Author POVKini Andrew dan Pamela tengah berada disebuah taman dipinggiran kota. Sudah satu jam mereka duduk ditaman tersebut, tetapi tidak ada satupun kata yang keluar dari mulut mereka berdua.
Jenuh dengan keadaan seperti ini, Pamela menarik nafas dalam-dalam, dan menghembuskannya dengan sangat pelan.
"Andrew..." Pamela memainkan ujung bajunya pelan "Apakah benar tadi kau menggeram?" Pamela tertunduk siap dengan jawaban Andrew.
Andrew menghembuskan nafasnya dengan pelan, kemudian menyenderkan badannya yang pegal karena selama satu jam dia terduduk dengan sangat tegangnya.
"Apakah kau mempercayaiku?" Bukannya menjawab, Andrew malah bertanya balik kepada Pamela, dan Pamela hanya menggangguk pelan.
"Bukankah wajar jika aku menggeram karena milikku disentuh oleh lelaki lain." Jawab Andrew dengan sangat santainya.
Kini Pamela menunduk lesu, mendengar perkataan Andrew tersebut membuat dia sedikit merasa bersalah. Seharusnya dia mengerti mengapa Andrew menggeram ke arah Bryan, bukannya mengira yang tidak benar terhadap Andrew.
"Tapi suara geramanmu sedikit mirip ser-"
Andrew mengangkat dagu Pamela dengan lembut, menatap tepat kearah mata Pamela.
"Apakah kau masih meragukan ku?"
Pamela POV
Matanya sangat sendu, menyiratkan bahwa dia kecewa, karena aku meragukan jawabannya tersebut. Aku mengusap rahangnya dengan lembut dan tersenyum kearahnya. Aku merasa seperti ada sesuatu yang dia sembunyikan, tapi aku tidak ingin membuatnya lebih kecewa dengan membahas hal tersebut terus menerus.
"Jangan memasang raut wajah seperti itu aku sungguh tidak kuat untuk melihatnya." Dia menaikkan sebelah aslinya dan merenggut dengan wajah yang bingung. Aku menutup wajahnya dengan kedua tanganku, karena sungguh aku tidak sanggup melihat wajahnya yang membuatku sulit untuk bernafas.
Dia menggengam kedua tanganku yang menghalangi wajanya dan mengusapnya lembut.
"Kenapa kau tidak kuat melihat raut wajahku tadi?"
"Karena itu membuatku semakin bersalah." Lihat sekarang dia malah terkekeh setelah mendengar jawabanku tadi. Oh tuhan, aku butuh oksigen yang lebih banyak lagi.
"Andrew kau sangat menyebalkan sungguh." Dan kekehan tersebut berubah menjadi tawa yang sangat keras.
Ingin sekali aku mencekik andrew saat ini juga.
Andrew POV
Aku tertawa sangat keras ketika Pamela menggerutu kearahku dengan bibir yang sedikit mengerucut.
Sudah berapa kali aku membohongi Pamela? Oh moongoddess maafkan aku yang telah berulang kali membohongi mateku. Aku melakukannya karena aku belum siap atau memang tidak akan selalu siap untuk kehilangannya.
Aku berdiri dari dudukku lalu mengulurkan tanganku dihadapan Pamela. Dia menaikkan sebelah aslinya, terlihat sekali dia bingung mengapa aku mengulurkan tangan kehadapannya. Aku hanya tersenyum sambil mengusak pelan rambutnya.
"Apakah kau tidak ingin pulang?" Dia menghembuskan nafasnya berat, lalu melipat kedua tangannya.
"Aku masih ingin disini."
"Ini hampir malam dan aku tidak ingin ibu negara dirumahmu khawatir karena putrinya yang cantik belum pulang juga." Aku bisa melihat kedua pipi Pamela yang memerah, aku tidak tahan untuk tidak mencubit kedua pipinya. Dia memukul pundakku dengan sangat keras dan aku hanya terkekeh mendapat perlakuan tersebut karena bagiku pukulannya tersebut seperti sebuah tepukkan yang sangat pelan.
Ku genggam kedua tangannya dan menarik tangannya pelan agar dia bangkit dari duduknya.
"Sekarang kita pulang, dan besok aku akan mengajakmu kesuatu tempat." Pandangan lesunya berubah menjadi pandangan penasaran. "Kemana?" Tanya Pamela dengan sebelah aslinya yang terangkat. "Rahasia." Bisikku dan diakhiri dengan sebuah seringai.
➡➡➡➡➡➡
Baru bisa buka wattpad lagi :( huhu kemarin-kemarin sibuk sama ujian sana sini :( biasa authornya maba (abaikan)
Maaf kalau partnya pendek, semua ide ceritanya buyar gara-gara ujian hahaha
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny
WerewolfSaat aku harus terikat dengan sesuatu hal yang tidak pernah terlintas sedikitpun dipikiranku selama ini. Haruskah aku menerimanya? Apakah aku boleh menolaknya? Yang pasti semua keputusan ada ditanganku saat ini.