Rasanya baru kemarin bunda Hana mengejar anaknya yang akan masuk ke sumur, menangkap oyster di laut karena tiba-tiba tantrum, dan tidak sengaja memberinya sambal pada susu akibat mengantuk.
Sekarang secepat itu dan memang terlalu cepat anak cantiknya sudah diambil alih oleh pria yang mungkin siap bertanggung jawab. Memang kewajibannya seperti itu, dengan memberikan title seorang istri pada anaknya sudah seharusnya memberi kehidupan yang lebih baik.
"Jika nanti si Jungkook, Jungkook, calon suamimu itu nakal, kau harus cepat lari ke dapur." Bunda Hana mengomel di depan meja rias sambil membenarkan mahkota anaknya yang sedikit miring.
Hana langsung menoleh dan memberi tatapan bingung. "Mengapa, Bun?"
"Ambil teplon lalu, pang! Pukul kepalanya agar dia sadar sudah melakukan kesalahan." Terlihat sangat dendam entah mengapa, bunda Hana berbicara sambil mempraktikkan seperti sedang bermain tenis.
Senyum tipis tercetak di wajah Hana, sangat bahagia mempunyai bunda seperti ini. Tahu bundanya terlihat sedih, tetapi berpura-pura seolah sudah siap jika Hana akan meninggalkan rumah.
"Jangan lupakan bunda, ya?" Suasana hangat perlahan dingin menciptakan air menggenang di bawah pelupuk mata.
Mengapa bundanya harus berbicara seperti itu? Mati-matian Hana menadah agar tidak dramatis, tetapi tertumpahkan juga. Takut riasannya luntur, Hana menarik napas dalam lalu menghembuskan perlahan agar tidak menangis. Setelah itu menyikutnya pelan mencairkan suasana. "Aku hanya menikah, Bunda. Bukan berarti akan lupa dengan semua tentangmu. Lagipula rumah kita agak dekat, nanti bisa bertamu bergantian."
Usapan halus di pipi, Hana rasakan dari telapak tangan lembut seorang wanita berusia 35 tahun. Seperti kakak sendiri, bunda Hana menempatkan dirinya sebagai gadis remaja agar Hana nyaman. Biasanya ketika anak sudah dewasa sedikit komunikasi yang dilakukan karena merasa canggung.
"Bunda, apa dia datang?"
Bunda Hana menghentikan usapannya dan tersenyum yang terlihat dipaksakan. Tahu dengan apa yang dimaksud anaknya itu. "Iya, dia datang ke mari."
***
Acara pernikahan berlangsung mendadak dan hanya dihadiri oleh 20 orang, itu pun sudah dipilih terlebih dahulu agar rahasianya tidak seperti ban yang tertusuk 19 jarum.Kedua orang tua dari pengantin tersebut setuju jika merahasiakan pernikahan ini. Selain karena usianya yang masih muda, mereka hanya takut tentang pandangan buruk masyarakat terhadap anak-anaknya. Padahal mereka menikah hanya karena ingin bukan karena sudah melakukan hal negatif.
Tidak terlalu banyak acara diselenggarakan, pernikahan selesai dengan cepat. Sedikit demi sedikit para tamu meninggalkan tempat menyisakan kedua orang tua berserta pengantinnya. Namun, sekarang yang berada di taman belakang gereja hanya seorang anak dengan ayahnya yang sudah lama tidak berjumpa.
"Ayah tahu dengan kewajiban seorang ayah, mengantarmu ke altar seperti tadi. Biaya pernikahan pun ikut andil, sudah dibicarakan terlebih dahulu bersama bundamu sampai dia setuju."
Minuman di hadapan hanya dijadikan hiasan, tenggorokan Hana tidak kering karena dari tadi menelan saliva gugup. Jelas seperti itu, terakhir kali bertemu dengan ayahnya saat menjadi penabur bunga menghiasi jalanan yang akan dilalui mempelai wanita. Sampai akhirnya sekarang bertukar peran menjadi ayahnya yang menuntun menuju altar.
"Semua itu masih kurang." Hana adalah wanita pemberani, jika sedang kesal akan menunjukkan langsung di hadapan orangnya.
"Apalagi yang kau mau? Rumah? Mobil?" Meski sudah menikah lima kali tidak membuat ayah Hana jatuh miskin, malah kehidupannya semakin membaik.
"Harta tidak dapat menggantikan kasih sayang." Kedua bola mata Hana mulai mengkilap menampung air mata agar tidak jatuh.
Dengan mudah ayahnya selalu memberi materi tanpa memikirkan bagaimana hepar kecil Hana? Persetan dengan uang, Hana hanya ingin mendapatkan cinta pertamanya, tetapi sudah beralih tempat pada orang lain. Entah wanita mana yang harus dibenci karena mereka ada empat orang. Menikah, bercerai lalu menikah lagi rasanya sudah menjadi kebiasaan bagi ayah Hana.
"Maaf, hanya itu yang dapat ayah beri."
Air matanya berhasil lolos membasahi pipi. Setelah bertahun-tahun lamanya kata maaf itu baru terdengar, tetapi tidak membuat Hana luluh karena sudah terhalang oleh rasa benci. Mengapa mereka tidak bertahan saja selamanya? Mengapa ayahnya harus menyakiti bunda yang sebagai cinta pertamanya? Sehebat itu cinta karena pada akhirnya meninggalkan derita.
Nama seseorang muncul di layar handphone ayahnya membuat hati Hana semakin mengerut. Tidak bisakah membiarkan berbicara dengan ayahnya walau seharian saja? Mengapa wanita perusak rumah tangga orang itu selalu muncul di sekitar seperti takut kehilangan sosok yang dicintainya? Tidak adil, seharusnya Hana lah yang berperan seperti itu.
"Istri kesayanganmu sudah menelepon. Pasti ayah memberi alasan yang sama seperti kepada bunda dulu. Berpura-pura mendapat pekerjaan di luar kota, nyatanya bertemu dengan seseorang."
Putri kecilnya kini telah dewasa. Tidak pernah terpikirkan sebelumnya akan tertampar seperti ini. Rasanya sakit sekali, tetapi ayah Hana tidak mungkin untuk kembali padanya karena sekarang istananya sudah berbeda.
Belum sempat untuk kembali bersuara, Hana sudah bangkit dari tempatnya lalu berlari secepat mungkin meninggalkan ayahnya yang menatap nanar. Berhadapan dengannya terlalu lama takut menciptakan masalah lebih besar lagi. Hanya tidak ingin bundanya kembali merasa sakit jika dekat dengan si pembuat luka.
Dari kejauhan, Jungkook mendengarkan pembicaraan mereka. Tadinya akan menghampiri karena ingin lebih dekat dengan ayah mertua. Namun, dengan apa yang dilihatnya menjadi tahu tanpa bertanya.
"Ternyata keluargamu berbeda dengan keluargaku. Apakah aku bisa menggantikan peran ayahmu?"
***
•Glosarium•
Oyster (Tiram) = Jenis kerang yang umumnya disajikan tanpa dimasak, alias mentah. Makanan tersebut populer di beberapa kalangan masyarakat, terutama pecinta seafood karena rasanya yang unik. Selain itu, oyster juga diketahui memiliki berbagai kandungan nutrisi yang penting bagi tubuh
Tantrum = Ledakan emosi, biasanya dikaitkan dengan anak-anak atau orang-orang dalam kesulitan emosional, yang biasanya ditandai dengan sikap keras kepala, menangis, menjerit, berteriak, menjerit-jerit, pembangkangan, mengomel marah, resistensi terhadap upaya untuk menenangkan dan, dalam beberapa kasus, kekerasan
Title = Dapat diartikan judul. Tetapi, title untuk seseorang, diartikan gelar
Menadah = Barang untuk menampung sesuatu
Dramatis = Sebuah situasi / kondisi tertentu yang dilebih-lebihkan dan seringkali tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya (bersifat drama)
Saliva (Air liur) = Cairan bening yang dihasilkan dalam mulut manusia dan beberapa jenis hewan
Hepar (Hati) = Merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh, terletak dalam rongga perut sebelah kanan, tepatnya di bawah diafragma. Hati memiliki berat kira-kira 1,5 kg atau 2,5% berat badan pada orang dewasa normal
Handphone (Telepon seluler) = Alat telekomunikasi elektronik dua arah yang bisa dibawa kemana-mana dan memiliki kemampuan untuk mengirimkan pesan berupa suara
Nanar = Bingung, berpendar, bimbang, buncah, cemas, galau, ganar, gelisah, gugup, kalut, keruh, hilang akal, histeris, kacau, kalap
🦈 Publish: 23 September 2023
KAMU SEDANG MEMBACA
WHALE SHARK
Teen FictionMendapatkan cinta yang rapuh membuat Jeon Hana mengeluh. Berbagai cara dilakukan untuk menarik cinta namun meninggalkan derita. Hingga Hana melakukan cara terakhir dengan melibatkan Lee Jungkook ke dalam hidupnya. Cara seperti apa yang Hana lakukan...