diterima?

3.8K 363 6
                                    

(Revisi)

"Jika ada kesalahan, silahkan memberi tahu dan memberi saran, terimakasih. "

Happy Reading guys!

.

"Kak, Kai mau ke toilet dulu sebentar, boleh? " Permintaan izin dari Kairi yang sedang berdiri di sampingnya membuat Indri mengangguk, ke toilet saja izin, sopan sekali.

Setelah mendapat kan persetujuan, ia lalu berlalu dengan langkah lebar, entah karena memang sudah tak tahan atau bagaimana, mungkin Kairi menahan sedari tadi karena tak  enak hati?.

"Itu adek nya, kak? " Tanya mbak sales yang membuat Indri kembali menaruh perhatian yang sempat di curi Kairi tadi ke si mbak sales, ia sekarang memang berada di counter handphone.

Ia tentu butuh benda pintar itu. Ia perlu untuk pengumuman daftar sekolah menengah nya, untuk sekedar hiburan, dan mungkin juga untuk mencari pekerjaan paruh waktu.

"Jadi.., kakak mau handphone yang seperti apa? " Tanya sales tersebut ramah, bisa ia lihat gigi gingsul lucu yang mencuat ketika si seles tersenyum, manis.

"Saya mau nya yang murah aja" Ucap Indri canggung, ia tidak mau muluk-muluk, yang penting bisa di gunakan sesuai kegunaan nya saja sudah cukup.

"Oh, bagaimana kalau ****?, lagi turun harganya nih?,dapet bonus headset loh " Ucap sales sembari menunjukkan kotak handphone dengan merk yang cukup terkenal dan pasaran. "Boleh deh, berapa? " Tanya Indri sembari merogoh tas selempang yang tergantung di bahunya.

"1,5 aja kak "ucap mbak sales, sembari memasukkan kotak handphone tersebut kedalam sebuah totebag, lalu menaruhnya fi atas etalase kaca, " Ini mbak" Ucap Indri menyerahkan 15 lembar pecahan seratus ribu.

Setelah menghitung, mbak sales lalu memberikan totebag berisikan handphone tersebut, dan tersenyum ramah, "silahkan, semoga selamat sampai tujuan. " Ucapnya dengan gingsul miliknya yang kembali menampakkan dirinya.

Setelah menundukkan kepalanya sebagai pertanda pamit, ia lalu berbalik dan berjalan dengan langkah pelan, sembari Celingak-celinguk mencari keberadaan Kairi yang belum kembali dari toilet.

Ia lalu berdiri di dekat tembok luar berwarna putih bersih, dengan perasaan cemas, bukan hanya karena menghawatirkan keadaan Kairi, tapi juga karena ia merasa seperti sedang di awasi, ia risih.

Namun sebagai mana ia merasa di awasi, sama sekali tidak ada seseorang pun yang bisa ia tuduh, di sini ramai namun semuanya sibuk pada diri sendiri.

Rasa cemas dan gelisah yang sedari tadi ia rasakan seketika buyar ketika melihat Kairi, adik yang sedari tadi ia cemaskan berjalan ke arahnya dengan wajah tak enak, "maaf, Kai lama ya? " Ucap Kairi setelah berdiri di depan Indri.

"Kenapa lama? " Tanya Indri sembari memegang pundak Kairi yang sedari tadi terlihat tak nyaman, "e-enggak ada kok! " Seru Kairi dengan wajah terlihat menyembunyikan sesuatu yang membuat Indri sedikit curiga, apalagi ketika Indri tak sengaja menatap sebuah luka lebam di bagian tulang selangka nya.

"Apakah ia di bully? " Batin Indri menerka-nerka kemungkinan yang mungkin terjadi. Tak di pungkiri ia merasa sedikit khawatir pada adik barunya itu.

"Kita pulang yuk?, Kai capek" Seru Kai dengan cengiran lucu, seakan tidak ada hal buruk yang terjadi ke padanya, dengan tangan yang mengapit lengan kiri Indri, tentu hal itu membuat seutas senyum tipis tercipta di wajah Indri, ia harap adiknya ini baik-baik saja, dan bisa berbagi masalah dengan nya.

My Figure(REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang