11. Lamaran

50 19 15
                                    

"Cie cie yang mau dilamar" ujar Almira, adik dari Alma. Baru kemarin sore Almira tiba di tanah air, dirinya menyempatkan pulang karena mendapat kabar bahwa kakaknya akan melangsungkan lamarannya hari ini. Alhasil dirinya mengambil cuti kuliahnya sekalian satu semester, supaya bisa hadir di acara pernikahan kakaknya juga.

"Apa sih dek" gerutunya malu sembari berjalan ke dapur untuk mengambil minum, karena tiba-tiba saja tenggorokannya sedikit serak.

"Oh iya kakak belum kerja?" tanya Almira sesaat setelah Alma meneguk minuman itu hingga tandas. Alma yang ditanya hanya menggelengkan kepala dan kemudian meletakkan gelas kosong itu ke atas meja.

"Rencananya sih kakak mau ngajar di pesantren miliknya Kyai Sholeh" jawabnya kemudian diangguki oleh adiknya. Alma masih ingat sesaat sebelum dirinya berangkat ke Kairo untuk memulai studinya, Alma dan keluarganya menyempatkan untuk menjenguk Almira yang saat itu tengah menduduki bangku kelas 1 SMA di pesantren dan sekaligus berpamitan pada Kyai Sholeh.

Flashback On

"Almira, kakak berangkat dulu ya, kamu jaga diri baik-baik, nurut sama Kyai ya" ujar Alma sembari menyalami adiknya. Kemudian dirinya beralih memandang pria paruh baya yang ada di depannya.

"Makasih ya pak Kyai udah ajarin Alma, bimbing Alma selama di pesantren, dan sekarang saatnya Alma meneruskan ke perguruan tinggi. Semoga ilmu yang pernah disampaikan oleh pak Kyai bisa bermanfaat untuk Alma juga orang lain" ujarnya tersenyum dan hanya menangkupkan kedua telapak tangannya di depan dada.

"Iya sama-sama cah ayu, rajin-rajin ya belajarnya, kalau sudah lulus, sering-sering main kesini, kalau mau ngajar sekalian disini" jelas Kyai Sholeh kemudian.

"Iya pak Kyai, insyaallah setelah lulus nanti saya akan sering main kesini" ujar Alma sembari mengangguk takdhim. "Ya sudah kalau begitu, Alma berangkat sekarang ya pak Kyai, Almira, assalamualaikum" lanjutnya kemudian masuk ke dalam mobil diikuti orangtua Alma yang akan mengantarnya ke bandara. Mobil pun mulai melaju membelah jalanan, menuju bandara.

Flashback off

"Mmm kak" Alma tersadar dari lamunannya saat dirinya mendengar panggilan dari sang adik.

"Hmm?"

"Mira pengen deh makan bakso yang di perempatan jalan deket rumah kita itu, mmm kakak temenin ya?" pintanya pada sang kakak. Tampaklah Alma yang tengah menimang-nimang permintaan adiknya ini.

"Boleh, berangkat sekarang aja ya, keburu habis ntar" putusnya kemudian dan segera mengambil cardigan juga tas selempang kecil yang ada di kamarnya. Setelahnya ia menyalakan motor Scoopynya dan mengendarainya bersama Almira menuju abang tukang bakso yang ada di perempatan jalan dekat dengan rumahnya itu.

Setelah sampai mereka berdua segera melahapnya dan memesan dua bungkus untuk kedua orangtuanya.

"Emang rasanya nggak berubah ya kak, padahal udah lama banget nggak makan disini" ujar Almira dengan mulut yang penuh berisi makanan. Sedangkan Alma, dirinya hanya tersenyum menanggapi perkataan adiknya dan kemudian melanjutkan makannya.

Setelah mangkuk berisi bakso itu habis tak tersisa, Alma segera membayarnya dan kemudian pulang kerumahnya. Saat motor Scoopy itu mulai mendekat di rumah miliknya, tampaklah sebuah mobil sport hitam yang sudah terparkir rapi di halaman depan rumahnya. Sudah pasti mobil itu adalah milik keluarganya Andra.

Bisa-bisanya Alma lupa dengan satu hal yang sangat-sangat penting menurutnya. Alma segera memarkirkan motornya dan menggandeng tangan Almira untuk masuk ke dalam rumah.

"Assalamualaikum, maaf nunggu lama ya" salamnya kemudian dan segera ikut uduk di sofa.

"Wa'alaikumsalam enggak kok Al, baru aja tante, om sama Andra sampai. Kamu habis dari mana? terus itu siapa?" tanya Silvi kemudian.

"Iya Al, bunda hubungin dari tadi ternyata nggak bawa handphone, Almira juga" gerutu sang bunda kemudian.

"Hehe iya bun maaf, biasa, kalau udah urusan perut jadinya lupa" jawab sang adik.

"Emm, kenalin om, tante, Andra, ini adiknya Alma, namanya Almira. Dia baru aja pulang dari Beijing kemarin sore" jelas Alma sembari memperkenalkan Almira pada Andra juga kedua orangtuanya itu.

"Masyaallah, jadi dua-duanya ini kuliah di luar negeri?" tanyanya yang diangguki oleh Alma juga Almira.

"Nadin pasti bangga punya kalian" ujarnya sembari mengusap pundak Alma juga Almira bergantian.

Setelah perbincangan selesai, Aditya pun mulai mengutarakan niat baiknya kesini mengantar putranya untuk melamar Alma.

"Bapak ibu mungkin sudah tau maksud kedatangan kami kemari untuk apa, oleh karena itu saya sebagai pendamping mempersilahkan Andra untuk menyampaikan apa yang menjadi tujuannya kesini" setelah Aditya selesai bicara, Andra pun mulai membuka suara diantara dua keluarga tersebut.

"Maksud kedatangan saya juga kedua orangtua saya kesini yang pertama adalah untuk silaturahmi. Dan yang kedua-" Andra menarik napas dalam-dalam kemudian menghembuskannya pelan dan melanjutkan perkataannya.

"Jika allah mengizinkan, saya ingin menjadikan putri bapak dan ibu sebagai istri saya, menemani setiap langkah perjuangan saya, menjadi penyejuk hati saya dikala gundah dan menjadi penasihat saat saya melakukan kesalahan. Dari awal saya kenal putri bapak dan ibu, saya merasa seperti telah menemukan orang yang tepat, meskipun keyakinan yang dianut kita berbeda. Namun ternyata tuhan memiliki cara yang indah untuk mempersatukan hambanya yang saling mencinta seperti apa yang dikatakan Alma. Dan mungkin ini adalah salah satunya. Sekiranya bapak dan ibu menyetujui, saya ingin melamar putri bapak dan ibu, dan melanjutkan hubungan kami berdua ke jenjang pernikahan" ujarnya dengan tenang dan tegas.

"Baik saya terima niat baik kamu dan keputusan sepenuhnya saya serahkan pada putri saya"

"Di depan orangtua juga segenap keluarga, bismillah, saya terima niat baik kamu dan saya terima lamaran kamu" mereka yang ada disana pun tersenyum bahagia.

"Alhamdulillah, Jika boleh saya izin agar akad nikah dilaksanakan secepatnya" ujar Andra setelah Alma menerima lamaran itu.

"Boleh, menyegerakan pernikahan itu juga lebih baik jadi mau kapan?" tanya Luqman kemudian.

"Minggu depan" ucapan Andra membuat Alma membolakan matanya.

"S-secepat itu?" tanyanya sedikit terbata. Andra pun hanya mengulas senyum dan menganggukkan kepalanya.

.
.
.
.
.

Gimana lanjut?
Jangan lupa pencet bintang ya
Tandai mana yang salah
See you next part😙

Perjalanan Cinta Seorang MualafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang