what this that?

3.6K 349 7
                                    

(Revisi)

"Jika ada kesalahan, silahkan memberi tahu dan memberi saran, terimakasih. "

Happy Reading guys!

.

Di sebuah ruangan dengan dominan warna putih bersih, dengan sebuah meja panjang dengan beberapa kursi yang mengelilingi meja tersebut dengan rapi.

Di salah satu kursi terdapat siswa yang terlihat sedang  merapikan lembaran-lembaran kertas putih yang berserakan di atas meja, yang menumpuk menumpuk meminta untuk di rapikan.

Lelaki yang memakai seragam rapi serta berbalut kan almamater abu tersebut terlihat begitu menawan, rambut berponi yang rapi namun sedikit ikal, mata tajam dengan kantung mata samar, alis tebal yang terbingkai rapi, hidung mancung, bibir tebal penuh yang terlihat sedikit pucat, serta rahang tajam yang terlihat minta dibelai.

Dan yang paling penting ialah badan tegap dengan pinggang kecil yang begitu menggoda para perempuan untuk memeluk nya. Idaman sekali bukan?

Saat sedang merapikan tumpukan lembaran yang sudah rapi setengah nya, tiba-tiba saja sang lelaki tampan tersebut terlihat mengerang kesakitan dengan tangan yang terlihat memijat pelipis nya yang mengerut dengan bulir keringat di sana.

Brak!

Sepersekian detik kemudian ia terjatuh dari kursi yang di duduki nya, karena tak sanggup menahan bobot tubuhnya lagi, serta kesadaran nya yang menghilang begitu cepat.
Membuat tubuhnya terduduk lemas dengan bersandar kan kaki meja.


Namun itu hanya terjadi beberapa menit, karena setelah beberapa saat, mata yang tertutup itu seketika terbuka, dan memperlihatkan netra coklat dengan pandangan sayu yang menawan.

"Akhirnya..,"

.

Di waktu yang bersamaan di sebuah bar mewah di tengah kota yang terlihat luas dengan nuansa klasik, terdapat seorang remaja laki-laki dengan beberapa wanita bertubuh molek yang sedikit terlihat berlebihan menggelayuti kedua lengannya.

Itu tentu bukan hanya karena ia merupakan seorang anak tunggal kaya raya, melainkan karena visual miliknya yang memang tak main-main, yang tentu menarik perhatian para perempuan.

Rahang tajam yang meminta untuk  dielus dengan lembut, mata tajam bernetra coklat yang terlihat nakal dengan bulu mata lentik berwarna hitam legam, hidung mancung yang meminta untuk di kecup, bibir tebal yang begitu seksi, serta tubuh tegapnya dengan kulit pucat putih, yang terlihat memerah di bagian wajah karena pengaruh alkohol.

Lelaki yang di kelilingi wanita-wanita yang kekurangan belaian dan uang itu, mengernyit ketika merasakan kantuk yang mendera dengan rasa linglung, yang membuatnya sedikit meringis.

Membuatnya berdiri dari duduknya, dan mengibaskan tangannya mengusir para wanita yang masih bergelayut di lengannya yang terlihat sedikit kebingungan, dan mau tak mau membuat mereka melepaskan lengan kekar itu dengan raut wajah masam.

Setelah merasa sedikit lega, lelaki itu lalu berjalan sempoyongan menuju kamar yang memang secara khusus di sediakan untuk nya.

Setelah sampai di depan pintu kamar nya, ia lalu membukanya dengan kasar dan masuk tampa menutup pintu nya kembali.

Ia seketika kembali mengernyit dengan wajah sedikit kesal ketika melihat seorang wanita yang tengah tertidur dengan posisi yang sedikit ambigu, dan menatapnya dengan wajah  memerah.

"Hh.., pergi!" Geramnya sembari melempar beberapa lembar uang merah yang ia dapatkan dari merogoh kantung celana panjangnya, dan mau tak mau membuat wanita itu terpaksa bangkit dan berlalu dengan uang di genggamannya.

Setelah merasa sendiri, ia lalu merebahkan dirinya dengan sedikit kasar, dan mulai memejamkan matanya, dengan dengkuran halus yang mulai memenuhi ruangan.

Namun itu tak bertahan lama, karena setelah beberapa menit, mata yang yang terpejam itu kali terbuka, namun ada sedikit kejanggalan di sana, netra coklat indahnya sekarang terlihat seperti biru.

Lelaki itu menatap langit-langit dengan tatapan berbinar bagai melihat sebuah permata langka, entah ia menatap langit-langit atau sedang membayangkan sesuatu di benaknya.

"Sayang.., "

.

Latar seketika berubah kembali, menampilkan seorang lelaki berbadan tinggi beberapa plester di wajah garangnya.

Mata tajam yang agak sipit, alis tebal berwarna hitam legam yang begitu indah, hidung yang begitu mancung, serta bibir tebal berisi berwarna sedikit kehitaman akibat nikotin, dengan sedikit luka robek.

Ia terlihat bersandar di sebuah tong sampah dengan keadaan sedikit terengah-engah, jika diperhatikan sekilas, ia seperti anak sekolahan yang sedang dikeroyok, dan berakhir bersembunyi di sebuah gang sempit.

Yang mungkin emang benar apa adanya.

Matanya yang tertutup, perlahan-lahan terbuka, menunjukkan netra hitam legam dengan pandangan kosong.

"Aku kembali. "

Setelah bergumam kecil, Beberapa orang berbadan lumayan kekar menggunakan seragam sekolah yang berbeda dari lelaki itu datang dengan senyuman lebar.

"Ketemu juga lo! "

Teriak salah satu dari mereka, yang sayangnya tak membuat laki-laki itu ketakutan. Sebaliknya ia malah tersenyum remeh, dan meraih sebuah kayu yang ada di sebelahnya.

"Awal yang indah dengan pembukaan yang indah " Ucapnya dengan sorot pandangan nya yang dingin.

.

"Kenapa perasaan gue enggak enak ya? " Gumam Indri sembari sibuk menata beberapa barang, dengan dibantu Kairi yang sedang menyapu lantai dengan sedikit berantakan.

"Kamu kenapa? " Tanya Kairi sembari menatap dirinya penuh tanya, entah kenapa Kairi begitu enggan memanggil dirinya kakak, sebenarnya itu cukup membuatnya jengkel, namun ya sudah lah.

"Enggak, cuman mikirin nanti kamu tidur dimana " Ucap Indri kembali melanjutkan kegiatannya, tanpa menghiraukan Kairi yang seketika terdiam.

Karena kontrakan yang kecil, membuat Indri bingung menempatkan Kairi dimana, berpikir pindah, uangnya mana cukup, yang ia bisa lakukan sekarang hanyalah menunggu ide saja.

"Hiks"

Indri yang kembali asik melanjutkan kegiatan nya, terhenti ketika mendengar suara tangisan yang cukup aneh, ia lalu menatap ke arah Kairi yang menunduk dengan tangan mungil nya yang mencakup wajah nya lucu.

"Eh, kenapa?! " Tanya Indri panik, kemudian berdiri dan mendekap Kairi yang tak menahan tangisannya lagi, " Kai memang beban, maaf ya" Lirih Kairi tersedu-sedu, yang semakin membuat Indri kelabakan.

"Enggak kok, itukan kemauan aku sendiri. " Ucap Indri menenangkan Kairi yang semakin mengeratkan pelukannya.

"Maaf.. " Lirih Kairi yang membuat Indri sedikit jengkel, ini beneran cowok kan? Dramatis sekali.

"Iya, gak papa" Ucap Indri menenangkan dengan tulus, sembari mengelus kepala Kairi, mau se beban apapun Kairi ia sudah terlanjur menyukai kelucuan Kairi, yah anggap saja ia menampung Kairi karena rasa kasihan dan karena ketampanan, dan itu lah kenyataan nya, ia memang bukan orang baik.

Ia bukan orang yang baik, namun juga bukan orang yang jahat.

.

Hai, lama ya gak up? 20 hari lebih.

Maklum perasaan males begitu kuat, gak bisa di lawan, apalagi ML ada event penting, plus mau lulus SMP, maaf banget.🤧🙏.

Tapi, aku usahain cerita ini bakal tamat revisi nya mau bagaimana pun keadaannya, ya kalau aku bisa.

Jangan lupa vote dan komen buat dukung author! Biar lebih semangat.

.

My Figure(REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang