Kira-kira pukul 09:00 pagi, usai wawancara singkat yang dilakukan bersama dua atasannya, Raya diajak Sunu berkeliling ke beberapa sudut kantor barunya. Dia diperkenalkan pada tiap bagian ruangan yang dihuni para pekerja. Ternyata, pintu dan jendela kaca di tengah area kantor memang sengaja dipasang sebagai sekat untuk memisahkan divisi data dan IT. Tempat Raya berdiri sekarang, oleh para karyawan disebut sebagai sayap barat, wilayah kerja para ahli data. Data analyst dan data engineer adalah dua di antaranya. Diberi nama sayap barat karena berada di sebelah barat bangunan. Sementara ruangan di sebelahnya adalah sayap timur. Bagian timur bangunan itu diisi para programmer dan ahli IT lainnya. Sebuah kantor yang rapi dan penuh keteraturan.
Tur kantor baru itu berakhir di meja kubikel yang akan dihuninya selama bekerja. Ada 4 orang data analyst termasuk dirinya yang berada di bawah tanggung jawab Sunu. Raya diperkenalkan sebagai anggota divisi baru kepada satu per satu dari mereka. 2 orang perempuan dan 1 laki-laki yang masing-masing mengenalkan diri sebagai Selma, Santika, dan Ardhi.
Selma terlihat lebih muda dari Raya, mungkin dia seorang fresh graduate atau sebangsanya. Senyumnya manis karena dia punya lesung pipi yang akan bertambah dalamnya saat dia tersenyum. Selma mengenakan blouse bermotif salur dan celana kulot warna hitam. Rambutnya panjang diikat seperti buntut kuda.
Teman satu divisinya selanjutnya adalah Santika. Perempuan itu punya warna kulit yang sedikit lebih gelap daripada Raya atau Selma tapi dia sangat cantik. Wajahnya bulat dan hidungnya bangir. Ada tahi lalat di bagian atas bibirnya. Konon katanya, tahi lalat di dekat bibir adalah pertanda bahwa orang yang memilikinya adalah tipe orang yang cerewet dan suka bicara. Sepertinya memang benar, sebab tergambar dari bagaimana Santika membanjirinya dengan banyak kalimat sapaan. Raya cuma bisa tersenyum dan menyambut sapaannya dengan keramahan yang sama.
Yang terakhir dan satu-satunya laki-laki di divisi data analyst selain Sunu, namanya Ardhi. Cowok jangkung yang tinggi badannya sepertinya di atas rata-rata orang Indonesia. Badannya tegap berisi seperti dia rajin berolahraga. dan menurut Raya, dia lebih cocok jadi Tentara ketimbang pegawai kantoran. Wajahnya tidak ganteng tidak juga jelek. Sedang-sedang saja. Rambutnya sedikit acak-acakan hingga mencuat kemana-mana. Barangkali tugas yang diberikan Sunu agak berat hari ini.
Ardhi dan Santika sudah lumayan senior. Mereka berdua sudah 5 tahun bekerja di sini. Sementara seperti dugaan Raya, Selma adalah seorang fresh graduate yang belum genap 6 bulan bekerja.
Meja kerja Raya berada di sebelah kubikel Ardhi yang berseberangan dengan Santika. Lalu, perempuan cantik itu bersebelahan dengan Selma yang berseberangan dengannya. Ya, mereka bersama duduk dalam satu kotak kubikel. Saling berhadapan dan bersebelahan namun tersekat papan-papan tipis di tiap sisinya.
Sudah ada seperangkat komputer, box berkas, hingga kotak untuk menyimpan perintilan alat tulis di mejanya. Meja itu sudah langsung dirapikan semenjak ditinggal penghuni sebelumnya. Raya tinggal membawa sedikit barang-barangnya dan mengatur mejanya sedemikian rupa agar nyaman ditempati.
"Nah, nanti atur-atur aja senyaman kamu gimana letak alat-alat perangnya," Ujar Sunu yang kontan menarik atensi Raya dari meja kerja barunya. Yang dia maksud alat perang adalah tetek bengek alat dan perangkat untuk bekerja. "Kalau mau majang foto juga boleh. Foto selfie sendiri atau sama pacar biar semangat kerjanya."
Raya terkekeh renyah mendengar celotehan sang atasan.
"Kalau mau ke toilet kamu harus masuk dulu ke wilayah otoritas anak IT. Soalnya toiletnya ada di ujung koridor sayap timur,"
Anggukan Raya berikan untuk merespons informasi yang diberikan Sunu.
"Mushola ada di luar, tapi kalau kamu salatnya mau di mesjid, kamu harus turun dulu ke lantai 1. Di belakang ada pantry. Jadi kalau kamu ngantuk atau lapar dan mau ngopi atau mau makan tinggal ke belakang aja." sambung Sunu sembari menunjuk ke arah pantry.
KAMU SEDANG MEMBACA
R E N J A N A
Ficção AdolescenteDi sudut kota Jogja, Mahaka Arraya bertemu Rakata Dyaksa-pemuda Bandung yang begitu saja menarik perhatiannya sejak pertemuan pertama. Kerja semesta membawa keduanya kembali bersinggungan di kota kenang-kenangan. Pertemuan kedua yang kemudian menand...