🐺🐮
Drrrtt
Justin memicingkan pandangan, mengerjap-ngerjap karena sinar matahari menerobos masuk melalui gorden jendela kamar yang sedikit tersibak. Dia mendengar getaran hp miliknya di nakas, dan langsung mengangkat telpon itu.
"..halo..?"
"sayang, dimana nak? ayo berangkat bareng oma, sekalian ketemu sama om kamu"
"hmm oke.."
"cepet siap-siap ya, kita harus pergi lebih pagi dari yang lain"
Sambungan telpon terputus. Justin mengucek mata, menyadari bahwa ini bukan apartemennya, dan badannya yang tidak mengenakan sehelai benangpun ini terasa sangat pegal. Yah, menjadi pihak atas itu sejujurnya yang paling melelahkan bukan?
"udah bangun?" tanya Danielle, menghembuskan asap rokok dari mulutnya.
"udah tau ngapain nanya, gue harus pulang" jawab Justin acuh, sambil memalingkan muka untuk mengambil napas. Dia benci asap rokok.
"yeah, I'm just sayin'. tadi itu oma lo yang telpon?"
"hm, bonyok gue mau dikuburin"
"gue mau ikut donggg, siapa tau dapet restu dari oma"
Justin berdecak. "gak, repot" katanya, mengambil celana yang seingatnya ia lempar ke bawah semalam.
Selesai cuci muka dan membuat matanya terbuka sempurna, Justin segera pamit dengan Danielle karena khawatir sang oma sampai dirumah lebih dulu darinya.
"gue beneran gak boleh ikut nihh?" tanya Danielle lagi, cemberut bersandar diambang pintu sambil melihat lelaki itu memakai sepatu.
"what are you so excited about?"
"ya abis gue belom pernah ketemu sama keluarga lo sama sekali, I bet they don't know anything about you too"
"good for me."
Danielle menarik sisi jaket Justin, mencuri sebuah kecupan dibibir sekilas. Dia juga tidak bisa mengerti, mengapa bisa kini lelaki itu membalas ciuman sekarang kalau memang tidak mempunyai perasaan padanya?
"kalo belom puas bilang aja, nanti malem gue kesini lagi"
Justin naik ke taksi yang sudah menunggu diluar pagar, menuju rumah orangtuanya agar bisa bersiap-siap. Untung saja dia masih sempat, dan menghabiskan waktu sekitar 20 menit untuk kembali rapi dalam balutan kemeja nya.
"haaah, orangtua sialan. nengokin gak pernah, giliran mati minta dianter. Emang uang bisa nganterin lo ke kuburan?"
Sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depan rumah, yang ternyata itu adalah oma yang hendak menjemput Justin yang bahkan sebenarnya enggan pergi, menyusul dibelakangnya Yoshi yang mengendarai mobil sampai sini.
"Justin!" panggil sang oma, menghampiri cucunya itu yang berdiri dari sofa.
"sayang, ini om Yoshi. dia tadi malem baru sampe ke sini jauh-jauh dari Korea"
Yoshi mengulurkan tangan, menepuk pundak Justin. "pagi, Justin. gak terasa ya, kamu udah segede ini"
"pagi, om." jawab Justin memasang senyum palsu, menyambut jabatan tangan. Justin tidak menyangka bahwa Yoshi akan semirip itu dengan mendiang ibunya, ditambah wajah yang sedikit sembab itu.
"ayo kita langsung berangkat aja, udah mau jam 8"
Selama di perjalanan, langit terlihat sangat mendung, seperti tau akan ada banyak yang berduka hari ini. Justin bahkan bisa mengetahui kebanyakan orang yang menghadiri pemakaman adalah kolega dari mama dan papa nya, dan dia tidak tau harus berbuat apa selain diam disamping sang oma, satu-satunya orang yang ia kenal disini.
YOU ARE READING
Secretary [WooHwan]
Fanfic[DISCONTINUE] Pekerjaan Junghwan sebagai sekretaris mulai diluar jobdesk, yaitu mengurus Justin, keponakan atasannya. 🔞 Jeongwoo, Dom Junghwan, Sub bakwanseember, 2023.