RINTIK TIGA BELAS

1K 45 1
                                    

⚠ Have harsh Words

"Terimakasih untuk tetap bertahan walau luka enggan untuk pergi"
-Aksara Abrisam

====================================

Usai mengetikkan satu kalimat itu untuk Aksa, Alan menancap gas motornya diatas rata-rata tanpa peduli pada pengendara lainnya. Bahkan beberapa pengendara lain ikut berteriak akibat ulah Alan yang bahkan menerobos lampu merah. Pikirannya benar-benar kacau malam ini. Setelah dijadikan pelampiasan marah oleh Ayahnya sendiri juga melihat bagaimana dia melukai adiknya sendiri.

[Gue ikhlas kalau lo nyusul Bunda, Sha....kita bisa ketemu disana. Tapi kalau penyebab lo pergi karna laki-laki brengsek itu gue gak akan pernah terima, gue emang kejam sama lo, tapi gue punya alasannya ]

Setelah hampir dua jam membawa motornya tanpa arah yang jelas, kini Alan memelankan laju motornya, menepikan di pinggir jembatan gantung.

"Arrgghhh...."

Meremas rambutnya secara frustasi. Alan memilih melampiaskan segala bentuk amarahnya di jembatan ini. Walau beberapa pengendara lain mungkin mengira Alan adalah orang gila.

"Dasar pria brengsek...gue nyesel jadi anak lo !!! Laki-laki gak bertanggung jawab, setelah lo jadi penyebab bunda gue kehilangan nyawanya sekarang adek gue lagi HAH ?!! Gue pastiin lo akan dapat ganjarannya. DARI TANGAN GUE SENDIRI !!! FUC*ING DAD !!!"

Puas berteriak dengan segala bentuk amarah yang sudah memuncak. Alan mengepalkan tangannya bahkan memukul pembatas jembatan gantung itu, tidak peduli pada tangannya yang sudah berdarah. Bahkan beberapa kali dia menengok ketas dengan sorot mata yang begitu tajam penuh amarah.

"Gue tau, saat ini bahkan gue jauh banget sama Tuhan.... tapi, apa segininya hukuman buat gue ? Bahkan tubuh gue ikut memusuhi gue juga...."

Alan runtuh saat ini juga, dia terduduk dengan kondisi yang berantakan. Dengan bahu bergetar, Alan menyandarkan tubuhnya pada jembatan. Berharap drama memuakkan ini segera usai walau dia sendiri ragu apakah dia bisa bertahan sampai usai kisah luar bisaa dalam keluarganya.

Masih dengan memejamkan matanya, Alan bisa merasakan getaran dari saku celananya.

Aksa is calling.....

[Hal...

[LO UDAH MATI HAH ?? GUE DARI TADI NELPON LO BANGSAT !!! DIMANA LO ??]

[Lo bisa santai dikit ?]

[Pulang Lan...atau lo gak bakal bisa liat Asha lagi]

[Maksud lo ?]

[Asha butuh donor darah secepatnya. Gue tau darah kalian sama...]

Tuutt

Alan mematikan sambungan telpon secara sepihak. Melihat layar handphone nya yang sudah tidak tersambung dengan Alan lagi, Aksa meremas ponselnya dengan kuat.

"Bangsat...kalau lo lambat datang, habis lo ditangan gue Lan !!"

Melihat kearah Asha yang sudah terbaring dengan berbagai jenis alat bantu membuat Aksa kembali mengingat kejadian 30 menit yang lalu

Flashback

Setelah mendapat pesan dari Alan, Aksa melajukan motornya dengan kecepatan tinggi, tujuannya adalah rumah. Dengan perasaan penuh khawatir, Aksa memasuki rumah itu tanpa permisi. Percuma juga permisi, toh rumah ini tidak ramah sama sekali. Hendak mencari keberadaan Asha, Aksa melihat wajah pucat Asha dan tangan penuh darah yang berada di kamar Alan dengan pintu terbuka setengah.

"Aksa...."

"Sha !! Heii bangun Sha.. liat gue ..."

Dengan tangan bergetar, Aksa merobek ujung bajunya dan melilitkan pada tangan Asha yang terus mengalirkan darah.

"Tenang Sha...kita kerumah sakit...lo....lo harus tahan Sha...jangan tutup mata lo Sha...gue mohon...."

"Lo cengeng juga..."

"Iya Sha...gue terima lo mau ngejek gue apapun itu...asal lo bertahan...jangan gini Sha....please jangan tidur dulu....."

Aksa sudah mengeluarkan kata-kata dengan begitu lirih. Pedihnya melihat kondisi Asha tidak bisa di sembunyi lagi. Dengan sisa kesadarannya, Asha melihat wajah penuh kekhawatiran itu.

"Sa.... lo nolongin gue lagi...."

.....

Dengan kecepatan yang tidak kalah tinggi dari sebelumnya, Alan sudah balik arah menuju Rumah Sakit dengan modal alamat yang baru saja dikirimkan oleh Aksa. Perasaannya kali ini malah semakin campur aduk. Berniat mencari ketenangan, justru ternyata dia meninggalkan adiknya dengan kondisi parah.

"Bodoh Lan.... lo bodoh !!"

Walau kini suaranya tidak terdengar karena suara motornya sendiri, Alan merutuki dirinya sendiri. Bagaimana dia bisa pergi disaat adiknya hampir kehilangan nyawanya. Alan tidak menyangka Asha akan dibawa kerumah sakit, karena biasanya Alan tau kalau Asha hanya menggores luka kecil ditangannya yang akan sembuh dengan plaster, tapi ternyata kali ini Alan meninggalkan Asha dengan kondisi yang begitu parah. Ah bahkan Alan tau dirumah itu ada Ayahnya, tapi kenapa manusia itu tidak membantu anaknya sendiri. Apa hatinya sudah benar-benar membeku ?

=====================================
"Jangan berduka, apapun yang hilang darimu akan kembali lagi dalam wujud yang lain"

- Jalaludin Rumi -

Bantu support yaawww🤗♥

Rintik Terakhir (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang