⚠Have harsh words
"Tuhan...dia belum bahagia, jangan ambil dia"
-Alan Pradipta================================
Dengan tangan yang terus bergetar, Aksa terus menatap lurus ruangan di hadapannya. Ruangan yang masih saja tertutup. Menarik napas dalam-dalam, Aksa butuh oksigen sebanyak-banyaknya. Sebab udara di sekitarnya seperti ikut berhenti. Tenggorokan Aksa rasanya seperti tercekat benda yang begitu besar. Tatapannya masih saja kosong mengarah pada pintu itu, walaupun dokter mengatakan bahwa kondisi Asha sudah stabil. Tetap saja Aksa belum bernapas lega sebelum mata itu benar-benar terbuka. Hatinya masih saja kalut, hingga satu sosok muncul mengalihkan perhatiannya. Dengan tangan terkepal, Aksa menghampiri seseorang yang masih terlihat lemah dan pucat itu.
Bughh
"BANGSAT !!! MANUSIA APA LO HAH ?!!"
Aksa mendaratkan satu pukulan keras diwajah Alan, tanpa peduli pada kondisi laki-laki itu yang kini masih dengan kondisi lemas.
"Lo kakak paling jahat yang pernah gue kenal,Lan...kalau sesuatu terjadi pada Asha....gue jamin lo bakal mati di tangan gue...".
"Kalau itu terjadi, lo gak perlu repot bunuh gue....karna....gue yang akan lakuin itu sendiri...."
"Bullshit !!! Terus kenapa lo ninggalin dia disaat kondisinya seperti itu HAH ??!"
"Lo gak akan faham....jadi lebih baik lo tutup mulut lo yang gak guna itu...."
Bughh
"Lo bener-bener bajingan Lan...."
Kini Alan kembali tersungkur di samping ruang rawat itu dengan pukulan kedua dari Aksa
"Terserah lo, Sa....silahkan lanjutkan asumsi gak guna lo itu...."
"Lo bilang ini asumsi gak jelas Hah ? disaat kenyataannya kita hampir aja kehilangan Asha dan lo dengan santai gini ngomong gue hanya berasumsi gak guna ?"
Menahan amarah dan kekesalannya. Aksa justru menunduk untuk mengangkat Alan yang tidak kunjung bangun dari posisi duduknya saat Aksa melayangkan pukulan itu. Mendapat perlakuan dari Aksa barusan, Alan justru terkekeh. Bukankah baru saja Aksa memukul bahkan memakinya, lalu untuk apa uluran tangan ini?
"Lo gak perlu bingung... walaupun gue benci banget sama lo...tapi gue yakin Asha akan marah besar ke gue kalau tau gue udah ngebuat kakak bajingannya ini babak belur".
Aksa sengaja menekankan kata Bajingan itu kepada Alan.
"Walaupun gue bajingan...tapi jangan lupa, gue udah donorin darah gue ke dia. Walaupun....mungkin....nyawa taruhannya".
"Itu kewajiban lo, kalau lo lupa".
Alan menatap datar pada Aksa yang masih berkobar dengan amarahnya ini. Bahkan untuk melawan rasanya Alan sudah tidak mampu. Dia berusaha menahan sakit yang luar biasa pada tubuhnya. Bahkan disaat kondisinya sangat tidak memungkinkan, Alan memaksakan kehendaknya untuk mendonorkan darahnya. Dokter sangat menolak keras keinginannya ini, tapi Alan sudah lebih dulu melayangkan pukulan pada Dokter itu sampai terjadi persetujuan diatara mereka. Katakan saja kali ini Alan sudah kehilangan kewarasannya, tanpa memikirkan keselamatannya yang terancam dengan melakukan donor darah ke Asha. Inginnya hanya satu, apapun yang akan terjadi padanya, dia harus melihat Asha hidup bahagia.
"Lo tau, Sa.... lo adalah satu-satunya orang yang gue percaya walaupun kalimat lo itu semuanya mengandung racun"
Menarik napas dalam-dalam, Alan juga merasakan sesak yang luar bisaa. Ditatapnya wajah Aksa secara serius seolah meminta pertolongan yang begitu besar.
"Lo gak perlu natap gue gitu...gue jijik...atau lo mau gue tonjok lagi ? Emosi gue belum stabil Lan...."
"Sa.... bisa dengar gue sebentar.... sebelum lo terlalu jauh benci gue....tolong dengerin gue baik-baik tanpa lo potong cerita gue....karna...gue belum pernah cerita ini kesiapa-siapa...lo orang ketiga yang tau setelah gue sama bokap gue...ah mungkin ke empat Sa, setelah Bunda gue juga...."
Mencoba memaksakan diri untuk kuat. Alan mencoba untuk terbuka pada Aksa. Entahlah, tapi hatinya mengatakan bahwa Aksa bisa menjaga hal ini. Tidak ada orang lain yang bisa dipercayanya untuk saat ini selain Aksara.
"Maksud lo ??"
"Gue....dipaksa Ayah untuk tidak ikut membela Asha disaat dia melakukan kekerasan itu, kalau gue langgar....Jaminannya adalah nyawa Asha....lo tau, Sa...gue berat untuk menerima ini....gue yang harus diam saat dia ngelukai adek gue....bahkan merenggut nyawa Bunda juga...."
"Maksud lo....Bunda ?? Gue gak ngerti Lan..."
"Gue udah bilang Sa...jangan dipotong dulu...."
"Dia.... laki-laki pecundang itu...tokoh utama penyebab Bunda meninggal....dan sakitnya lagi....gue gak bisa buat apa-apa untuk keadilan itu...dan lebih paranya, wanita itu ada dirumah gue, Karina"
Deg
Tanpa diketahui dua manusia yang sedang berbagi duka itu, Asha terdiam mematung dengan kaki yang rasanya tidak berfungsi lagi.
"Jadi....ini.... harga yang lo maksud kak ??
=====================================
"Kebesaran seseorang tidak diukur dari kekuatannya, tapi diukur dari bagaimana dia berdiri tegap setiap kali dia terjatuh"Bantu support yaaawww🤗♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik Terakhir (END)
Romance"Aku tau semua rasa milikMu Tuhan, Tapi bisakah kupinjam rasa bahagia ini untuk bersamanya ?" -Aksara Abrisam- Rintik hujan yang menenangkan, apakah dia sedang mengantar kedamaian untuk jiwa seseorang yang penuh luka itu ? Atau justru menemani kisa...