O5; Nenek Lampir

270 27 26
                                    

TRIGGER WARNING
VIOLENCE

"Bagaimana, son? Masih berniat kabur sekali lagi, hem?"

Tatapan Jeffrey yang terasa mengintimidasinya, justru membuat Osaka berdecih. Matanya menatap pria itu nyalang. Kondisi kedua tangannya yang terikat, tak bisa membuatnya bebas bergerak. Banyak pria berbadan kekar suruhan Jeffrey yang berjaga di setiap sisi tempatnya duduk juga semakin membuatnya tak bisa berbuat apa-apa.

"Gue sumpahin mampus, lo!"

Jeffrey tersenyum tipis. Ia meninggalkan Osaka sebentar untuk memberi kabar pada Devika. Kalau sebenarnya Osaka sudah ditemukan. Dan Jeffrey bisa dengan mudah membawa Osaka pulang ke rumah-nya. Sehingga istrinya dapat bertemu dengan Osaka langsung.

"Ada kabar terbaru apa?" Devika langsung bertanya seusai panggilan terhubung.

Masih dengan senyum tipisnya, Jeffrey membalas, "anakku sudah ketemu."

Devika di tempatnya langsung membulatkan mata sekaligus menunjukkan raut berbinar. Putranya sudah ditemukan. Tapi begitu tahu Jeffrey yang lebih dulu menemukannya, Devika cemas kalau pria itu meminta perjanjian sebelumnya. Yang mana Osaka akan tinggal bersama di rumah Jeffrey selama seminggu.

Terdengar sebentar, namun itu waktu yang lama untuk kembali bertemu dengan Osaka. Aih, membayangkannya saja Devika sudah rindu.

"Kamu bawa Osaka ke rumah itu? Aku ke sana sekarang juga."

"Ya. Cepat kemari sebelum aku bawa dia pulang ke rumahku."

Devika berdecak usai Jeffrey mematikan panggilan sepihak. Inginnya protes. Namun Jeffrey itu manusia yang paling enggan ingkar janji. Pria itu juga pasti akan menuntut perjanjian yang sudah mereka buat sebelumnya.

Jadi, apalah daya? Devika tak berkutik. Ia hanya bersyukur sebab Osaka baik-baik saja. Ya, semoga putranya akan selalu begitu.

"Jo, bilang ke anak buahmu. Anakku sudah ditemukan."

---

"Makan dulu, anak nakal. Apa perutmu tidak terasa lapar?"

"Males."

Jeffrey menghela napas. Kesabarannya yang setipis tisu harus dihadapkan dengan keras kepalanya Osaka. Putranya sendiri. Agak sulit dan terlihat begitu menguji, namun Jeffrey harus memperbanyak kesabaran. Sebab selama ini Osaka tumbuh tanpanya. Jadi, ini konsekuensi yang ia dapat dari apa yang dulu dia perbuat.

Meninggalkan Osaka dengan beribu luka dan kesendirian. Jeffrey tahu kesalahannya. Dan kini dia berusaha memperbaiki kesalahan itu dengan memberi Osaka beribu kasih sayang dan cinta seorang Ayah. Figur yang dari dulu tidak Osaka dapatkan sebab dia membenci kehadirannya.

"Kamu boleh benci Ayah, kamu boleh tidak akan memaafkan Ayah. Tapi kamu harus peduli dan sayang dengan diri kamu sendiri, nak."

Osaka hanya diam. Enggan merespon. Walau ia sudah mendengar helaan napas lelah pria tua yang kini duduk di sampingnya itu. Osaka tak pernah berubah. Dia akan terus menjadi anak tak terbantah dan sulit diatur jika itu bukan dari keinginannya sendiri. Dari dulu Osaka hidup dengan menjalani semua aturan Ibu panti yang kadang tidak masuk akal. Dan sekarang adalah waktunya dia bebas melakukan apapun yang ia mau. Tanpa ada aturan dari siapapun itu.

Tetapi datanglah Jeffrey dan Devika yang membuat Osaka tak bisa bergerak bebas. Hidup seperti yang ia inginkan. Ini tidak bisa dibiarkan. Osaka harus dapat kembali hidup dengan bebas.

"Lepasin gue sekarang. Biarin gue hidup sendirian."

Jeffrey menggeleng. "Ayah nggak mungkin biarin itu. Kamu masih punya Ayah yang bisa jaga kamu, bisa rawat kamu. Kenapa harus sendiri?"

O S A K ATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang