Dilema

861 80 8
                                    

Erith, January 22, 1850

"Kemarikan keranjang itu Harry, biar aku yang membawanya," Ujar Draco sembari menarik keranjang besar berisi bunga yang berada di genggaman Harry.

Sudah enam hari berlalu sejak kedatangannya ke Erith, sang raja muda nampak sudah mulai terbiasa dengan kegiatan dan lingkungan sekitarnya. Jika pada awal kedatangan ia terlihat mengernyit tidak suka atau menunjukkan wajah kesal ketika tidak didepan Harry, kini tiap ia mengantar bunga ke toko tuan Piers, senyuman akan menghiasi wajah tampan itu. Satu senyuman ditujukan pada nyonya Spencer, karena susu kedelainya yang amat nikmat tentu saja. Senyuman lain ditujukan untuk tuan Zanders yang suka memberinya kepiting rebus gratis, karena ia tampan dan mengingatkan akan masa muda si pak tua ramah itu. Dan tentunya beberapa senyuman untuk warga Erith yang menyapanya dengan 'semoga harimu menyenangkan tuan muda tampan.'

Sejujurnya, Draco kadang membayangkan bagaimana reaksi rakyat Erith jika mengetahui bahwa lelaki tinggi asing itu adalah raja mereka. Apakah akan tetap ramah ataukah perlakuan mereka akan berbeda. Tetapi, dia sudah merasa puas dengan seperti ini. Melihat secara langsung bagaimana rakyatnya hidup secara normal. Jika dia mengaku bahwa dirinya adalah raja, belum tentu yang ditunjukkan oleh para warga desa adalah yang biasa mereka lakukan tetapi bisa saja hanya ingin membuat sang raja terpukau bahkan kasihan.

Selain itu, Draco tidak mau tersebarnya kabar tidak menyenangkan yang menyangkut pria mungil kesayangannya. Sang raja muda ingin semua tertutup hingga saatnya tiba ketika ia mengenalkan Harry dihadapan rakyat Alderth sebagai seorang ratu. Dan sampai hari itu tiba, ia tidak akan gegabah sehingga menghancurkan semua rencana yang sudah disusunnya.

"Tidak perlu Draco. Jujur saja aku tidak enak sudah terlalu banyak memerintahmu. Bagaimanapun kau adalah raja ku," jawab si lelaki mungil disertai sebuah gelengan kecil.

"Bukankan sudah kubilang? Aku berkunjung ke Erith sebagai pria bernama Draco Malfoy yang ingin bertemu dengan si cantik perangkai bunga, Harry Potter. Bukan sebagai Draconis Lucius Malfoy the 6th King of Alderth. Dan jika aku kemari sebagai raja, aku tidak mungkin mengenakan pakaian santai ini tanpa 10 pengawal mengikutiku kemana-mana."

"Tetapi, tetap saja. Aku tidak akan membiarkanmu. Sudah cukup kau mengantarkan bunga untuk tuan Piers sejak tiga hari yang lalu dan menyiram bunga-bungaku, Tuan Malfoy." Ujar Harry sambil berjalan cepat. Berusaha menghindar dari Draco.

Tetapi, sekeras apapun Harry berusaha menghindar, Draco akan tetap menjadi seorang dominan yang keras kepala. Sehingga, Harry hanya menghela nafas ketika tiba-tiba Draco sudah merebut keranjangnya paksa dan berjalan cepat menjauh dari si lelaki mungil.

"Harry, nanti malam setelah acara pernikahan tetanggamu. Ada sesuatu yang ingin kusampaikan," Ucap Draco sambil tersenyum kearah si mungil yang sudah berhasil menyamakan langkah kakinya.

"Kau serius mau menemaniku?"

"Tentu, anggap saja malam terakhir ku disini bersamamu." kekeh Draco.

"Ayo, matahari sudah semakin tinggi. Kau tentu tidak mau melihat Theo dan Blaise mengacaukan Estellepuff kan?" Tambahnya sembari mengulurkan tangan untuk menggandeng tangan mungil itu, dan berlari menuju Jillian yang sudah menunggu didepan hutan.

Matahari sudah terbenam di peraduannya ketika Harry Potter melangkahkan kaki memasuki kamar. Ia hanya memiliki waktu dua jam untuk bersiap mendatangi pesta pernikahan Sarah dan John, tetangga nya. Sejak siang tadi, lelaki tinggi tampan bernama Draco yang berjanji akan menemaninya, menghilang bagai ditelan bumi. Ia mengatakan setelah mengantar bunga pesanan tuan Piers, ada sesuatu yang harus diurusnya dan tidak perlu menunggu. Mau tidak mau sore itu ketika waktunya toko tutup, Harry langsung beranjak pulang seperti biasa, sebelum Draco hadir di hidupnya.

TightropeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang