June, 20th 2015
Fillain terbangun diruangan yang tidak dikenalnya, ia menatap sekelilingnya. Fillain menemukan sebuah jam digital kecil diatas meja samping tempat tidur menunjukkan pukul 04:36AM.
Perlahan ia duduk dengan memegang kepalanya yang masih terasa berat. Fillain sendiri pun bingung mengapa kepalanya terasa berat, ia menyandarkan punggungnya. Ia mencoba mengingat kejadian semalam, bagaimana dia bisa berada di kamar orang asing seperti ini.
"Louis.." Dari semua yang Fillain coba ingat, hanya nama cowok itu yang akhirnya terlontar.
Fillain mendesah, ia memijat pelipisnya pelan. Ah ya dia ingat, semalam Louis mengajaknya ke sebuah bar dan dirinya berakhir mabuk. Sekali lagi, Fillain menyapukan pandangannya ke seluruh penjuru kamar Louis.
Pandangan Fillain terhenti pada sebuah amplop putih polos yang tergeletak di dekat lampu tidur. Permukaan amplop yang tak berperekat itu menunjukkan beberapa lembar kertas terlipat di dalamnya. Fillain -yang punya rasa ingin tahu cukup tinggi- mulai penasaran dengan apa yang tertulis pada berlembar-lembar surat itu.
Anggap Fillain lancang, karena sekarang tangannya sudah meraih amplop putih tersebut. Tak bisa di pungkiri, jantungnya bisa meledak kapan saja saat ia menyadari namanya tertera pada kepala amplop yang tertekuk kebelakang.
Fillain sempat menahan napas ketika ia mengeluarkan kertas tersebut, diam-diam mempersiapkan mental untuk apa yang akan ia baca seperdetik dari sekarang.
Hi, Fillain.
Aku tahu saat ini kau bertanya-tanya dalam hati untuk apa aku menulis surat ini. Hah, memang kedengarannya bodoh. Tapi mau bagaimana lagi? Aku bukan orang yang pandai mengutarakan apa yang ada dipikiranku, jadi kurasa ini jalan satu-satunya agar kau sedikit memahami bagaimana kehidupanku sebelum kita bertemu.So, boleh aku mulai ceritaku? :)
Aku lahir di keluarga yang bahagia dan harmonis, kedua orang tuaku sangat menyayangiku dan begitu sebaliknya, aku sangat menyayangi mereka. Aku tumbuh menjadi anak yang ceria dan sangat aktif.
Ibu selalu menemaniku kapan saja, sedangkan ayahku sibuk bekerja. Tapi selepas pulang kerja ia selalu membawakan mainan kesukaanku dan menemaniku bermain. Semuanya berjalan sebagaimana mestinya hingga saat aku berumur 13 tahun, satu persatu kebahagiaan yang mengelilingiku hilang satu per satu.
Aku kehilangan ibuku, beliau meninggal saat aku berada di sekolah. Seketika itu duniaku runtuh, Fillain... Keadaan tersebut membuatku berubah menjadi anak laki-laki yang pendiam. Butuh waktu setidaknya hingga aku berumur 14 tahun untukku menjalani kehidupan normalku, dan kurasa tidak begitu dengan ayahku. Dia tak terlihat sedih.
Aku sangat membenci kenyataan ayahku tak sedih sama sekali, ia justru tak memperhatikan aku. Berangkat pagi, pulang larut malam, dan ia mulai membuat beberapa aturan yang tak masuk akal. Hal ini memaksaku untuk menjadi remaja yang suka memberontak. Bahkan aku mengetahui sendiri, Ayahku-lah dalang dibalik kematian ibukku.
Aku sangat terpukul. Selama satu bulan penuh aku tak pulang kerumah demi menghindar dari ayahku. Aku tinggal menumpang di rumah bibiku, kadang di rumah sahabatku.
Pada umur 18 tahun aku mulai mengenal rokok, bahkan yang lebih parah aku pernah menghisap ganja bersama sahabat-sahabatku. Aku merasa bebanku sedikit terangkat jika aku merokok dan minum bir. Bisa dibilang barang-barang itu adalah pelarianku. Huh.
● Aku pernah merusak beberapa fasilitas sekolah, saat aku kesal karena di usir dari kelas Bahasa Jerman
● Aku hampir membakar ruang praktik Kimia karena aku tidak suka gurunya yang selalu menggosip tentang kehidupanku
● Aku sering menghajar adik kelas yang menurutku culun dan tolol, meskipun dia tak berbuat kesalahan padaku
● Aku memecahkan jendela kelas kurungan untuk kabur
● Mengganti musik klasik di speaker utama sekolah dengan musik rock
● Menelpon restoran pizza dan memesan puluhan karton pizza atas nama kepala sekolah
● Mengunci seorang guru matematika di toilet
● Membuat kepala sekolah pingsan karena aku memakai topeng menyeramkan.Semua perilaku buruk itu berlanjut hingga aku masuk university. Ayahku pun mulai menekan aku untuk menjadi penerus perusahaannya. Meskipun aku termasuk orang paling pintar di university, aku tetap saja menolak hal tersebut mati-matian. Hingga ayahku meninggal, dan tidak ada pilihan lain jadi aku yang memegang perusahaan ayahku sekarang.
Saat pertama kali bertemu denganmu, aku merasa..ada seseorang yang peduli padaku. Aku merasa ada orang yang memercayaiku. Aku ingin jadi lebih baik, Fillain.
Tanpa terasa pipi Fillain basah karena air mata. Ia mengusap pelan kedua pipinya dengan punggung tangan, lalu hidungnya yang memerah.
Ia tak pernah menyangka Louis harus menerima banyak cobaan di hidupnya, ia harus menerima kenyataan pahit bahwa Ayahnya sendiri yang merencanakan kematian Ibunya. Hal tersebut secara tidak langsung membentuk perilaku nya yang suka memberontak dan melampiaskan kemarahannya pada lingkungan sekitar. Padahal Louis hanyalah cowok yang ingin di perhatikan, ia ingin di percaya seseorang.
Fillain meletakkan surat itu ke atas meja, dan beranjak keluar kamar untuk mencari Louis. Senyum gadis itu mengembang sesaat setelah ia menemukan Louis tidur bergelung selimut di atas sofa. Fillain mendekat dan berlutut di samping sofa.
Ia mengusap rambut Louis dengan lembut. Sulit di percaya tukang marah ini, pernah mengalami masa yang sulit. Bahkan kisah pahit Fillain sendiri tak ada apa-apanya dibanding milik Louis.
Louis bergerak meregangkan otot-ototnya. Sebelah mata cowok itu terbuka dan langsung terkejut ketika menatap mata sembab Fillain.
"Fillain, ada ap-"Louis mengurungkan niatnya untuk bertanya, karena sekarang Fillain tengah menghambur kedalam pelukannya.
+++
SIAPA YANG LAGI PUASA??? :))))
Gue harap zayn ikutan puasa di bulan puasa ini wkwk mengingat dia sudah ngga sesibuk another 4 pieces:')
Dan semoga batuknya niall cepet sembuh, karena gue ngga tega baca tweetnya:(JELEK AMAT YA CHAP INI NGGA DAPET FEEL SAMA SEKALI HU:(
TAPI KALO VOMMENTS DOANG NGGA BIKIN LAPER KOK WKWK :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow - Louis T.
Fanfiction"Shadows come with the pain that you're running from." Copyright © by mycaptainpotato