01. Renjun Telat Lagi

4.4K 337 4
                                    

Jeno berkacak pinggang saat netranya menangkap sosok pria mungil yang sedari tadi dicarinya. Saat ini pria itu sedang memanjat tembok sekolahnya. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Huang Renjun, si berandalan sekolah.

Entah, Jeno juga bingung harus menyebutnya apa. Jika dilihat dari penampilan, wajah dan postur tubuhnya, Renjun sama sekali tidak cocok di sebut berandal sekolah. Tapi yang jadi masalahnya adalah kelakuannya.

Jeno menghela napasnya. Ini bukan pertama kalinya dia menemukan Renjun sedang mencoba masuk ke sekolah lewat tembok samping. Dia sebenarnya sudah bosan memberi hukuman pada Renjun, karena Renjun selalu mengulangi kesalahannya lagi.

"Telat lagi"

Suara berat Jeno membuat Renjun terkejut hingga tubuhnya jatuh ke tanah.

"Arghh... Anjing!" Umpatnya.

Jeno mendekati Renjun yang tampak kesakitan. "Makanya kalau telat jangan sok sok-an manjat, badan lo pendek" Cercanya.

Renjun mendelik tak suka, dia kira Jeno mendekatinya karena ingin membantu, ternyata malah menghinanya. "Berisik! Kalau nggak mau bantu, mending pergi" Usirnya sambil mencoba untuk bangkit.

Jeno melipat tangannya di dada sambil menatap Renjun yang masih berusaha untuk bangun. "Lo lupa kalau gue osis?"

Renjun hanya menjawab dengan deheman.

Dia bangkit, lalu melihat Jeno yang saat ini sedang menatapnya. "Apa liat-liat?" Kata Renjun galak.

Jeno tidak menjawab, ataupun pergi. Renjun jadi bingung sendiri karena sikap Jeno yang aneh. Biasanya Jeno akan langsung memarahinya jika dia berbuat ulah.

"Lo kenapa sih? Aneh banget" Renjun menepuk-nepuk bajunya yang kotor.

"Udah?" Ujar Jeno akhirnya.

"Hah?" Tanya Renjun bingung. Tapi bukannya menjawab, Jeno justru menariknya dengan kasar. Dan mau tidak mau, Renjun harus mengikuti langkah kakinya.

"Pelan-pelan dong! Gue nggak bakal kabur juga lagian" Protesnya.

Akhirnya Jeno memperlambat langkahnya.

"Ini gue mau di bawa kemana?" Tanya Renjun penasaran.

Renjun ini bodoh atau bagaimana sih. Dia habis ketahuan telat oleh ketua osis, dan sekarang masih menanyakan dia akan di bawa kemana.

"Lapangan" Jawab Jeno.

Renjun menghela napasnya kasar. "Lo nggak cape apa ngurusin gue terus? Ini udah ke tujuh kalinya lo nemuin gue lagi manjat tembok sekolah dan ngehukum gue"

"Iya, Ke tujuh kalinya dalam bulan ini" Tambah Jeno.

"Nggak mau ngasih diskon?"

Jeno memberhentikan langkahnya, menatap Renjun yang sedang kebingungan karena Jeno menghentikan langkahnya secara tiba-tiba.

"Diskon?"

Renjun mengangguk. "Lolosin gue kali ini"

Tanpa menjawab, Jeno kembali menarik Renjun hingga mereka berdua sampai di lapangan. Jeno tak habis pikir dengan isi pikiran Renjun, dia kira hukuman ini Supermarket apa?

"10 putaran!" Tegas Jeno.

"Iya" Kata Renjun malas.

Dengan berat hati, Renjun akhirnya mulai menjalankan hukumannya. Dia sudah biasa dengan hukuman ini, jadi daripada harus berurusan dengan guru BK lebih baik mengikuti perintah Jeno.

Dari kejauhan, Jeno memperhatikan Renjun yang sudah mulai kelelahan. Entah mendapat pikiran dari mana, Jeno pergi ke kantin untuk membeli minuman.

Saat kembali, Jeno bisa melihat Renjun yang sedang duduk di pinggir lapangan dengan nafas tersengal-sengal. Dia menyodorkan minumannya pada Renjun.

Renjun hanya bisa menatap heran. "Apa ini?" Tanya-nya.

"Racun. Ya minuman bodoh!"

Renjun mengambil alih minumannya. Dia terlalu lelah untuk sekedar berdebat dengan Jeno.

Setelah kerongkongannya segar, barulah Renjun bertanya pada Jeno. "Tumben"

"Diskon" Jawab Jeno singkat sebelum dia pergi meninggalkan Renjun yang masih kelelahan.

"Thank's!" Teriak Renjun.

Jeno hanya mengacungkan jempolnya tanpa berbalik. 

Renjun kembali memperhatikan botol minuman yang diberikan oleh Jeno sambil berpikir, Kenapa sikap Jeno berubah menjadi sedikit lebih baik padanya. Tumben sekali dia hanya diberi hukuman berlari 10 putaran. Apa jangan-jangan minuman yang diberikan tadi benar ada racunnya?

Renjun segera menggelengkan kepalanya ketika pikiran-pikiran aneh menghantui otaknya. Tapi bagaimana jika minuman itu beracun? Ah masa bodo. Jikapun iya, paling dia meninggal.

Renjun beranjak dari duduknya, melempar asal botol minum yang isinya sudah habis tak tersisa sambil berjalan santai menuju kelasnya.









-tbc

Ketos | NorenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang