Pamela POV
Aku masih saja menghirup wangi dari bunga yang Bryan bawa. Wangi yang membuatku tak ingin melewatkannya barang sedetikpun. Aku sedikit tersentuh atas perlakuan Bryan tersebut, beda halnya dengan sifat Andrew yang menyebalkan.
Kalian pasti bertanya apa yang sedang Andrew dan Bryan lakukan sekarang bukan?
Kini mereka tengah duduk disebuah single sofa yang berada disisi kiri dan kanan ku. Dan sedari tadi yang mereka lakukan hanya saling menatap satu sama lain. Tatapan seorang pembunuh.
Dalam hatiku, aku mendoakan semoga mereka akan jatuh cinta satu sama lain. Karena tatapan mereka tersebut.
Akupun meletakkan bunga yang daritadi aku pegang ke atas meja yang berada dihadapanku. Aku menghela nafas panjang dan menyandarkan tubuhku yang masih sangat lelah akibat kejadian kemarin.
"Apa kalian kerumah ku hanya untuk memandang satu sama lain?" Dan sekarang mereka berdua menatap kearah ku dengan wajah yang sama-sama keheranan.
"Aku akan kedapur, untuk mengambilkan kalian minum" Aku pun bangkit dari duduk ku dan melangkah menuju dapur untuk memberikan 'tamu'-ku minuman.
Aku menuangkan orange juice kedalam dua gelas. Setelah itu aku kembali ke ruang tamu, untuk menemui mereka berdua.
Saat aku tiba diruang tamu aku sedikit heran karena hanya Andrew yang sedang memejamkan matanya. Aku pun meletakkan dua gelas orange juice tersebut dan kembali duduk.
"Kemana Bryan?" Tanyaku pada Andrew sambil menendang kakinya pelan. Andrew langsung membuka matanya dan mengusap-usap kakinya yang baru saja aku tendang.
" Dia terburu-buru jadi tidak sempat berpamitan" Mendengar penuturan Andrew tersebut aku hanya menganggukan kepala. Aku mengambil gelas orange juice yang seharusnya untuk Andrew dan langsung meminumnya.
"Lalu kenapa kau tidak pergi juga?" Tanya ku pada Andrew tanpa melihat kearahnya. Dan aku yakin Andrew terkejut dengan pertanyaanku tersebut.
"Aku kesini untuk mengajak mu pergi bersama" Ucapannya membuatku menghentikan acara minum ku. Aku langsung menatap kearahnya dan mengerenyit heran dengan perkataannga itu.
"Maksudmu?"
"Aku mengajak mu pergi. Aku akan membawa mu kesuatu tempat"
"Jika aku tidak mau?" Aku tengah menggoyangkan gelasku yang kini hanya tersisa setengahnya. Tiba-tiba tangannya menggemgam tanganku, lalu menariknya hingga aku sekarang berhadapan dengannya.
Tersirat permohonan yang sangat kuat dari matanya. Aku hanya bisa mengehela nafas melihat tatapannya tersebut.
"Baiklah" Dan senyuman mengembang sekarang terlukis diwajahnya dan itu membuatnya begitu bodoh.
*
Kini aku tengah duduk dibangku penumpang sebuah mobil sambil menatap kearah luar jendela. Hari ini langit lumayan cerah.
Tidak peduli dengan seseorang yang sedang mengemudikan mobil tersebut. Hanya terdengar deru kendaraan diantara kami berdua. Sudah satu jam kami seperti ini, diam tanpa ada yang memulai percakapan sekalipun.
Aku memandang kearah Andrew. Iya dialah yang sedang mengemudi sekarang, dan mobilnya cukup terbilang mahal. Jika dilihat dari pinggir Andrew cukup tampan juga. Hidungnya yang mancung, rahangnya yang tegas, ingin sekali aku mengelus rahangnya tersebut.
Oh oke Pamela lupakan semuanya. Aku kembali membatin. Aku terus menatap dirinya, dan dia sepertinya tidak tertanggu dengan aktivitasku ini.
"Apa kau akan terus memandangku? Turunlah kita sudah sampai" Suaranya tersebut membuatku kembali kedaratan dan langsung menatap kearah luar jendela. Betapa bodohnya diriku telah memandangnya dengan wajah yang aku yakini tidak enak untuk dilihat dan pada saat itu juga aku baru menyadari kalau Andrew membawa ku kehutan. Aku masih diam ditempat dudukku dan memikirkan hal-hal apa saja bila aku masuk kehutan tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Destiny
WerewolfSaat aku harus terikat dengan sesuatu hal yang tidak pernah terlintas sedikitpun dipikiranku selama ini. Haruskah aku menerimanya? Apakah aku boleh menolaknya? Yang pasti semua keputusan ada ditanganku saat ini.