Sending his forward to face a demon

18 1 0
                                    

Bad Boy - Tungevaag, Raaban ft. Luana Kiara
01:43 ━━━━●───── 03:50
⇆ㅤ ㅤ◁ㅤ ❚❚ ㅤ▷ ㅤㅤ↻

©

Cerita mereka pun terus berlanjut dan mengalir sampai jauh seperti air. Vijendra tidak sengaja melihat ke arah jalanan, terlihat banyak mobil mewah melintas dan masuk ke tempat di mana basecamp mereka berada. Sontak Vijendra yang tadi nya santai santai pun terlonjak berdiri, gurat wajahnya menjadi panik begitu sosok orang yang begitu dikenal di Ibukota keluar dari mobil paling depan. Rivadion terlihat menghampiri orang itu, sementara teman teman mereka yang lain bersiaga. Caramello melihat keramaian tersebut pun menjadi kebingungan.

"Eh kenapa tuh kak, rame rame?"
Vijendra menatap Caramello serius.
"Kamu, ngumpet dulu deh."
"Kenapa kak, ada apa?"
"Pokoknya sembunyi aja-!"

Setelah nya, Vijendra meninggalkan Caramello dan bergabung di kerumunan teman teman nya. Ouh Caramello yang di tinggal sendiri pun makin heran, ia semakin menajamkan mata melihat aktifitas para remaja remaja yang tengah dalam fase mencari jati diri itu. Sampai yang tertangkap oleh penglihatan nya adalah, orang yang tadi menyuruh Nandio untuk berbelanja di dorong kasar oleh orang yang baru keluar dari mobil. Wah, bahaya. Mau berantem nih pasti, radar Caramello segera menangkap sinyal itu dan akhirnya ia mengerti kenapa ia di suruh sembunyi. Akan tetapi ia bingung harus sembunyi dimana. Sampai akhirnya ia melihat pohon mangga besar di sudut dan berpikir untuk bersembunyi di sela semak semak di bawah pohon mangga. Ia sekalian mengintip juga dari sana.

Benar, untung saja Caramello bersembunyi. Sebagian orang orang yang bermobil itu menerjang bengkel dan merusak segala macam peralatan disana. Ngeri, Caramello gemetar, menelan saliva nya dengan rasa rasa takut ketauan. Dag dig dug, tapi bukan dag dig dug jatuh cinta.

Melihat bengkel kepunyaan sang ayah di rusak, Rivadion pun menjadi berang. Ia bisa menerima dorongan orang di depan nya ini. Tapi perbuatan mereka selanjutnya tidak bisa di toleransi. Jordan, nama orang yang pertama kali keluar dari mobil dan dihampiri oleh Rivadion adalah leader dari orang orang bengis ini.

The Phantom Roadrichs, diserang oleh Street Killer Slaves malam itu.

Nyali mereka sedikit ciut juga, meskipun mereka anak Teknik, menghadapi penguasa jalanan yang sesungguhnya tidak dapat di bayangkan akan jadi seperti apa oleh mereka.
"Faksi baru. Tiba tiba muncul tanpa gue tau."
"Sejak kapan setiap faksi yang baru di bentuk harus izin ke lu? Bukan nya cukup dengan punya identitas dan bukan anonim?"
"Harus nya sih begitu.. tapi--" Jordan melangkah mendekat lalu menarik kerah pakaian Rivadion. Davelio, sontak memegangi lengan Jordan dengan wajah keheranan.

"Tapi apa?"

"Kota ini milik pemenang, dan gue memenangkan semua pertarungan. Jadi, sudah jelas penguasa di kota ini cuma gue. Tapi gue denger denger disini ada orang yang bisa menandingi gue. Yang mana?"

Meskipun bicara dengan tenang dan cenderung lembut, Rivadion tetap bisa merasakan hawa ingin memangsa dari perkataan Jordan. Ia sekaligus bingung. Menandingi? Apa maksudnya itu? Siapa yang bisa menandingi nya disini? Rivadion sontak melihat teman teman nya satu persatu yang kelihatan sama bingung nya.

"Lu cuma tantrum! Gak ada yang bisa nandingin lu disini. Meskipun bisa gak ada yang mau! Kami gak gila kekuasaan seperti kalian, lepasin pacar gue!!" Davelio perlu mengerahkan tenaga cukup banyak demi melepaskan Rivadion dari cengkraman Jordan. Tentu saja Jordan tidak puas dengan jawaban itu. Dalam pikiran nya orang yang di setarakan dengan nya itu tengah bersembunyi, jika lambat laun di biarkan ia bisa menjadi duri dalam daging bahkan bisa menghancurkan nama nya di era faksi ini. Dia harus dihabisi sekarang.

Untold: Animal Like Behavior With A Bit Of Humanity Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang