memiliki seorang keluarga.

4K 380 14
                                    

Revisi!

"Jika ada kesalahan, silahkan memberi tahu dan memberi saran, terimakasih. "

Happy Reading guys!

.

Setelah menyelesaikan  sarapan beberapa menit yang lalu, di sinilah mereka. Duduk berhadapan dengan canggung, dengan bekas mangkuk masing-masing yang masih di posisi masing-masing.

"Ekhem, jadi nama nya siapa?, kita kan belum saling mengenal." Ucap Indri memulai pembicaraan, ia yakin, jika adik baru di depannya ini tidak akan memulai pembicaraan.

Dapat ia lihat, setelah dirinya mengeluarkan suara, tubuh anak lelaki di depannya sedikit tersentak, tentu hal itu membuat Indri semakin penasaran.

"Kairi, nama aku Kairi. " Ucapnya sembari me milin jarinya gugup, lihat betapa menggemaskan nya keluarga barunya ini.

"Kairi enggak keberatan kan jadi adik nya kakak? " Tanya Indri menahan senyum gemas yang terasa memberontak ingin terukir, "enggak.", balasan singkat yang kaku, berbanding terbalik dengan telinga yang terlihat memerah, dan kontras dengan kulit putih nya.

" Kalo begitu, Indri, panggil kakak Indri! " Ucap Indri excited, entah kenapa jiwa penyuka hal-hal mengemaskan nya meletup-letup tak terkendali sekarang.

"Kakak? " Tanya Kairi sedikit skeptis yang membuat Indri heran, kenapa dengan wajah masam itu, "kakak Indri? "namun itu tak berselang lama, karena Kairi kembali bersuara dengan cengiran lucu, yang membuat Indri terpesona.

" Lucu banget! " Andai saja Kairi bisa mendengar jeritan hati Indri, bisa di pastikan ia akan terkejut dan kemungkinan akan malu setengah mati.

"Kairi lebih baik mandi dulu" ucap Indri menatap tubuh Kairi yang terlihat kusam, dengan rambut yang menutupi setengah wajahnya. Pasalnya kemarin Kairi ia suruh tidur karena kasihan, jadi ia rasa sekarang saatnya adik barunya ini untuk membersihkan diri.

"Kamar mandi nya di sana, sabun sama sikat gigi udah kakak sediain. " Sambung Indri  menunjuk kamar mandi, yang tadi pagi ia bersihkan secara menyeluruh.

Keramik nya sudah terbebas dari kerak, serta pembersihan bak mandinya yang berpasir. Ia cukup merasa itu sudah layak di pakai lagi.

Tanpa berkata apa-apa, Kairi berjalan menuju tempat yang di tunjuk oleh Indri tanpa protes, mungkin dia masih malu-malu?. "Kira-kira Kairi sekolah enggak ya? " Monolog Indri sembari menatap lama pintu kamar mandi.

Melihat pertumbuhan nya, kira-kira sepantaran anak SMP, sangat sayang kalau ia tidak bersekolah yang jelas membuat nya kesulitan di masa mendatang, "nanti deh kutanya setelah selesai mandi. " Ucapnya lagi sembari berdiri ingin membersihkan sisa sarapan mereka.

"Eh, aku gak siapin dia handuk! " Kaget Indri yang baru akan meraih mangkuk bekas dirinya, "gimana nih? Si Indri kan gak punya handuk cadangan" Gumamnya menatap sekitar.

Sampai dengan tak sengaja, pandangannya menatap ke arah tas besar milik Kairi yang masih berada di sudut tembok, "kayak nya Kairi punya handuk deh di tasnya" Gumam Indri sembari berjalan menuju tas hitam yang terlihat begitu berat itu.

Baru  ingin menggapai nya dengan tangan miliknya, namun terhenti menggantung di udara, dengan kepala yang menggeleng samar, lalu menarik tubuhnya menjauh, "privasi." Gumamnya pelan.

Ia sekarang menjadi gundah, bagaimana cara mengatasi masalah ini tanpa harus memeriksa tas milik Kairi untuk menemukan sebuah handuk untuk Kairi yang sedang mandi di kamar mandi.

My Figure(REVISI) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang