4. Insiden Sebelum Hari H

1.5K 152 7
                                    

Part 4 Insiden Sebelum Hari H

Sore itu, Jasmin pulang lebih awal karena mendapatkan pesan dari sang papa yang ingin bicara dengannya. Meski masih ingin diam lebih lama lagi, entah kenapa ia mengabulkan keinginan sang papa.

Pelayan mengatakan papanya baru saja datang dan akan menunggunya di ruang kerja dalam lima belas menit. Jasmin pun langsung naik ke atas. Menemukan kotak besar yang diletakkan di tempat tidur.

Jasmin membukanya. Sekali lagi menelan kepedihannya melihat yang ada di dalamnya adalah gaun pengantin. Sepatu dan juga buket bunganya. Ia membanting penutupnya, melempar tasnya ke sofa dan langsung ke kamar mandi.

Dua hari lagi, batinnya menjerit. Apa yang harus dilakukannya untuk menghindari pernikahan ini?

Dan pikirannya semakin buntu. Ketika ketegasan sang papa masih sama kokohnya seperti sebelumnya. Mengingat tamparan yang masih terasa membekas di hatinya, Jasmin sepenuhnya tak berkutik. Ia keluar, dengan keputusan sang papa yang masih bulat.

*** 

“Auuwww …” Jasmin gegas menarik kakinya dari sepatu. Merasakan perih oleh tusukan benda tajam di dalam sana. Kepalanya tertunduk, melihat ujung telapak kakinya yang dihiasi darah. Ia pun membungkuk, mengambil sepatuh tersebut dan membalikkanya. Membelalak terkejut melihat beberapa paku payung yang ada di dalam sana.

Dan satu-satunya orang yang akan melakukan kelicikan semacam ini tentu saja hanya Kailee. Beranjak dari duduknya, ia melangkah keluar dari dalam kamar. Mengabaikan gaun pengantin yang ekornya cukup panjang dan sangat mengganggu langkahnya. Berbelok ke samping kiri, melewati dua pintu dan mendorong pintu ganda yang ada di depannya.

Begitu memasuki kamar tersebut. Ia langsung menemukan Kailee yang berdiri di depan meja rias sementara penata rias sedang menata rambut pendek wanita itu.

“Kau yang melakukannya, kan?!” cecar Jasmin melemparkan paku payung di tangannya ke wajah Kailee, yang menjerit histeris sembari menutup muka.

Penata rias yang berdiri di samping Kailee pun ikut terkejut dengan tindakan Jasmin. Tubuhnya mematung dengan wajah yang pucat, masih tampak syok dengan apa yang baru saja terjadi.

Kailee perlahan mengangkat wajahnya. Matanya melotot, nyaris melompat keluar. “Apa kau sudah gila, hah?!”

“Kau sengaja memasukkan benda itu di sepatuku, kan?”

“Untuk apa aku melakukannya?”

“Karena aku yang menikah dengan Caius? Bukannya kau sibuk memujanya.”

Mulut Kailee membuka dan tertutup dengan gugup. Tetapi segera terhenti ketika menyadari langkah yang datang.

“Keributan apa ini?” Suara Jovan muncul dari arah pintu. Diikuti Maria yang segera menghampiri Kailee. Memeluk sang putri yang sekarang sudah memasang wajah teraniaya dan terisak.

“Kailee memasukkan paku payung ke sepatu Jasmin.” Jasmin menunjukkan telapak kakinya yang berdarah.

Kailee menggeleng dengan pilu. “Itu tidak benar, Pa.”

Jasmin mendengus mengejek. “Memangnya siapa lagi yang akan melakukan hal selicik ini jika bukan kau, hah?”

“Apa kau punya buktinya? Aku tahu kau memang tak menyukaiku sejak aku dan mamaku datang ke rumah ini, Jasmin. Tapi … bagaimana mungkin aku akan melakukan hal sekeji itu padamu.” Kailee membuat suaranya semerana mungkin, melanjutkan isakan teraniayanya yang semakin menjadi.

“Kau pikir air mata buayamu bisa membuatmu cuci tangan dari …”

“Cukup, Jasmin!”

Suara bentakan sang papa seketika memucatkan wajah Jasmin. Menatap sang papa dengan ketidak percayaan. “Apakah papa tak percaya padaku?”

Jovan mendesah, tampak frustrasi. “Papa tahu kau masih belum menerima pernikahan ini. Tapi perlukah keributan semacam ini untuk menghentikan semua ini?”

Seolah belum cukup ketidak percayaan papanya, kali ini Jasmin semakin terpukul oleh kalimat sang papa. “Apakah papa pikir aku melukai diriku sendiri?”

Jovan mendesah pelan. Tak tahu harus mengatakan apa.

“Ya. Jasmin akan berusaha menerima pernikahan ini. Agar berhenti membuat keributan di rumah ini.” Jasmin mengerjap, mengurai air mata yang sudah menggenani kedua matanya. Dengan perasaan yang semakin ditancapkan tombak, ia melangkah keluar. Setengah berlari menuju kamarnya. Menahan isakan yang nyaris tumpah. Ia berusaha menekan dorongan air mata yang mendesah keluar. 

Satu dua kali ia menarik napas dalam-dalam. Mengembuskannya dengan perlahan. Sejak mamanya meninggal ketika ia masih berumur sepuluh tahun, satu-satunya hal yang dimiliki hanyalah papanya. Hingga tiga tahun yang lalu papanya menikah dengan mamanya Kailee. Tak hanya harus berbagi perhatian dan kasih sayang dengan mama tirinya dan Kailee. Kali ini kedua wanita itu telah merebut papanya.

Setelah pelayan membantunya membersihkan luka di kaki dan memasang plester, seseorang yang dikirim Caius untuk menjemputnya sudah datang. Menunggunya di bawah.

Ia naik seorang diri, sementara sang papa bersama mama tirinya dan Kailee naik di mobil lain. Sepanjang jalan Jasmin hanya melamun. Mematikan perasaannya yang masih didesaki kekecewaan.

Bruukkk…. 

Suara hantaman dari arah belakang mobil memecah lamunan Jasmin. Saat wanita itu menyadari mobil mereka ditabrak oleh mobil lainnya, tiba-tiba tubuhnya terdorong ke depan dengan keras. Kepalanya menghantam bagian belakang jok depan mobil, sebelum kemudian tubuhnya terbanting ke belakang dengan keras. Semua terjadi begitu cepat. Jasmin merasa tubuhnya berguling-guling dengan cepat, membuat kepalanya ditusuk rasa pusing yang luar biasa. Menyusul kakinya yang terasa dihantam dan terjepit. Rasa sakit yang teramat sangat membuatnya merintih kesakitan, tetapi seluruh tubuhnya tak bisa bergerak. Hingga kegelapan memenuhi pandangannya. 

Cinta Ditolak Gairah BertindakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang