[2] Bintang & Asa

306 3 0
                                    

Asa tersentak terbangun dari mimpi indahnya begitu mendengar alarm, alarm yang seingatnya tak pernah dipasang di ponselnya. Sehingga dengan perasaan geram dan menahan kantuk, perempuan tersebut duduk dari posisinya, kepalanya celingukan mencari asal suara-menganggu-tersebut. Dia tahu siapa yang dengan isengnya memasang alarm tersebut, siapa lagi kalau bukan pacar kesayangannya. Dan, pintarnya dia sengaja menaruhnya jauh dari posisinya agar Asa mengeluarkan effort lebih untuk mematikannya, yang ternyata berada jauh di atas meja riasnya.

Menuruni kasurnya, Asa menyeret langkah kakinya menuju asal suara. Asa tersentak kaget begitu mendekati meja riasnya dan melihat penampakan dirinya melalui cermin. Astaga, perempuan dengan surai acak-adut tersebut syok melihat penampakannya yang setengah telanjang tersebut dipenuhi bercak merah, padahal Asa sudah seringkali memperingati Bintang tapi ternyata pria itu cukup ngeyel dan jika sudah begini kejadiannya dia tidak akan bisa memakai gaun-gaun kesayangannya.

Asa terlonjak saat alarm laknat tersebut kembali memekak nyaring dan dengan buru-buru dia mengambil ponsel-yang ternyata milik pacarnya-dan lekas membungkamnya hingga tak lagi bersuara. Sambil mendumel, perempuan itu lalu keluar kamar mencari keberadaan sang pacar.

"Ayaaaaaang?!" panggilnya.

Menemukan Bintang tengah berkutat di dapurnya adalah hal biasa, yang tidak biasa adalah laki-laki itu memakai apronnya yang bermotif stroberi. Luntur sudah rasa jengkelnya, wajahnya memerah dan tawanya kontan menyembur. Langkahnya mendekati pria tersebut dan memeluknya dari belakang, "Lucu amaaaaayyy siiihhh."

Seperti biasa, Bintang berdecak. "Awas nanti kecipratan minyak."

"Gemes banget liat ayang pagi-pagi."

"Lepas tangannya."

"Nggak mau."

"Asa?"

"Cium dulu."

"Kamu belum mandi."

"Yaudah, nggak bakal aku lepasin."

Bintang menghela nafas, mematikan kompor kemudian berbalik dan menarik wajah perempuan itu agar mendongak dan dengan tak sabaran melumat bibirnya. Tangan Asa terangkat mengelus dada lalu naik ke rahang pria itu dan mengelusnya disana. Sementara Bintang menahan tengkuk Asa dan memiringkan kepalanya untuk memperdalam ciumannya.

Pukulan di dada bidang Bintang membuat pria tersebut mau tak mau mengakhiri tautan mereka. Nafas mereka sama-sama terengah. Bintang yang tak melepaskan tatapannya dari Asa membuat perempuan tersebut merasa panas disekujur wajah, tak ayal pipinya memerah bak kesemek. Dan meskipun mereka sering melakukan sentuhan-sentuhan intim seperti demikian, Bintang selalu mampu membuatnya mabuk kepayang dan menciptakan letupan-letupan didadanya yang terasa seronok.

Bintang mengakhiri ciuman panjang mereka dengan satu kecupan dan lekas menarik perempuan tersebut dan mendudukkannya di atas stool.

"Luarbiasa." seru Asa sambil mesem-mesem, sejujurnya dia masih lemas.

"Disini aja." perintah Bintang dan pria itu kembali menyalakan kompornya dan berkutat dengan masakannya.

"Kamu nggak masuk angin?"

"Apanya?" tanya Asa bingung.

Lirikan Bintang menunjukkan jawabannya. Membuat Asa paham maksudnya, "Oh, lupa." ujarnya enteng, dia memang tidak sempat memakai baju karena mencari eksistensi pacarnya. "Lagian kamu juga udah sering liat."

Bintang terdengar menggumam namun tak begitu jelas ditangkap oleh Asa. Perempuan itu bertopang dagu menatap gerak-gerik pacarnya yang tampak lincah.

"Ayang masak apa? Mau aku bantuin nggak?" tanya Asa basa-basi.

Short Story: Art of LovingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang