"Makan, yang." ujar Asa menawari kentang goreng pesanannya pada sang pacar yang baru saja menghampiri.
Perhatiannya kembali tersedot kearah Fai yang menyodorkan ponselnya untuk dilihat, "Disatu sisi sebenarnya sedih banget tau mereka putus tapi tindakan Gege udah paling bener sih, buat apa dipertahanin kalau kelakuan lakiknya bejat begitu, gue emang sedih tapi Gege deserve better sih, lagian laki juga bukan cuman dia aja." ujar Asa memberi reaksi, perempuan itu menghela nafasnya sambil melihat cuplikan video beberapa detik yang saat ini jadi sedang panas-panasnya jadi perbincangan di kampus mereka.
Bintang yang mendengarkan suara berapi-api pacarnya, menoleh seketika, "Kenapa?" tanyanya.
Asa menunjukkan ponsel yang dipegangnya pada Bintang, "Ini lho yang, Ray sama Gege, katanya mereka putus."
"Temen kamu?"
"Bukaaaan, tapi yang kemarin rame di food junction itu lho, yang ceweknya ngelemparin heels ke cowoknya itu." jelasnya, dia menghela nafas, rasanya percuma menjelaskan panjang lebar, toh, Bintang tidak tahu dan tidak akan peduli.
Meski tahu bagaimana Bintang, tapi begitu melihat ekspresi lempeng Bintang, membuat Asa gemas. Bintang ini..... Asa tidak bisa berkata-kata. Inhale, exhale. Ok, jangan diladeni.
"Ah udahlah, ayang emang pacar yang paling nggak asyik." ujarnya, lalu kembali menoleh ke arah Fai yang tengah menyeruput teh pocinya sambil menggulir ponselnya.
Tak berhenti disitu, ternyata Bintang justru menyahut sewot. "Terus siapa yang asyik?"
Asa memutar bola matanya, "Tau ah gelap."
Mengabaikan Bintang, Asa menarik-narik tangan Fai untuk mengalihkan atensi sahabatnya tersebut. "Terus, terus, gimana lanjutannya Fai?" tanya Asa.
"Orang-orang banyak yang ngira Ray selingkuh, padahal bisa dibilang gitu bisa juga nggak."
"Hah, jadi maksudnya gimana?"
"Yang bener katanya Gege itu cuman dijadiin batu loncatan gitu, awalnya mau gaet temennya, si Gemi Gemi itu, tapi sekalinya dapat ternyata dia nggak mau mutusin si Gege. Akhirnya ya ke gap, terus lanjutannya kayak di food junction kemarin, gitu sih, nggak tau juga bener enggaknya."
Asa menggeram, "Yah mampus, lagian lakiknya serakah sih tapi emang paling bener tuh lakik di lemparin heels, untungnya nggak kena muka iyakan, coba kalau gue yang digituin, minimal gue terjang tuh lakik bawa golok terus tebas tuh otongnya biar nggak berfungsi–"
Asa tak jadi melanjutkan kalimatnya saat mendengar Bintang yang duduk di sampingnya tersedak hingga menyemburkan minuman yang baru diseruputnya. "Ayang, pelan-pelan sih minumnya." ujarnya panik dan mengambil tisu yang disodorkan Fai dan mengeringkan kemeja pacarnya yang basah.
"Gimana sih minumnya? Sampai jadi basah gini bajunya." ujarnya.
Bintang menarik kemejanya yang menjeplak, "Aku ke sekre dulu." katanya.
Asa mengangguk menyetujui ketimbang pacarnya harus risih dengan baju basahnya lebih baik dia ke sekre, barangkali disana ada baju ganti yang bisa dipakai, "Temenin nggak?"
"Nggak."
💫
"Lo fine?"
Asa mengangkat pandangannya dari ponsel yang ditekurinya. "Kelihatannya gimana?" sahutnya balik bertanya, dia tau maksud Fai bahkan hanya dari nada bicaranya yang berubah serius.
"Udah nyoba ngomong?"
Asa menggeleng, "Kenapa?"
"Gue anggap nggak terjadi apa-apa." ujarnya, dia kembali melanjutkan, "Setelah hari itu, lo tau gimana gilanya gue biar selalu sama dia kan dan gue nggak nemu sesuatu yang mencurigakan. Malah gue ngerasa dia lebih bisa ngontrol diri, nggak muluk selangkangan mulu, dia juga lebih romantis dan beberapa kali beliin gue bunga sama perhiasan. Dia juga.... nggak secuek dulu dan mulai ngasih timbal balik sama hubungan kita." jelasnya, mengingat kembali sikap Bintang yang mulai peduli padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Story: Art of Loving
Teen Fiction(R-BO) Kumpulan cerita pendek. Enjoy yourtime.