⚠Have harsh words
"Bunga itu hancur lagi..."
- Aksara Abrisam=====================================
"Kak...Jadi...lo....Bunda..dan Karina ??"
Mendengar kalimat itu, Alan menatap wajah Asha dengan raut datar. Entahlah, saat ini Alan lupa cara mengeluarkan ekspresi. Masih setia pada keterdiamannya di pintu ruang rawat Asha. Alan mengurungkan niatnya untuk masuk, hingga dia berbalik badan dan berjalan meninggalkan ruangan itu walaupun teriakan Asha terdengar begitu pilu.
Asha terus terisak walau kini Dokter sedang bersusah payah untuk menenangkannya untuk memasang kembali selang infus pada tangannya. Tapi beruntungnya, Dokter wanita yang kini menanganinya cukup sabar dengan gerakan yang dibuatnya.
"Tenang dulu ya...kamu belum pulih total...istirahatkan dulu pikiran kamu...."
Jiwa Ke-ibuan Dokter itu sedikit mampu memberikan efek ketenangan pada Asha. Walau sedikit tenang tapi tidak dengan pikirannya, Asha masih saja kalut dengan apa yang baru saja di dengarnya.
"Kenapa saya harus diselamatkan Dokter ? Saya capek dengan semua drama ini.....". Asha menatap lirih Dokter yang kini membalas tatapannya dengan senyum tulus itu, walau kini janjinya pada Bunda belum terwujud tapi Asha rasanya ingin menhentikan waktu kehidupannya saat ini juga. Kehidupan yang semakin hari makin menggerogoti kebahagiaanya.
"Jika kamu punya keberanian untuk mengakhiri hidupmu, maka saya berharap agar kamu juga berani untuk bertahan hidup...sebab masih banyak hal kecil yang bisa kamu lakukan... masih ada harapanmu yang juga harus kamu wujudkan kan....". Dengan senyuman yang sama, Dokter mengelus pelan tangan Asha yang kini sudah terpasang infus sebelum dia beranjak dari ruangan itu.
Entahlah, mendengar satu kalimat dari Dokter tadi membuat Asha memejamkan matanya sejenak seolah memberi harapan baru agar dia harus bertahan, tapi sayangnya ketenangan itu hanya bertahan sebentar sebelum dia kembali teringat pada cerita Alan yang baru saja di dengarnya. Walau masih dengan kondisi lemahnya, Asha lagi-lagi berusaha bangkit dari tidurnya dengan mata yang merah menhan tangis yang hendak keluar lagi.
"Tenang dulu,Sha.... lo butuh istirahat....Alan juga butuh waktu".
"Sampai kapan ? Gue tanya sampai kapan Sa ?? Sampai kapan dia nyimpan semuanya....gue...gue juga butuh cerita itu Sa...gue mau tau kenapa Karina bisa tinggal dirumah guekenapa Kak Alan diem aja sama semua itu."
Runtuh sudah pertahanan Asha saat ini. Fakta yang masih belum selesai itu berhasil menambah beban di hidupnya. Bahkan sakitnya berkali-kali lipat dirasakannya, sampai kapan rasa ini akan hilang ?
"Pasti akan ada waktunya Sha... dia butuh waktu untuk bisa melepas sesuatu yang disimpannya selama ini...."
"Gue tau dia butuh waktu Sa...tapi apa waktu itu bisa nunggu gue, gimana kalau Tuhan lebih dulu ambil gue ?"
"Ashakira !!"
Mengepalkan tangannya kuat-kuat. Aksa benar-benar membenci kalimat Asha yang seolah sedang menunggu waktu itu. Menatap Asha yang kini berusaha bangkit dari posisi berbaringnya.
"Sa.. gue... mau pulang... please bantuin gue".
"NO !!! Lo belum pulih Sha...gue bisa bantuin lo apa aja setelah ini.... setelah lo sembuh total !!"
"Aksara....tolong....gue cuma mau ketemu kak Alan... gue paling tau tubuh gue..udah gak sakit lagi Sa...justru gue tambah sakit kalau ini gak selesai "
"Sha.... tolong lo nurut dulu... setelah ini ya...". Kini Aksa sudah seperti orang tua yang sedang memohon pada anaknya agar menurut. Tapi Asha tetaplah Asha, soso yang paling sulit untuk menuruti orang lain saat kemauannya sudah sangat besar.
"Oke kalau lo gak mau bantuin gue...gue bisa sendiri "
Menghembuskan napasnya secara kasar, Aksa bingung jika sudah berhadapan dengan keras kepala Asha. Apalagi saat ini Asha sudah siap mencabut infusnya secara paksa.
"Oke..oke Sha...tenang dulu, calm down...gak usah dipaksa cabut gitu... tunggu sini...gue panggil dokter "
Menghentikan aksinya sejenak, Asha melihat kepergian Aksa. Namun baru saja pintu itu ditutup, Asha sudah menarik infusnya secara paksa dan keluar dari ruangan ini tanpa peduli pada Aksa yang sudah berusaha mencari keberadaan Dokter. Toh Asha yakin Dokter pasti tidak akan mengizinkannya pulang hari ini. Berjalan secara buru-buru tanpa melihat keadaan sekitar sampai Asha sudah tiba di sebuah halte. Bahkan Asha tidak menyangka akan sampai di tempat ini tanpa ketahuan pihak rumah sakit mengingat kondisinya yang begitu lemah. Tapi sepertinya bumi tidak mendukung perjalan Asha hari ini. Menatap langit yang sudah mulai gelap itu, Asha benar-benar membenci tetesan hujan kali ini.
"Maafin gue Sa.... disaat lo khawatir sama gue....justru gue gak menghargainya. Tapi tenang aja Sa...mungkin gue gak akan lama kok ngerepotin lo.... "
Kembali menghembuskan nafasnya dalam-dalam. Kini Asha menutup matanya, menghayati setiap tetesan hujan yang jatuh di tangannya. Walau kini diliputi rasa bersalah, Asha sama sekali tidak berniat kembali ke Rumah Sakit itu, katakan saja dia manusia paling egois, tapi akan percuma jika dia istirahat di ruangan itu tapi pemikirannya justru kacau .
"Tuhan... Asha Capek ...."
=====================================
"Berpikirlah positif, tidak peduli seberapa keras kehidupanmu"
- Ali bin Abi Thalib -
Bantu support yaawwww 🤗♥
KAMU SEDANG MEMBACA
Rintik Terakhir (END)
Romance"Aku tau semua rasa milikMu Tuhan, Tapi bisakah kupinjam rasa bahagia ini untuk bersamanya ?" -Aksara Abrisam- Rintik hujan yang menenangkan, apakah dia sedang mengantar kedamaian untuk jiwa seseorang yang penuh luka itu ? Atau justru menemani kisa...