02 - First Day At School

2 1 0
                                    

Pesawat yang aku tumpangi sudah berhenti sempurna. Menyusul siswa yang lainnya, aku melangkah meninggalkan pesawat ini sembari menenteng tasku.

Saat pertama kali aku melewati ambang pintu pesawat, perhatianku langsung tersita oleh halaman parkir pesawat yang lebih tampak seperti taman dalam dongeng fantasi. Ganjil sekali. Suasananya sangat sejuk, dan memanjakan mata. Ada kolam air mancur di dekat gerbang, juga pagar tanaman. Dahiku refleks berkerut bingung, memerhatikan tempat itu sembari melangkah turun.

Namun pemandangan ganjil itu tidak hanya berhenti sampai di tempat parkir pesawat saja. Tepat saat melewati gerbang, napasku langsung tertahan dengan sorot mata lurus tanpa berkedip, mendapati pemandangan di depanku. Bukan hanya aku saja, melainkan semua siswa yang seangkatan denganku juga merasakan hal yang serupa sejak mereka melewati ambang gerbang sekolah itu.

Fantastis!

Siapa yang menyangka kalau SMA internasional yang sudah menerimaku ini memiliki gaya bangunan yang sangat unik, dan berbeda dari sekolah lain?

Aku menyeringai penuh kagum. Entah siapa arsitektur yang membuat bangunan dan nuansa abad pertengahan yang begitu kental di SMA ini. Gaya bangunannya klasik, tampak seperti istana megah yang terisolir disebuah pulau terpencil di perairan Pasifik. Aku menelan ludah saat pertama kali menginjakkan kakiku di dalam bangunan itu. Memperhatikan dinding bangunan yang berwarna coklat. Aku tidak tahu itu adalah bata asli atau tidak, tapi saat aku iseng menyentuhnya, ternyata itu adalah bata sungguhan. Ya! Benar-benar bata sungguhan. Tersusun rapih sekali tanpa dilapisi cat sedikit pun. Aku sempat berpikir apakah bangunan ini kokoh? Mengingat sepanjang jalan yang aku lewati, dindingnya hanya tersusun oleh bata saja. Tapi ternyata tidak semua dindingnya seperti itu, saat aku tiba di sebuah koridor yang disebelah kirinya adalah ruang kelas, dindingnya nampak seperti dinding sekolah pada umumnya, disemen, dan dicat. Tapi tetap saja, warna dinding juga ukiran tembok yang klasik dan rumit membuatku dan siswa yang lain merasa seolah-olah kami sedang berada disebuah akademi dalam dongeng fantasi abad pertengahan. Dan ya! Lihatlah! Di tengah taman depan koridor kelas, bagaimana mungkin bisa ada taman labirin yang besar sekali? Di sekitarnya terdapat taman bunga warna-warni dan kolam air mancur yang jernih sekali, seakan air yang mengalir dari pancuran di kolam itu adalah mata air asli yang berasal dari dalam perut gunung.

Aku tidak habis pikir dengan konsep bangunan dan lingkungan sekolah baruku ini. Aneh sekaligus menakjubkan.

Kurang lebih tiga menit aku dan yang lain berjalan mengikuti Mr. Thomas, kami akhirnya berhenti disebuah bangunan kembar yang masing-masing setinggi empat tingkat. Bangunan itu tidak kalah menakjubkan. Daann…. lagi dan lagi dindingnya hanya terbuat dari batu bata saja. Aku menelan ludah sekali lagi menatap bangunan itu. Apa itu asrama kami? Kira-kira bagaimana rasanya tinggal dalam bangunan istana versi mini di kerajaan dunia fantasi? Aku mengangguk takzim samar-samar. Sebentar lagi aku akan merasakannya.

“Sebelah kananku adalah gedung Phoenix , asrama siswa perempuan, dan yang sebelah kiri adalah gedung Pluto, asrama laki-laki,” ucap Mr. Thomas yang sejak tadi berdiri di depan rombongan. “Pihak MOA sudah memberikan masing-masing nama dan nomor kamar yang akan kalian tempati lewat email. Jadi sekarang, kalian bisa langsung pergi ke asrama masing-masing untuk beristirahat. Dan jangan lupa jam delapan malam nanti, kalian harus berkumpul di aula utama untuk peresmian kalian sebagai siswa baru MOA.”

Aku dan yang lain mengangguk. Selepas Mr. Thomas mempersilahkan kami pergi ke asrama masing-masing, aku bergegas mencari kamarku yang terletak di lantai tiga. Tidak ada lift atau eskalator. Yang ada hanya tangga selebar dua setengah meter yang lagi dan lagi terbuat dari batu bata coklat.

Tapi sejujurnya, aku mulai suka dengan dekorasi bangunan asramaku ini. plafonnya melengkung, terbuat dari batubata coklat juga. Ada pilar-pilar tinggi melingkar disetiap lima meter. Disetiap pilar itu juga terdapat ukiran-ukiran tumbuhan unik yang memanjang dari bawah ke atas dan keren untuk menjadi spot foto.

Dalula DelugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang