Zaidan berjalan ke luar sekolah sambil menyeruput minumnya. Ia lalu berhenti saat melihat seseorang yang dikenalnya sedang duduk di bangku tunggu sekolah.
"Nadya!" Panggil Zaidan.
Sang pemilik nama menoleh, ia mendapati Zaidan yang berjalan ke arahnya.
"Si anjing, dia ngapain kesini? Gak peka atau gimana" Nadya menggerutu dalam hati.
Pasalnya, disitu hanya ada dia yang duduk di bangku tunggu. Lalu Zaidan datang?
"Lo ngapain sendirian disini, nanti ada setan datang gimana?" Ucap Zaidan cecengesan. Ia berdiri di belakang Nadya, meletakkan kedua tangannya di senderan kursi.
"Udah disamperin malah, nih setannya di belakang gue" ujar Nadya memutar bola matanya malas.
"Lagian Lo juga ngapain nyamperin gue kesini, gue lagi badmood tau gak? Lo gak peka apa gimana sama kondisi cewek?" Sindir Nadya.
Entah lagi pms atau entah lagi kenapa. Tak ada hujan, tak ada badai, tak ada petir, tiba-tiba Nadya merasa kesal dengan datangnya Zaidan disitu.
Gak tau, bawaannya badmood. Jangan-jangan, beneran ada setannya lagi?
"Beh, kayak nge-jleb gitu di dada gue. Lagian sih, Lo jadi cewek ribet benget. Gue itu bukan peramal yang bisa baca isi hati Lo! Mana gue tau Lo lagi badmood asyuu!!" Zaidan tersenyum geram.
"Ya, jadinya Lo nyalahin gue nih?" Balas Nadya.
"Gak gitu lohh Nadyaaa, kok ribet banget sih, au ah capek" Zaidan memutar bola matanya malas.
"Nih, daripada Lo bete, badmood, dan jadi rese and ngeselin gini. Mending Lo minum ini nih. Yang dingin-dingin, biar seger" Zaidan menempelkan minuman kaleng dinginnya ke pipi Nadya, membuat gadis manis itu terperanjat.
"Woi! Anjir! Dingin!" Seru Nadya kesal.
"Ya emang dingin! Siapa yang bilang panas coba?" Ucap Zaidan mengedikkan bahu, bodo amatan. Ia membuka tutup kaleng itu dan memberikannya kepada Nadya.
"Nih, Lo mau gak? Kalau gak biar buat gue" tanya Zaidan menyodorkan minuman kaleng itu lagi.
"Gak" kata Nadya, namun ia malah tetap mengambil minuman itu dari tangan Zaidan.
"Gak mungkin nolak maksudnya" Nadya kemudian menyengir dan menyeruput habis minuman itu.
Ia kemudian dengan enteng membuang kaleng yang airnya sudah habis ia minum itu ke tong sampah.
"Makasih, seger minumannya" ucap Nadya tersenyum.
"HOI!"
Mereka berdua mendengar suara teriakan dari arah belakang, lalu menoleh.
Ternyata shappire datang menghampiri mereka.
"NADYAA!! Lo ngapain disitu? berduaan sama Zaidan lagi. Hah! Apa jangan-jangan....!"
Ternyata ada satu orang lagi.
Satu orang cewek di belakang Shappire yang ikut menghampiri. Gadis itu menutup mulutnya, seakan terkejut saat menyadari hanya Nadya dan Zaidan saja yang ada disitu sebelumnya.
"Apa sih Van. Emangnya masalah kalau cuma kami berdua disini?" Tanya Nadya kesal menatap gadis itu.
Tivanni Alana, gadis itu menyeringai, "Ya, masalah lah! Kalian cuma berduaan disini"
"Ber-du-a-an! Ngerti? Berduaan lohh!" Tivanni cecengesan, ia mendekatkan kedua jari telunjuknya.
"Apasih anjing!" Seru Nadya kesal mendorong Tivanni.
Tivanni sedikit terdorong, namun langsung membalas memukul Nadya, "Yaa ... Selow lah anjir!"
"Gak! Gak bisa aku selow ini!" Nadya menggerling.
Shappire memutar bola matanya malas melihat pertengkaran random kedua cewek itu.
"Ngapain? Kok belum pulang?" Tanyanya.
"Lagi nunggu dijemput" jawab Nadya.
Shappire mengerutkan dahi, bingung. "Tumben? Biasanya Lo yang cepet pulang, paling cepet dijemput gitu"
"Dihh, kok tau? Lo nge stalker gue ya?" Ucap Nadya memicingkan matanya cecengesan.
"Opp! Tau dia!" Goda Tivanni.
"Apasih Van! Ikut campur kali!" Ucap Nadya.
Shappire memutar bola matanya malas, "Najis! Ogah gue"
"Paan sih Phir! Lo ngapain disini? Ganggu tau gak?" Ucap Zaidan.
Pernyataan Zaidan membuat perasaan Nadya menjadi geli. Gimana gitu ya? Ni anak orang peka gak sih? Itu kata-kata dia itu bermakna ganda.
Yang ada salah nangkap anak orang nantinya.
"Opp, Fir, ganggu kita katanya" Tivanni berkata menggoda, menyenggol-nyenggol lengan Shappire.
"Cabut yok, mau berduaan orang ini. Kita cuma 'pengganggu' katanya" ucap Tivanni sinis.
"Lo kalo mau senyum, ya senyum aja Nad. Gak usah nutup-nutup gitu" sindir Shappire saat melihat Nadya menutup mulutnya.
Nadya yang kepergok senyum-senyum sendiri pun menjadi malu, "Apa sih anjir! Siapa yang senyum coba! Sok tau Lo!"
"Lo kalo emang dah senyum, gak usah nyangkal, anjing! Gue timpuk juga Lo lama-lama!" Tivanni mengambil ancang-ancang hendak memukul Nadya dengan botol minumnya.
"Gue gak senyum ya! Sok tau banget Lo berdua!" Ucap Nadya mendorong jauh tangan Tivanni yang siap memukulnya dengan botol minum kapan pun juga.
"Dihh, gini-gini gue ahli ramal ya" balas Shappire tak terima.
"Beh, Phir! Lo tu ya, kalo depan orang diam-diem sok cool, tapi bisa-bisanya Lo blak-blakan kayak gini?" Zaidan menutup mulutnya menahan tawa.
"Pfft ... Apa kata Lo tadi? Ahli ramal? Hahahaha! Woilah! Coba ramal gue dong mas dukun Safir!" Ledek Zaidan tertawa.
"Diam Lo, bocah geblek!" Ucap Shappire kesal menjitak Zaidan.
"Anjir sakit bodoh!" Seru Zaidan mengelus keningnya yang di jitak Shappire.
"Bodo! Emang peduli gue?" Balas Shappire.
Tivanni yang melihat adegan pertengkaran itu pun hanya bisa senyum-senyum. Itu jadi pemandangan menarik bagi dirinya.
"Aww, liat kalian lucu deh. Lo ngerti maksud gue gak Nad?" ucap Tivanni terkikik sendiri.
"Anjir! Sesat banget Lo!" Ucap Nadya menyenggol bahu Tivanni.
"Tapi, emang sih. Hehe ... Pikiran gue ... Lanjut deh lanjut kalian berdua" ucap Nadya kemudian terkikik.
Bulu kuduk Shappire tiba-tiba berdiri, ia merinding. "Lo berdua jangan mikir aneh-aneh ya anjing! Gue normal!"
"Ha? Mikir apa?" Zaidan bertanya polos. Sok polos sih.
"Ya, lagian Lo pada gituan di depan kami. Ya .. kami kan jadi ... Hehehe ..." Tivanni cekikikan.
Tivanni Alana
KAMU SEDANG MEMBACA
ANTAGONIS || ZAINA
Teen FictionANTAGONIS || ZAINA • Kanaya Anathaleetha • Arabella Nadya Zkiya • Zaidan Agra Davindra Nadya suka Zaidan, Zaidan suka Naya, Naya gak suka siapa-siapa. "Minyak dan air gak bisa nyatu, eh kitanya juga ikutan gak bisa nyatu" Nadya. "Sorry, beda agama f...