Osaka pikir, dengan kembalinya ia ke indekos, hidupnya ke depan akan damai dan tentram seperti sedia kala. Tapi ternyata tidak semudah itu. Devika telah memanipulasinya. Membuat Osaka menyesali permintaannya untuk kembali ke tempat yang telah sejak awal ia tinggali.
Empat pria berseragam serba hitam itu berjaga dari pagi di depan pintu kamar indekos-nya. Sungguh, ia malu pada penghuni kamar lain yang mungkin akan merasa tidak nyaman. Osaka pikir, diam saja tidak akan menyelesaikan masalah. Alhasil ia menelepon Devika--meski sangat terpaksa-- dan meminta wanita itu menghampirinya.
Decakan pelan terdengar saat Osaka baru menyadari kalau nama kontak Devika di ponsel-nya berubah. Ia mengembuskan napasnya kasar. Tapi memilih abai dengan nama yang mungkin sudah diubah oleh Devika diam-diam.
Ekspresi datar yang menyiratkan amarah dalam diri Osaka yang pertama kali Devika lihat begitu dia datang. Wanita itu pun lekas memeluk putranya. Namun tak lama, Osaka justru menghindar, bahkan terang-terangan menolak.
"Gak usah peluk gue. Gue benci banget, demi apapun!" tekan Osaka di setiap kata. "Bisa gak, anda biarin hidup saya tuh, damai? Semenjak anda datang, semuanya berantakan. Gue nggak suka ada orang lain yang selalu ikut campur soal gue."
"Ibu bukan orang lain, nak--"
"Sejak kejadian itu, anda orang lain buat gue," Osaka menyela. Ia berjalan mendekat, mengikis jarak antara dirinya dengan Devika. "Nggak usah repot-repot ngurusin hidup gue. Selama ini juga gue hidup sendirian."
Tatapan Devika berubah sendu. Ia betul-betul sedih tatkala Osaka menolak kehadirannya dalam hidup cowok itu. Padahal Devika mau memperbaiki hubungan mereka. Devika ingin ia dan putranya dapat tinggal bersama selamanya untuk hidup bahagia.
"Ibu sayang Saka ..., Ibu nggak mau kehilangan Saka. Beri Ibu satu kesempatan sekali lagi, nak. Ibu janji tidak akan ingkar."
Melihat Devika yang memohon-mohon padanya dan terkesan mengemis, entah mengapa hati Osaka merasa sakit. Ada sesuatu yang tidak dapat ia ungkapkan pada siapapun ketika melihat tatapan tulus Devika yang mengiringi ucapannya. Bertahun-tahun Osaka sendirian, berusaha mencari ketenangan. Namun sekarang ia seolah berhasil menemukan itu.
"Sayang, kamu pengen Ibu melakukan apa, supaya Saka mau maafin Ibu?"
Osaka diam membatu. Sebab tak tahu harus menjawab dengan apa. Ia sendiri bingung. Bingung pada perasaan aneh itu.
"Saka ...," Devika kembali mendekati putranya. Tatapan kosong di manik kembar Osaka membuat Devika berpikir kalau remaja itu tengah mempertimbangkan dirinya. Yah, Devika harap ia dapat membawa Osaka pulang ke rumah suaminya--meski sedikit mustahil.
"Ibu tahu Saka masih sayang sama Ibu. Ibu juga sayang sekali sama Saka. Ibu ngerasa bersalah seumur hidup kalau Saka menolak kehadiran Ibu buat perbaiki semuanya, nak. Sebelum terlambat. Sebelum Ibu pergi--"
"Diem!" perintah Osaka dengan suara pelan. Ia tak ingin mendengar Devika membahas kepergiannya. "Nggak usah diterusin."
Devika mengulas senyum. "Boleh Ibu peluk Saka?"
KAMU SEDANG MEMBACA
O S A K A
Teen FictionDia Osaka, cowok nakal yang sialnya harus menjadi korban brokenhome ketika usianya yang masih balita. Cowok yang sering dipanggil dengan nama singkat Osak oleh temannya ini hidup hanya bersama Tuhan. Alias, dia sendirian. Namun bukan manusia kalau t...