4'A

131 18 2
                                    

Sore hari di Manor Paxley.

[Name] menatap nanar Gusion yang sedang berbaring di kasur yang berada di kamar Gusion.

Mereka hanya berdua saat ini, karena Aamon memberikan kesempatan terakhir pada Gusion untuk berbicara berdua dengan [Name].

Kesempatan terakhir? Yap, karena kalian akan segera menikah dan tinggal di Manor Paxley yang lain.

Sedikit rasa kasihan timbul di hati [Name] melihat mata merah serta bengkak milik Gusion saat ini.

"Aku tak bisa..hiks.. kenapa.. hiks.. kau kira ini mudah hah?"

Gusion mengelap air mata yang sangat banyak mengalir bahkan air hidung pun mengalir.

Suaranya terhambat-hambat karena ia susah bernafas akibat air hidung tadi.

Ia tak bisa berfikir jernih setelah mengetahui Aamon dan [Name] akan menikah tidak lama lagi.

Sungguh..

Tidak mudah bagi orang yang sudah menjalin kasih 4 tahun untuk merelakan orang yang ia sayangi bersama orang lain, apalagi orang lain itu adalah orang terdekatnya sendiri.

Sembari menunduk, [Name] mengusap pelan rambut coklat halus milik Gusion.

"Maaf, aku tak punya pilihan..

Terima lah kenyataan ini Gusion, kau tidak boleh membuat dirimu terlihat menyedihkan seperti ini.

Ku mohon, carilah orang yang menurutmu lebih baik dariku,

Karena aku juga telah menemukan orang yang lebih baik darimu."

Setelah mengatakan itu, [Name] perlahan berdiri dan berjalan menjauh dari Gusion.

Isakan tangis Gusion semakin terdengar nyaring ketika [Name] sudah tak terlihat dari matanya (keluar dari kamar).

Sekarang Gusion benar-benar terlihat seperti seorang anak kecil yang menangis karena kehilangan ibunya ditengah keramaian.

Di luar kamar, tepatnya [Name] berada.

Ada Aamon yang menatap lekat wajah murung [Name].

"Apa dia menyakitimu?"

[Name] menggeleng singkat untuk menjawab pertanyaan itu, suara tangis Gusion masih terdengar sampai sekarang.

"Tidak, kurasa malah aku yang menyakiti nya."

Ketika suara pecahan terdengar dari dalam kamar Gusion, Aamon segera mengajak [Name] untuk pergi dari sana karena [Name] nampak takut dan gemetar mendengarnya.

...

Taman di Manor Paxley.

Aamon dan [Name] sedang duduk di atas rerumputan dan di bawah sebuah pohon besar saat ini.

Dengan kepala [Name] yang bersandar di bahu Aamon, dan suara senandung kecil dari mulut Aamon terdengar.

Dengan suara kicauan burung-burung yang menyahut senandung Aamon.

Dengan dedaunan kering yang mulai gugur karena saat ini hampir memasuki musim gugur.

Dengan angin sepoi yang menerbangkan anak rambut mereka berdua.

Dengan elusan lembut di kepala [Name] oleh tangan kanan Aamon yang besar dan berotot.

Dengan lamunan [Name] melihat pemandangan yang diiringi suara detak jantung milik Aamon.

Rona merah tipis selalu menyertai hinggap di pipi Aamon ketika sedang bersama calon istrinya ini.

"Aku tidak menyangka bahwa apa yang selalu ku fikir tidak akan pernah terjadi, malah terjadi saat ini."

𝗧𝘄𝗼 𝗖𝗵𝗼𝗶𝗰𝗲𝘀 X 𝐀𝐚𝐦𝐨𝐧 𝐏𝐚𝐱𝐥𝐞𝐲.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang