"Mau ya? Mau dong bangg!" Suara rengekan itu terus menghantui pendengaran Zaidan yang berusaha mengalihkannya dengan bermain hp.
Ia berusaha untuk tidak mendengarkan rengekan dari anak kecil yang sedari tadi mengganggunya itu.
"Ayo dong bang! Jahat banget deh! Ini kan pentas seninya Sera! Masa gak mau datang jadi perwakilan orang tua sih!" Kata Anasera, gadis kecil yang sedari tadi menggoyangkan lengan Zaidan.
"Ahhh! Sera! Minta Abang Safir aja! Jangan Abang!" Kata Zaidan.
"Ihh! Kalian apaan sih! Tadi waktu Sera bilang ke bang Safir, minta ke bang Zaidan! Sekarang, waktu Sera minta ke bang Zaidan, bilangnya ke bang Safir!" Anasera menggembungkan pipinya kesal.
"Yaelah, Sera! Kan yang diundang orang tua, bang Zaidan sama bang Safir kan bukan orang tua kita! Kenapa mereka coba kamu suruh datang?" Kata seorang anak laki-laki yang tengah bermain game di sebelah Zaidan.
"Ya iya lah mereka berdua! Kan pengganti orang tua kita. Gak mungkin kan, Sera datang ke makan mama sama papa baru say hi! Terus tanya, 'Ma, Pa, Sera ada pentas seni nanti, orang tua diundang, kalian bisa datang?' gitu?" Kata Sera protes.
"Buset, dark amat ni anak" batin Zaidan sweatdrop.
"Yahh .... Gak gitu juga sih," anak laki-laki itu melirik ke arah lain, sweatdrop.
"Tapi bisa aja tau! Mana tau kan, mama sama papa datang ke pentas seni kamu dalam bentuk arwah. Kita kan gak tau?" Anak laki-laki itu mengedikkan bahunya.
"Etdah, udahin deh pembicaraan kalian, Kael, Sera, gelap banget aelah!" Zaidan menepuk kepala Kael, atau lebih tepatnya Arkael Argantara.
"Dia yang mulai juga" nyinyir Arkael Argantara.
Anasera duduk cemberut sambil menatap Zaidan dan Arkael kesal. Ia kemudian melirik Shappire yang datang ke ruang tamu lalu duduk bersama mereka.
"Bang safiiiirr!" Rengek Anasera.
Shappire meneguk ludahnya gugup. Ia melirik ke arah lain, berusaha tak melihat wajah adiknya yang merengek itu.
"Hmm, aku ada ide Sera! Mau denger gak?" Tawar Arkael.
"Apa?"
"Bang Zaidan sama bang Safir nanti datang. Terus bang Safir jadi perwakilan papa, bang Zaidan mama! Nah, pas! Perwakilan dari mama sama papa!" Ucap Arkael polos.
Pfuuuhh!
Zaidan yang sedang minum mendadak menyemburkan air minumnya.
"Uhuk! ... Uhuk! Hah ... Astaga ..." Zaidan mengusap area sekitar mulutnya yang basah. "Gila banget idenya Kael!"
"Hmm ... Bis aja sih, mau, Zai?" Tanya Shappire manggut-manggut.
Buagh!
Bantal sofa sukses mendarat di wajah Shappire.
"Pir ... Kalo Lo udah gak waras, jangan ajak-ajak gue tolong," Zaidan melangkah menjauh.
"Gue tau Lo capek Ama idup Lo yang gini-gini amet, gue tau kok Lo capek ngurus kita-kita sambil sekolah. Tapi tolong waras dong Pir!" Ucap Zaidan mengeluarkan unek-uneknya.
Ia tak menyangka bahwa Shappire akan terima-terima saja dengan ide Arkael yang benar-benar tak masuk akal.
"Ya kan cuma perwakilan sih. Mana tau Lo mau" Shappire berkata bodo amatan.
"Cuma perwakilan pun! Tetap aja! Lo gak gay kan Pir? Lo masih waras kan?" Tanya Zaidan was-was.
"Gue masih waras ya anjing!" Kata Shappire blak-blakan.
Hening.
Shappire menyadari kata kotor yang ia ucapkan tadi, lalu melirik Anasera yang menatapnya polos. Ia menepuk dahinya.
"Haaa! Kak safir bilang apa tadi?" Kata Anasera.
"Gak ... Gak bilang apa-apa kok..." Shappire mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Wuuu! Yang bilang gak boleh cakap kotor, situnya sendiri cakap kotor!" Sindir Arkael.
Sementara Zaidan sudah tertawa sedari tadi.
Shappire memandang Zaidan kesal, kemudian terbesit ide jahil di pikirannya.
"Hmm, Sera. Kalau misalnya bang Zaidan sama kak Nadya gitu jadi perwakilan, mau gak?" Tanya Shappire.
Mata Anasera lantas memancarkan sinar semangat, "Wahh! Mau! Mau!"
Sementara, Zaidan tersentak dengan ide Shappire yang lebih tak masuk akal dengan ide Arkael tadi.
"Woy! Kok jadi sama Nadya!" Kata Zaidan tak terima, pipinya sedikit memerah malu.
"Biar pas, cowok, cewek," kata Arkael. "Tadi waktu dibuat cowok, cowok, pada gak mau!" Sambungnya.
"Beda konsep, Kaeeell!" Kata Zaidan, menjitak dahi Arkael kesal.
"Mau ya, bang? Pleaseee!" Bujuk Anasera.
"Ughh ..." Zaidan jadi kesusahan. "Tapi, masa sama Nadya?"
"Jadi sama siapa? Lo mau sama Naya, ya?" Tanya Shappire.
Wajah Zaidan semakin memerah, "Apaan sih Pir! Lo kok jadi makin gak waras gue tengok"
"Hahh ... Lihatlah orang yang Denial ini ...." Arkael menghela nafas. Kok situ yang sibuk?
"Tapi kann! Sera gak kenal kak Naya! Siapa?" Tanya Anasera.
"Tuh kan, udah sama Nadya aja. Dah kenal si Sera, lain kali aja sama Naya nya, Zai" kata Shappire membuat Zaidan semakin malu.
"Nanti,bang Shappire gimana dong? Gak mau liat?" Tanya Anasera.
"Nanti Abang datang siap kerja aja. Abang usahain selesai cepat deh" kata Shappire.
"Jadi gmn, Zai?" Tanya Shappire lagi pada Zaidan yang merungut dan menggunakan umpatan dari tadi.
"Au ah! Serah!"
"Buset kayak cewek aja ..."
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTAGONIS || ZAINA
Teen FictionANTAGONIS || ZAINA • Kanaya Anathaleetha • Arabella Nadya Zkiya • Zaidan Agra Davindra Nadya suka Zaidan, Zaidan suka Naya, Naya gak suka siapa-siapa. "Minyak dan air gak bisa nyatu, eh kitanya juga ikutan gak bisa nyatu" Nadya. "Sorry, beda agama f...