Mungkin kalian bingung, siapa Kak Keenan, Tobi bahkan kalian masih sangsi, apakah aku Alden yang kalian kenal?
Jawabannya yah, aku adalah Alden yang kalian kenal, Alden J-Ward Abidzar. Long time no see you guys! Honestly, I miss you a lot. Aku punya banyak cerita yang ingin aku share ke kalian, tentang bagaimana kedua orang itu bisa menjadi saudaraku but maybe akan membuat kalian kecewa, ini bukan lagi cerita manis yang hanya ada aku dan Abi saja.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sekarang aku sudah kuliah, bisa dibilang bukan anak remaja lagi, aku sudah tumbuh dewasa, bisa hidup mandiri di perantauan. Walaupun aku belum semandiri itu. aku kuliah jauh dari kampung, harus terpaut jarak ribuan mil dengan Abi yang memaksa kami harus terpisah dalam waktu yang lama. Aku akhirnya tau apa namanya rindu, rindu yang tak begitu mudahnya tersampaikan. Kehidupanku dan Abi bisa dibilang tak semanis dulu lagi, bukan hanya jarak yang memisahkan tetapi banyak hal yang pada akhirnya kami berjalan di jalan kami masing-masing.
Aku masih ingat pesan Abi saat pertama kali aku keluar dari rumah.
"Alden, kamu jangan pernah menganggap Abi sebagai yang lain. Abi adalah ayah Alden yang lain, ingat itu. nikmati hidupmu diluar sana nak!"
Jujur, kata-kata itu membuatku kecewa, kukira hubungan kami spesial, tetapi sepertinya Abi tak pernah menganggapku sebagai seorang yang spesial. Kalo ingin berkata kasar, aku ini hanya pelampiasan nafsu Abi. Tapi, aku mencoba berfikir positif, mungkin Abi tak ingin mengekang langkahku di luar sana, bagaimanapun aku masih muda, banyak petualangan baru yang menantiku diluar sana. Seperti kata Abi lainnya, aku sudah dewasa.
"sekarang kamu sudah dewasa nak, kamu berhak menentukan jalan hidup kamu sendiri. nikmati hidup kamu, berpetualanglah, temukan cinta sejati kamu diluar sana. Jangan jadikan hubungan Alden sama Abi sebagai penghalang."
Aku mungkin bisa menerima alasan Abi, tetapi aku tak suka bagaimana Abi memanggilku, ia telah mengganti kata sayangnya menjadi anak dan pada akhirnya Abi membuat keputusan lainnya yang walau tak bisa kuterima namun pada akhirnya kusadarkan diriku bahwa benar kami telah berada di jalan kami masing-masing.
Aku masih sayang Abi, aku masih menganggapnya sebagai ayah walau sekarang aku punya ayah baru lagi.
Wait...wait... wait!!! Hentikan pikiran kotor kalian. Aku tidak sehina itu, akan mencari sugar Daddy baru saat aku dicampakkan. Dia ayahku sebenarnya, ayah biologisku, ayah pemilik sperma yang menjadikanku sebagai jabang bayi.
Tiba-tiba ada orang yang mengaku sebagai ayah kandungku, tentu saja aku tak ingin percaya begitu saja. Meskipun pada akhirnya fakta itu telah terungkap, aku tak serta merta menerimanya begitu saja. Setahun mereka berjuang meyakinkanku, menunjukkan ketulusan dan penyesalan mereka padaku yang akhirnya membuat hatiku luluh dan mau mengakui mereka. Yah mereka, ada ayah, ibu tiri yang kupanggil tante, adik dan seorang kakak tiri yang belum pernah kujumpai sebelumnya.
Ayahku berasal dari keluarga politik, bisa dibilang keluarganya adalah pejabat elit negeri ini, namun kehadiranku sama sekali tak pernah mereka anggap sebagai aib yang mungkin saja menurunkan citra mereka di masyarakat seperti banyak media yang kembali mengulik kehidupan masa lalu kami. Mungkin itu menjadi salah satu alasan mengapa akhirnya aku menerima mereka. Mungkin juga aku terlalu naif jika sebenarnya aku ini hanyalah sebatas alat politik mereka saja sehingga masyarakat bersimpati seperti banyak media juga yang belakangan ini berbalik bersimpati kepada kami. I don't really know and I don't care, aku hanya merasa, peran ayah yang coba ia perankan tersampaikan kepadaku, belum lagi karena perlakuan istri ayah juga bukanlah perlakuan ibu tiri yang kejam.
