Prolog

596 33 2
                                    

Perkenalkan namaku Pamela Halminton anak kedua dari keluarga Hamilton. Aku masih duduk dibangku sekolah menengah atas pada tingkat kedua. Ayahku Mikael Hamilton bekerja sebagai manager diperusahaan real estate, sedangkan ibuku hanyalah seorang ibu rumah tangga. Dan kakakku Daniel hamilton bekerja sebagai dokter disalah satu rumah sakit elite dinegara ini.

Kini aku tengah bersiap-siap untuk pergi bersekolah. Rambut red brown-ku yang panjang tergerai begitu saja membingkai wajahku yang terbilang kecil. Setelah itu aku memoles sedikit make up pada wajahku agar terlihat lebih natural. Aku kembali merapikan bajuku yang agak sedikit kusut.

"Pamela, ayo cepat turun" Setelah teriakkan tersebut aku kembali melihat penampilanku. Oke clear.

"Iya bu, Pamela turun" Dengan cepat aku melangkah keluar dari kamar. Dan melesat menuju ruang makan karena sedari tadi memang perut kecilku ini meminta untuk diisi.

"Pagi Ayah, Pagi Ibu" Tak lupa aku mencium kedua pipi Ayah dan Ibu, dan dibalas dengan senyuman mereka. Sedangkan kak Daniel yang tidak mendapat sapaan selamat pagi dariku hanya memberengut kesal.

"Padaku tidak?" Aku yang mendengar perkataannya tersebut terkekeh pelan. Karena tidak ingin melihat wajah jeleknya lebih lama lagi akupun mendekat padanya.

"Selamat pagi kakak ku yang jelek" Bukannya mencium pipinya seperti yang aku lakukan pada Ayah dan Ibu, aku malah menoyor sedikit kepalanya.

"Kau tidak mencium pipiku?" Protesnya lagi.

"Banyak maunya dasar"

"Sudah cepat selesaikan sarapan kalian jika tidak ingin terlambat" Ayah memang pria paling bijaksana tidak heran mengapa Ibu sangat mencintainnya. Bicara soal cinta aku sedikit trauma mempunyai hubungan dengan seorang laki-laki. Sudah beberapa kali aku dihianati oleh pacarku yang terlebih dahulu. Memikirkannya saja sudah membuat kepala ku ingin pecah.

Aku kembali melanjutkan sarapanku yang sempat tertunda oleh pemikiranku konyol tadi. Setelah selesai sarapan aku diantarkan Ayah pergi sekolah, sebenarnya sekolahku tidak terlalu jauh dari rumah. Tapi Ayah dengan seribu pemikirannya mengatakan aku harus diantarnya naik mobil agar aku tidak kekurangan energi kekita sudah sampai disekolah. Ya dan itulah Ayahku.

Sekarang dihadapanku sudah terpangpang sekolah yang hampir 2 tahun membingbingku, Wolvam School. Sedikit aneh memang namanya, tapi aku tidak peduli karena disini aku untuk mencari ilmu bukan untuk memikirkan sejarah dari nama tersebut.

Setelah berpamitan dengan Ayah aku segera melangkah menuju kelasku. Sepanjang perjalanan menuju kelas hampir semua murid menatap kearahku. Murid perempuan menatapku dengan tatapan membunuhnya, sedang para lelaki menatapku seakan ingin menerkam mangsanya. Tapi aku tidak peduli dengan semua itu karena pikiranku sekarang hanya tertuju menuju kelas.

Akhirnya aku sampai didepan kelas, kuedarkan pandanganku keseluruh penjuru kelas untuk mencari sahabatku Dara Turen. Dia adalah satu-satunya sahabatku disekolah ini, karena hanya dia murid perempuan yang tidak menatapku dengan tatapan membunuh.

"Pamela" Suara cempreng memasuki gendang telingaku sehingga membuatnya sedikit sakit. Kulihat Dara melambaikan tangannya menyuruhku agar mendekat kearahnya.

Kini aku sudah duduk disampingnya. Bisa kulihat raut wajah bahagianya yang bisa kutebak pasti ada hubungannya dengan seorang lelaki. Dia menarik pundakku untuk menghadap kearahnya.

"Pamela kau tau..."

"Aku tidak tau" Sebelum dia melanjutkan perkataannya aku memotongnya lebih cepat. Merasa perkataannya dipotong kini Dara menatap tajam kearah ku. Dan aku hanya meringis karena tatapannya tersebut.

"Jangan potong perkataanku. Kau tau akan ada murid baru dikelas kita" Suaranya seperti teriakan anak-anak cheers yang membuatku harus menutup telinga.

"Aku sudah bilangkan. Aku tidak tau dan tidak tertarik dengan pembahasan ini" Aku mendengus kesal.

"Oh ayolah Pamela aku yakin kau akan tertarik pada murid baru tersebut. Dia memiliki dada bidang, perutnya yang aku yakin eight pack, bakal janggut yang menghiasi wajahnya, bibirnya yang sangat menggoda" Jangan tanyakan darimana Dara mengetahui semua itu, karena dia adalah ratu gossip disekolah ini. Informasi yang belum tersampaikan saja sudah dia ketahui terlebih dahulu. Sebenarnya aku bingung sendiri dia itu penyihir atau apa sih bisa tau segalanya.

Oke, tebakkanku benar soal wajah bahagianya itu. Seorang murid laki-laki akan memasuki kelas kami. Aku yakin pasti semua perempuan dikelas ini pasti akan menjadi Bitch setelah anak itu masuk. Kecuali aku dan Dara, karena sudah kukatakan aku mempunyai sedikit trauma dengan seorang lelaki. Dan Dara tidak mungkin menggoda anak tersebut karena dia sudah mempunyai Mark, yang menurut lelaki paling menyebalkan disekolah ini.

"Kau tau kan masalahku?" Ya Dara mengetahui tentang trauma tersebut.

"Tapi bagaimana kau mencobanya lagi kali ini?"

"Tidak"

"Baiklah" Akhirnya Dara menyerah untuk membujukku mendekati seorang lelaki.

Tak lama setelah itu bel pelajaran pertama pun berbunyi dan Mr.Wilson pun datang membawa seorang lelaki yang sepertinya anak baru yang dikatakan oleh Dara. Aku akui dia memang mempunyai tubuh yang proposional untuk seumurannya, rahangnya yang tegas ditumbuhi bulu halus, bibirnya yang menggoda ingin sekali aku menci-

Stop Pamela kenapa kau malah mengagumi anak tersebut -aku membatin.

"Pagi anak-anak, kali ini kita mempunyai teman baru dikelas ini. Silahkan perkenalkan dirimu" Lelaki tersebut menyunggingkan senyuman yang aku yakin membuat perempuan mana saja akan bertekuk lutut.

"Perkenalkan namaku Andrew Vexler. Mohon bantuannya" Suara sexy-nya membuat pertahananku akan lelaki sedikit goyah. Kini dia menatap kearahku sampil menyerigai. Apa aku tadi bilang dia menyeringai? Oh Tuhan kuatkanlah pertahanan hambamu ini.

"Oke tuan Vexler anda bisa duduk dibelakang Pamela" Apa dibelakangku? Oh Tuhan apa cobaan mu kali ini.

Dia pun melangkah menuju kearah belakangku, selama menuju bangkunya dia tidak pernah melepaskan tatapannya padaku. Dan aku sekali lagi berusaha menyangkal perasaan yang akan mendobrak dinding pertahananku.
Kini dia sudah berada dibangkunya dan aku bersyukur karena bisa terlepas dari tatapannya tersebut. Pelajaran Mr.Wilson pun dimulai.

Sesekali aku hampir ketiduran dikelas karena semua yang disampaikan oleh Mr.Wilson tidak ada satupun yang sampai diotak ku ini. Dia mengajari kami tentang trigonometri pelajaran yang paling aku benci. Tidak tahan dengan rasa kantukku akhirnya akupun menjelajahi mimpi indahku.

*

Aku merasakan hembusan hangat ditengkukku yang akhirnya membuatku sadar dari tidurku. Aku melihat seisi kelas ternyata sepi dan melihat pada jam tangannku bahwa sekarang sudah menujukkan waktunya untuk beristirahat.

Baru saja akan berdiri dari bangku aku merasakan kembali hembusan ditengkukku yang membuatku sedikit merinding. Dengan memberanikan -sebenarnya aku tidak berani- diri aku membalikkan tubuhku kearah belakang. Aku terlonjak kaget karena dihadapanku kini Andrew sedang tersenyum miring melihat diriku yang kaget.

"Hai mine...."

######

Hai hai kenalin penulis baru nih :D semoga kalian suka sama prolognya.
Vommentnya bolehkan ;)

My DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang