.
.
.
.Manor Anchiest.
Sudah 4 hari sejak [Name] meninggalkan kediaman Paxley, sekarang ia sedang merenung di pojokan kamarnya.
Terkadang suara gumaman yang sayu terdengar berasal dari mulut [Name] sendiri.
Air mata terus berjatuhan, walaupun sudah 2 jam menangis tanpa henti.
Sepertinya stok air matanya masih banyak, jadi tidak perlu khawatir.
Tisu-tisu yang penuh dengan air mata dan air hidung berceceran di lantai dekat tong sampah kecil di sekitar nya.
Kamarnya yang gelap membuat suasana jadi mencekam.
[Name] POV's
Aku menatap gaun pernikahan yang berada di depanku.
Gaun itu bukan pilihanku, tiba-tiba saja aku diberitau akan menikah besok, saat ku tanya bagaimana dengan pakaian, Ayahku langsung mengirim gaun pernikahan ke Manor.
Aku menangis bukan karena tidak suka dengan gaun itu, aku hanya..
Entahlah, rasanya dadaku sesak, dan entah kenapa air mataku terus keluar saat aku terfikir tentang pernikahan ini.
Mungkin aku belum siap menikah,
Mungkin juga aku takut bagaimana kedepannya,
Atau mungkin..
Aku belum rela dipaksa menikah dengan orang yang belum ku cintai sepenuhnya..
Meskipun aku selalu menuruti permintaan Ayahku, selalu bersikap biasa saja di hadapan semua orang di luar sana..
Jujur saja aku sangat ingin menolak pernikahan ini, dan jujur saja..
Aku masih sangat mencintai Gusion,
Aku sangat menyayanginya, tapi mau bagaimana lagi?
Aku sudah bersumpah..
Bahwa aku akan selalu menuruti perkataan Ayahku, meskipun itu bertentangan dengan perasaanku.
Ini semua berkaitan dengan kejadian di masa laluku..
Dimana..
Flashback : On
Aku baru saja membuka pintu depan Manor, pintu besar yang memerlukan tenaga untuk membukanya apalagi oleh bocah berusia 10 tahun sepertiku.
Setelah ter-engah-engah karena lelah membuka pintu dengan tinggi 4 meter itu, aku dikejutkan dengan kondisi ruang tamu yang lantainya tersimbah darah.
Tidak ada seorang pun di sini, Manor Anchiest memang sepi saat hari tertentu di mana para pelayan diliburkan serentak.
Tapi, ini terlalu sepi.
"Ayah.. Ibu?"
Tidak ada jawaban..
Aku meletakkan tas sekolah ku yang berwarna merah di lantai, lalu segera berlari menaiki tangga dimana darah lebih banyak di sana.
Aku terus mengikuti arah dibawanya darah itu, pikiran ku semakin kalut.
Aku takut..
Kedua orangtuaku..
Ayah dan Ibu..
Salah satu tanganku segera terangkat dan mengarah pada pintu kamar Ayah dan Ibuku, cahaya biru yang cukup besar keluar begitu saja
KAMU SEDANG MEMBACA
𝗧𝘄𝗼 𝗖𝗵𝗼𝗶𝗰𝗲𝘀 X 𝐀𝐚𝐦𝐨𝐧 𝐏𝐚𝐱𝐥𝐞𝐲.
Romance[Name] Declear Anchiesty adalah anak tunggal dari CEO perusahaan Anchiest. Aamon Paxley merupakan putra pertama dari CEO perusahaan Paxley. Keduanya dijodohkan oleh Ayah mereka dengan alasan "Kecocokan" antara Harta dan tahta mereka. Namun, perjo...