Baru juga Jeno dan Renjun berada ditahap pendekatan, Jeno malah terkena evaluasi karena saat rapat mengenai proker kemarin dia lebih memilih pergi bersama Renjun. Padahal saat itu punggung Jeno juga sedang terluka, harusnya osis memberikan keringanan kepada Jeno.
"Ketua osis macam apa lo lebih mentingin urusan perasaan daripada proker kita. Kenapa nggak sekalian aja kasih jabatan lo ke Mark"
Itu adalah salah satu kalimat yang paling diingat oleh Jeno. Dia sebenarnya kesal, hanya karena satu kesalahan kemarin, mereka melupakan kerja keras Jeno selama menjabat ketua osis tahun ini.
Dan satu lagi hal yang membuat Jeno kesal adalah ketika mereka melarang Jeno untuk tidak terlalu dekat dengan Renjun selama seminggu sampai program kerja mereka selesai. Bagaimana bisa? Secara mereka berdua berada dalam satu kelas yang sama. Dan jika ketahuan jika Jeno dekat-dekat dengan Renjun, mereka akan mengadukan Renjun jika dia terlibat tawuran lagi.
"Kenapa?" Seseorang menepuk pelan pundak Jeno, membuat sang empu menoleh.
"Masih nanya kenapa setelah lo liat gue dibentak habis-habisan di depan seluruh anggota osis?" Jawabnya dengan nada emosi.
Yang bertanya hanya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Lagian heran banget gue sama anak kelas 12, bukannya urusin pelengserannya malah ikut-ikutan urusin proker kita" Sambungnya.
Orang yang disamping Jeno hanya mengangguk-anggukan kepalanya, dia takut salah berbicara lagi.
"Eh kemarin lo yang nganterin Renjun kan? Dia sampe rumah dengan selamat?" Tanya Jeno karena semalam saat terbangun, Renjun sudah tidak ada di sampingnya.
Mark menghela napasnya lalu mengangguk, bisa-bisanya dia masih bertanya tentang Renjun setelah dimarahi habis-habisan. "Beneran udah ditahap cinta"
"Emang kalau nanya gitu tandanya cinta?" Tanya Jeno polos.
Susah sekali membuat Jeno peka terhadap perasaannya. Dia sudah yakin bahwa dirinya menyukai Renjun, namun dia masih tidak tahu kalau dirinya mencintai Renjun.
Mark jadi teringat dengan pesan Bunda Jeno. Pantas saja Bundanya menyuruh Mark untuk mendekati Renjun dan membuat Jeno cemburu, jadi ini alasannya.
Mark lupa dengan luka yang berada di punggung Jeno, secara tidak sadar dia menepuk punggung Jeno, membuat Jeno langsung mengerang kesakitan. "Arghhhh"
Renjun yang kebetulan sedang berada di koridor yang sama dengan mereka berdua, sedikit terkejut mendengar suara erangan yang tak asing baginya. Renjun langsung saja menghampiri Jeno yang sedang menunduk dengan Mark di sampingnya. "Kenapa?" Tanya Renjun penasaran.
Jeno mendongak setelah mendengar suara Renjun. Matanya melirik ke kanan dan ke kiri seperti mencari sesuatu, namun setelahnya Jeno berdiri tegak seperti tidak terjadi sesuatu. "Gapapa" Jawabnya yang langsung pergi meninggalkan Mark dan Renjun.
Renjun menatap Mark bingung seolah-olah bertanya, "Kenapa?", dan Mark juga hanya mengedikkan bahunya, tidak tahu.
"Aneh" Ucap Renjun pada akhirnya.
Mark mengangguk setuju. Padahal tadi seperti orang kesakitan, namun setelahnya biasa saja seperti tidak terjadi apapun. Apa jangan-jangan Jeno begitu karena ucapan senior osisnya? Padahal yang dimaksud kakak kelasnya adalah jika sedang bertugas atau rapat, Jeno tidak boleh memikirkan Renjun apalagi hingga melalaikan tugasnya hanya demi Renjun, namun sepertinya Jeno berpikir jika dirinya tidak boleh dekat-dekat dengan Renjun.
"Emang, bodoh lagi. Yaudah, gue ke kelas duluan ya" Pamit Mark pada Renjun.
Ketika Mark pergi, Renjun ikut pergi juga ke kelasnya untuk menyusul Jeno dan bertanya apa yang sedang terjadi.
"Punggung lo udah gapapa?" Tanya Renjun kepada Jeno yang sudah duduk di kursinya sambil melamun.
"Hah? Gapapa" Gelagat Jeno terlihat sangat aneh. Dia lagi-lagi melirik ke sekeliling kelasnya.
"Oh, kalau gitu balik sekolah kita ukur baju buat lo, bisa kan?"
Jeno baru ingat jika Renjun masih ada janji untuk membelikannya seragam baru. Dia sebenarnya ingin pergi bersama Renjun, hitung-hitung sebagai masa pendekatan, namun mendengar ancaman dari seniornya, dia jadi takut jika nanti Renjun benar-benar dilaporkan dan mendapat surat peringatan.
"Lo gak perlu ganti seragamnya,"
"Tapi gue udah janji," Sanggah Renjun
"Gak perlu, dan satu lagi tolong jangan ganggu gue dulu" Ujar Jeno pada akhirnya.
Renjun sedikit terkejut dengan perubahan sikap Jeno. Padahal semalam Jeno yang mengelus kepalanya hingga tertidur, namun sekarang kata-katanya sangat kasar kepadanya.
"Lagian siapa juga yang mau ganggu lo," Gumam Renjun kesal dan langsung meninggalkan bangku Jeno.
Jeno menundukkan kepalanya, bibirnya mengerucut ke bawah. Merasa bersalah karena sudah melontarkan kata-kata kasar kepada Renjun. "Maaf, ini demi kebaikan lo" Batinnya.
-tbc
Finally! Aku update dikit² ya, sambil balikin mood nulis aku. Anyway, Get well soon uri Renjun ♡
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketos | Noren
Fiksi Penggemar[On Going] Ini hanya tentang Lee Jeno, si ketua osis yang selalu berurusan dengan Huang Renjun, si Berandalan sekolah. Dominant: Lee Jeno Submissive: Huang Renjun Warning! • Boy x Boy • Harsh Words • Noren Area ©PeachLiiv, 2021