2

45 12 9
                                    

Zaidan menatap ponselnya sejenak lalu memasukkan nya kedalam kantung celana seragam sekolahnya.

Tangannya bergerak mengusap tengkuknya, bulir keringat mengalir didahinya.

Terik matahari benar-benar menyengat tubuhnya.

"Zaidan!" Panggil seseorang dari belakang.

Zaidan berbalik badan ketika mendengar nama nya dipanggil.

"Oh, Lo ternyata ..." Ucap Zaidan.

Laki-laki itu selalu orang yang memanggil Zaidan itu mengangkat sebelah alisnya.

"Hm? Lo kira gue Nadya? Gak usah sedih amat aelah" ucap laki-laki itu memantulkan bola basket miliknya ke tanah.

"Gue gak suka sama dia" jawab Zaidan.

Laki-laki yang bername tag Farell Chandra Elvano itu terkekeh, "Ah, masa? Nanti suka tau rasa Lo"

"Lagian kan gue gak ada bilang Lo suka sama dia? Geer Lo" ucap laki-laki itu.

"Bacot, sana pulang Lo" ucap Zaidan.

Laki-laki yang sering dipanggil Chandra itu menggedikkan bahunya lalu beranjak pergi meninggalkan Zaidan sambil memainkan bola basketnya.

Zaidan kembali mengambil ponselnya kembali untuk melihat jam.

14.44 WIB.

Tak terasa sudah hampir tiga puluh menit dia menunggu disini.

"Zaidan" panggil seseorang dari belakang.

Seharusnya ia tak berharap, namun sepertinya itu orang yang ia tunggu. Ia lelah menunggu disini.

Zaidan berbalik, melihat pelaku yang memanggilnya.

Kali ini rasanya ia ingin mengucap syukur, ia benar-baner lelah dengan sinar matahari yang menyengatnya itu.

"Akhirnya Nay, lama Lo" ucap Zaidan.

Naya cecengesan, "Hehe, sorry. Tadi gue ngobrol sama Nadya bentar"

"Bentar ya" ucap Zaidan datar dan hanya dibalas oleh cecengasan dari Naya.

"Kita sama siapa aja?" tanya Naya.

"Gue, lo, ma Arka aja kayaknya" jawab Zaidan.

"Loh? Arka juga?" tanya Naya yang dijawab anggukan oleh Zaidan.

"Iya, gak tau lah apa yang emak-emak ini pengen bahas" ucap Zaidan mengundang kekehan dari Naya.

Drrtt ... Drrtt ...

Zaidan merasakan sesuatu bergetar dari tengannya.

'Nadya'

Itu nama yang tertulis di layar ponselnya. Sebenarnya ia sangat malas untuk menjawab panggilan dari Nadya, namun entah kenapa tangannya bergerak sendiri untuk menerima panggilan itu.

"Assalamualaikum ..." ucap Zaidan memulai pembicaraan di telepon.

Hening.

Tidak ada jawaban dari orang yang menelpon membuat Zaidan bingung.

Naya yang melihat itu pun ikut bingung, "Siapa?" bisiknya.

"Nadya" jawab Zaidan namun tanpa suara, hanya gerakan mulut. Tangannya bergerak menekan tombol speaker .

"Halo" ucap Nadya.

"Jawab salam gue dong" ucap Zaidan.

Buagh!

Mendengar ucapan itu, Naya tak segan-segan memukul punggung Zaidan lumayan keras.

"Akh! sakit Nay!" ringis Zaidan mengelus punggungnya yang terasa perih.

ANTAGONIS || ZAINATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang