20. Love Name: Pendek.

2.5K 236 10
                                    

Bel istirahat berbunyi bertepatan dengan Jeno yang baru saja selesai mengobati Jaemin. Mereka benar-benar mengerjai Jeno dengan menyuruhnya untuk mengobati mereka bertiga, padahal ketika Jeno mengobati Renjun bisa saja Jaemin mengobati Haechan atau sebaliknya.

Untung saja ada Chenle, jadi Jisung diobati olehnya.

"Thank's bro!" Jaemin turun dari brankar sambil menepuk pelan bahu Jeno.

Haechan juga ikut menepuk pelan bahu Jeno. "Thank's!"

Mereka berdua lebih dulu meninggalkan Jeno, sedangkan Renjun masih menemani Jeno merapikan obat-obatan.

Namun karena tidak ingin dijadikan bahan gosip oleh teman-temannya, Renjun akhirnya ikut turun dari brankar tapi sebelum benar-benar meninggalkan Jeno, dia menyempatkan diri untuk berterimakasih.

"Makasih" Ucap Renjun singkat.

Berbeda dengan kedua temannya, Renjun tidak menepuk bahu Jeno melainkan mengusap belakang rambut Jeno. Yang diusap hanya bisa diam, mencerna apa yang telah terjadi.

Setelah sadar, Jeno berbalik memandang punggung Renjun yang biasa saja, seolah-olah hal yang baru saja terjadi hanyalah khayalannya.

Jeno memegangi dadanya yang bergemuruh. "Rambut yang di acak-acak tapi malah hati yang berantakan" Gumamnya.

Itu adalah salah satu contoh, Jatuh cinta bisa bikin orang jadi alay.

Sebenarnya tidak berbeda jauh dengan Jeno, Renjun juga dibuat salah tingkah dengan kelakuannya sendiri. "Bodoh! Reflek lo jelek banget" Makinya sendiri.

"Kenapa lo?" Tanya Haechan ketika melihat Renjun menggumamkan sesuatu.

"Hah? Ngga, Gue laper" Jawabnya bohong.

"Ji, lo ikut nggak?"

Jisung memandangi kakinya yang masih terluka. "Gendong" Ia merentangkan tangannya pada ketiga kakak kelasnya.

Keempat orang yang mendengarnya termasuk Chenle hanya bergidik ngeri.

"Liat Le, dia sebenernya bayi yang so soan ikut tawuran" Adu Renjun pada Chenle yang sedari tadi hanya fokus dengan handphone-nya.

Jisung hampir lupa jika disana masih ada Chenle. Selamat tinggal harga diri.

"Apa-apaan?? Bohong Le jangan percaya. Cuma keseleo dikit doang ngga ngaruh" Ujar Jisung dengan percaya diri, dia tidak mau dianggap bayi di depan Chenle.

Dengan wajah so kerennya ia turun dari ranjang, namun baru saja kakinya menapaki lantai, tubuhnya oleng karena rasa nyeri tiba-tiba menjalar ke seluruh kakinya.

Untungnya Chenle sigap menahan tubuh Jisung.

"Kalau masih sakit jangan maksain! Gue masih nanyain dokternya ke guru, Udah lo tunggu disini aja" Omel Chenle membuat nyali Jisung seketika ciut.

"Iya iya"

Ketiga kakaknya hanya bisa tertawa melihat wajah melas adik kelasnya.

"Yaudah mau nitip apa? Nanti dibawain sama Haechan" Tanya Jaemin.

Haechan mendelik tak suka pada Jaemin.

"Apa aja deh yang penting gratis" Jawab Jisung.

"Santai, nanti dibayarin Renjun"

Sekarang gantian Renjun yang mendelik pada Jaemin. "Maksud lo?" Tanya Renjun tak terima.

Jaemin merangkul kedua temannya. "Udah deh jangan banyak protes, kantin keburu penuh"

"Eh kak" Mereka bertiga menghentikan langkahnya ketika Jisung memanggilnya. "sekalian beliin makanan pedes apa aja sama minumannya rasa matcha"

"Ngelunjak ya, mentang-mentang di bayarin"

Ketos | NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang