Renjun merutuki kebodohannya pada pagi hari ini. Dia menatap tembok yang biasa dipakainya untuk masuk ke dalam sekolah jika terlambat. Benar, Renjun terlambat lagi karena ponselnya mati dan semalam lupa tidak di charge, dan otomatis tidak ada alarm yang membangunkannya pagi tadi.
"Sial banget" Rutuknya.
Renjun tiba-tiba teringat, biasanya jika terlambat seperti sekarang Jeno akan menghampirinya di sini. Apakah sekarang Jeno sedang ada di balik tembok ini? Jika memang benar ada, Apa yang akan Jeno lakukan kepada Renjun.
"Duh anjing kalau ada Jeno, gue ngapain ya? Langsung lari aja apa ya ke kelas?" Monolognya bingung.
Renjun bukannya takut dengan Jeno, namun dia tidak ingin mendengarkan kata-kata menyakitkan keluar dari mulutnya seperti menganggap Renjun menyusahkan atau menganggap Renjun pengganggu. Padahal Renjun tidak pernah mengganggu Jeno secara langsung, disini Jeno yang selalu ikut campur dengan urusannya.
Terlalu lama berpikir, akhirnya Renjun menaiki tembok tersebut dan mendarat dengan mulus. Ia melirik ke kanan dan kiri, mencari orang yang biasa menunggunya.
Renjun bernapas lega, ketika tidak ada tanda-tanda Jeno muncul di hadapannya, namun ketika berbelok menuju lorong dirinya dikejutkan dengan seseorang yang sedang bersandar di tembok. "Jen—" Ucapannya menggantung karena itu bukanlah Jeno.
"No" Orang tersebut melanjutkannya.
"Mark?"
Mark mendekati Renjun yang sedikit terkejut dengan kehadirannya. "Bukannya tadi lo bilang Jeno ya?"
Mata Renjun bergerak tidak karuan, mencoba mencari alasan. "Reflek, biasanya Jeno yang suka ngagetin gue kalau telat"
"Kangen ya lo?"
"Apaan sih, gak jelas lo. Udah deh cepetan, hukuman gue apa?"
Mark tidak menjawab, melainkan mendekatkan wajahnya dengan wajah Renjun lalu tangannya beralih ke dagu milik Renjum dan meneliti setiap inci wajahnya.
Renjun menepis lengannya. "LO NGAPAIN?!" Marahnya. "Kayaknya semua anak osis suka modus ya"
Mark menjauhkan wajahnya lagi. "Dih? Gue modus lama lo? Sorry, ada hati yang harus saya jaga"
"Alay"
"Ayo ke kelas sebelum ketauan guru kalau lo telat" Ajak Mark.
Mereka berdua berjalan beriringan menuju kelasnya masing-masing yang berada di lantai 2.
Renjun yang masih kebingungan dengan situasi saat ini, pada akhirnya kembali bertanya pada Mark. "Ke kelas? Beneran ke kelas?"
"Iya? Emang mau kemana lagi?"
"Ya biasanya gue disuruh ke lapangan"
"Perintah dari ketua osis, katanya gue cuma disuruh liat muka lu ada luka atau nggak" Jelas Mark.
"Aneh, kenapa nggak dia aja yang liat sendiri." Kesal Renjun.
Mark melirik ke samping dan mendapati wajah Renjun yang sedikit terlihat kecewa. "Tuhkan, lo beneran kangen sama Jeno, mukanya sampe di tekuk gitu," Ejeknya.
Renjun memukul pelan lengan Mark. "Apasih! Gue gak kangen! Heran aja, padahal Jeno sendiri yang bilang kalau dia nggak mau diganggu gue dan selama ini juga dia jaga jarak sama gue, tapi kenapa masih nyuruh-nyuruh lo buat meriksa keadaan gue, maunya dia apa?"
Akhirnya semua yang Renjun pendam selama ini dapat diutarakan kepada Mark. Semuanya menjadi rumit semenjak Renjun tahu jika Jeno menyukainya. Seharusnya Renjun bisa mengabaikannya, namun hatinya gelisah ketika otaknya menyuruhnya untuk mengabaikan semua tentang perlakuan Jeno yang membuatnya nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketos | Noren
Fanfic[On Going] Ini hanya tentang Lee Jeno, si ketua osis yang selalu berurusan dengan Huang Renjun, si Berandalan sekolah. Dominant: Lee Jeno Submissive: Huang Renjun Warning! • Boy x Boy • Harsh Words • Noren Area ©PeachLiiv, 2021