2.0

3.2K 496 8
                                    

June, 18th 2014

Fillain dan Kian sedang berada di perpustakaan fakultas, karena ada tugas yang harus dikumpulkan besok. Mereka memang selalu satu kelompok jika menyangkut tugas kuliah, alasannya simple; mereka sama-sama sudah nyaman. Ha.

"Kian," panggil Fillain--tanpa berhenti mencari  topik bahasan dari sebuah buku.

Kian yang sedang sibuk dengan laptopnya pun menoleh.

"Dari mana Louis tahu alamat kampus ini ya? Maksudku--"

"Oh astaga hampir saja aku lupa! Tau kah kau siapa Louis itu?" Kian merapatkan posisi duduknya pada Fillain seakan sedang membicarakan hal yang sangat serius. Fillain mengalihkan pandangan dari lembaran bukunya, sehingga kini menatap Kian.

"Apa maksudmu?"

"Ck apa kau tahu apa pekerjaan Louis ?" Tanya Kian lagi, membuat Fillain diam-diam penasaran kemana arah bicara sahabatnya ini.

"Kian apa maksudmu, aku tidak tahu dia bekerja dimana. Waktu aku bertanya, dia malah terlihat marah." Fillain mendesah kecewa mengingat fakta Louis adalah orang yang tertutup.

"Sudah kuduga, dia tidak memberitahumu soal ini. Dia adalah direktur utama Tomlinson Enterprise."

Fillian tak bisa menyembunyikan raut wajah kagetnya mendengar apa yang diucapkan Kian barusan. Ini gila. Dan tidak masuk akal. Batinnya dalam hati.

"Apa kau tidak salah orang ?" Tanya Fillain meyakinkan. Pasalnya penampilan dan semua perangai Louis sangat jauh dari kata Direktur.

"Aku bertanya pada ayahku sendiri, Filla. Kau ingat kan, ayahku mempunyai kerjasama dengan beberapa perusahaan dan salah satunya proyek besar bersama perusahaannya." Jelas Kian yang kini telah mengubah posisi duduknya menghadap Fillain.

***

Fillain tenggelam dalam pikirannya sendiri, bahkan ia lupa sudah berapa lama ia berada di taman ini.

"Sampai kapan kau akan melamun seperti itu terus ?" Tanya sebuah suara. Membuat Fillain mendongak sedikit kaget, namun ia bisa menutupinya dengan cepat.

"Hey, kau selalu keluar malam ya ?" Fillain bangun dari bangku taman yang sudah didudukinya daritadi.

Louis yang saat itu baru saja duduk, refleks menarik tangan Fillain agar ia terduduk lagi. Fillain terkikik geli, "Ada apa kau kesini ?"

"Tidak apa-apa, kau tidak suka aku kemari ?" Louis mengerutkan dahinya.

"Apa ? Oh tidak, bukan begitu. Aku suka, eh." Fillain jadi salah tingkah sendiri, karena Louis kini menatapnya intens.

Meskipun diterangi lampu taman yang redup, Louis masih bisa melihat semburat merah di pipi gadis itu. Tanpa sadar kedua sudut bibir Louis tertarik keatas membentuk lengkungan senyum.

"Aku tahu, si jangkung itu pasti sudah memberitahu-mu tentang pekerjaanku."

Fillain tersentak kaget, tak habis pikir dari mana Louis mengetahui kalau Kian sudah menceritakan pekerjaannya.

"Dengar, aku tidak berusaha menutupi hal itu. Karena kupikir tidak penting bagaimana status sosial ataupun latar belakang kita disangkut-pautkan dalam masalah seperti ini."

Fillain terdiam, berusaha mencerna maksud ucapan Louis. Gadis itu bukan gadis bodoh yang tidak peka terhadap perasaan orang di sekitarnya, bahkan Fillain tahu Louis menyimpan perasaan sejak kedua lengan hangat itu menyelimutinya. Kalau boleh jujur hati kecil Fillain juga menginginkan Louis berada dekat dengan dirinya, dan ia amat takut jika nyatanya dia terlalu percaya diri.
Tapi Louis layaknya teka-teki yang belum terpecahkan. Terlalu banyak hal yang membuat Fillain bingung atau bahkan penasaran dengan perubahan mood dan sikapnya.

Hening, hanya terdengar desiran angin musim panas yang terasa lebih sejuk di malam hari. Keduanya tetap diam, sama-sama tidak tahu siapa dulu yang baiknya angkat bicara. Hingga Louis akhirnya menghembuskan nafas berat.

"Fine, bisakah kita bertemu besok?"

+++

Maafkan aku karena ini bisa disebut chapter filler paling abal hahahaha:(

Cerita abal ini mungkin gue buat paling panjang 15 chaps ((gue yakin ngga ada yg mau tau)) wkwk tapi tetep vote sama komen dong hihi gue sangat mengharapkan :'))))

So, double update?

Ciao xx

Shadow - Louis T.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang