang Putera akan mati bersama di tangan ayahnya.

Berat bagi Jisung yang hidup tanpa ayah, sebab Nara di hamili sang kekasih di luar pernikahannya. Ayah Nara yang tak sudi sang putri mengandung anak haram sudah berkali-kali mencoba membunuh janin di dalam perut Nara. Tetapi takdir Tuhan jauh lebih kuat. Nara mampu bertahan sampai hari kelahiran putranya, meski ia harus kabur agar mereka berdua bisa tetap hidup.

"Eomma, apa eomma bahagia?"

Nara menunduk, menatap Jisung yang juga tengah memandangnya. "Tentu saja, eomma sangat bahagia, Sayang."

"Apa eomma pernah berfikir untuk mengakhiri hidup eomma?"

Kembali, Nara di buat bingung dengan pertanyaan aneh sang Putera.

Jisung bangkit, terduduk menatap Nara yang tak kunjung menjawab. "Bagaimana cara eomma melawan pikiran itu?"

Wanita paruh baya itu menatap Jisung khawatir. "Ada apa, Sayang? Apa terjadi sesuatu? Kenapa kau bertanya seperti itu?"

Jisung menunduk. "Sebenarnya eomma... "

"Hmm?... " Nara dengan serius memperhatikan sang Putera yang masih menunduk.

"Sebenarnya aku ada tugas untuk membuat berita tentang seseorang yang bunuh diri. Aku harus tau sebab dan alasan orang itu bunuh diri. Kira-kira penjelasan apa yang harus aku tulis, eomma?"

Mendengar itu Nara seketika bisa bernafas lega. Berbanding terbalik dengan Jisung yang justru nyengir kuda tanpa dosa.

"Aku butuh penjelasan dengan serius, jadi bagaimana menurut eomma tentang seseorang yang mengakhiri hidupnya? Atau mungkin eomma pernah berfikir seperti itu?"

Wanita itu menarik tubuh Jisung agar ikut bersabar dengannya di kepala ranjang. "Sini, biar eomma sedikit ceritakan."

Jisung mendengarkan dengan serius, kedua mata lucunya bahkan masih membulat dengan antusias.
"Bagaimana, Eomma?"

"Dulu, eomma pernah bertemu dengan seorang laki-laki. Eomma sangat mencintanya, dan mungkin sebaliknya... Atau tidak, eomma tidak tahu. Tapi yang pasti kami menjalin hubungan lumayan lama, sampai akhirnya dia bilang akan menikahi eomma. Tapi... "

"Tapi kenapa Eomma?"

"Dia meninggalkan eomma, bersama denganmu yang saat itu berada satu bulan di dalam kandungan."

Jisung semakin mendengarkan dengan serius.

"Eomma sangat ketakutan, eomma tidak bisa bilang pada kakekmu. Dan di sana eomma sempat berniat untuk bunuh diri, merasa bahwa semua akan selesai dengan mati."

Nara menunduk, memainkan jemari Jisung. "Tapi eomma sadar, eomma sudah gagal dalam segala hal, maka eomma tak ingin gagal lagi. Eomma punya dirimu bersama eomma, maka eomma bertahan untukmu."

Nara ingat, sangat ingat bagaimana dirinya dulu sangat kacau dan menderita. Di tinggalkan kekasih dan di biarkan melewati menderitaan sendirian. Ia sudah cukup depresi saat itu. Tapi ia kembali sadar saat mengingat ada makhluk tak berdosa di dalam perutnya yang tak seharusnya ikut tersiksa. Jika tak ada seseorang yang mampu menguatkannya, sekalipun itu ayahnya, maka ia akan menjadikan anaknya sebagai penguat. Itulah sebabnya ia berhasil bertahan dari niat bunuh dirinya.

"Jadi, eomma kembali bangkit karena aku?" tanya Jisung sembari meraih tangan sang ibu dan menggenggamnya. Sadar jika ibunya pernah ada di masa kejam seperti itu.

Nara tersenyum, lalu ia usap pipi Jisung. "Ya, kau benar, Sayang. Seseorang yang terpuruk dalam hidupnya sekalipun, pasti akan kembali bangkit jika menemukan satu alasan untuknya tetap bertahan hidup."

Jisung seketika paham dengan sedikit cerita yang ibunya berikan.

"Jadi maksud eomma, seseorang yang ingin bunuh diri harus memiliki alasan kuat untuk bertahan."

"Iya, contohnya dukungan dan rasa cinta dari seseorang. Entah itu keluarga kita sendiri atau seorang emmm pasangan, mungkin?"

"Pasangan?"

"Iya, jaman sekarang banyak anak-anak muda yang bunuh diri karena cinta. Tapi banyak juga yang bangkit karena cinta dari pasangannya. Itu sebabnya, hanya ada dua pilihan bagi seseorang yang ingin mengakhiri hidupnya... Mati demi dirinya sendiri, atau bertahan demi orang yang di cintai dan yang mencintainya."

Jisung menatap sang eomma dengan wajah yang berubah gusar.

"Kalau kau masih bingung, biar eomma bantu kau mengerjakan tugasnya, Sayang."

"A-ah, tidak usah, Eomma. Aku kan sudah besar, masa harus di bantu eomma, hehehe."

Nara mencubit kedua pipi Jisung gemas. "Siapa yang tadi bilang masih enam tahun, hm? Siapa??"

"Hehehe, akuuu." Jisung menarik selimut lalu kembali tertidur di bahu sang ibu. "Terimakasih, Eomma, aku rasa aku bisa menyelesaikan tugasku itu besok."

Wanita cantik itu memberikan senyum terbaiknya. "Sama-sama, Sayang. Ya sudah sekarang tidur lah, eomma akan menyanyikan lagu penghantar tidur untukmu."

"Asyikkk!" Jisung semakin menyamakan posisinya. "Selamat malam, Eomma."

Lagi-lagi Nara di buat tertawa gemas dengan kelakuan Jisung yang sangat menggemaskan. "Selamat malam juga, Uri Jisungie~"

Bersamaan dengan terpejamnya kedua kelompak mata indah Jisung, suara lembut milik Nara juga ikut bersenandung menghantarkan sang putera pada mimpi indahnya.


"Eomma sangat menyanyangimu, Jisungie. Masalah apapun yang kau hadapi, semoga Tuhan selalu membantumu."

Chup~

Kecupan hangat, sebelum akhirnya Nara ikut tertidur di samping Putera kesayangannya yang sudah terlelap jauh.








to be continued...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✔︎] The Miracle of Our Destiny || MinsungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang