7. Mimpi Apa Ini?

58 27 10
                                    

Dua tahun telah berlalu.

Kabar baik berpihak pada Andra saat ini. Mamanya baru saja masuk islam. Ia mendapat kabar dari Aditya, yang kebetulan mampir ke pesantren untuk menjenguk Andra. Sedangkan mamanya sedang ada keperluan.

"Maaf ya, papa jarang jenguk kamu, soalnya papa sibuk akhir-akhir ini" ujarnya kemudian menepuk-nepuk pelan pundak Andra.

"Iya pa nggak masalah. Andra seneng mama udah masuk Islam" ujar Andra.

"Oh iya, ada satu lagi kabar baik buat kamu" Andra mengernyitkan dahinya bingung 'apalagi ini?' tanyanya dalam hati.

"Alma sudah pulang ke Indonesia" tuturnya. Raut gembira mulai tampak di wajah lelaki berusia 22 tahun itu.

"Papa nggak lagi bercanda kan?, Alma beneran udah pulang ke Indonesia?" tanya Andra memastikan.

"Iya papa nggak bercanda Andra, jadi kapan kamu mau lamar dia? Bukankah dia perempuan yang kamu inginkan?" tanya sang ayah kemudian.

"Secepatnya pa" tuturnya dengan penuh semangat. Ia tak sabar untuk melamar gadis yang ia idamkan sejak dulu. Semoga Alma mau menerima lamarannya.

*

Setelah selesai sholat Isya' dan makan malam, Andra kembali memasuki kamarnya bersama ketiga temannya.

"Ndra, Minggu depan jadi pulang?" tanya Fahmi saat dirinya mengambil jaket di dalam almari mengingat cuaca akhir-akhir ini tak menentu, atau yang biasa orang bilang cuaca ekstrem. Andra yang ditanya pun menganggukkan kepalanya.

"Cie yang udah mau nikah" goda salah satu santri yang duduk sila di lantai sembari memakan cemilan. Siapa lagi kalau bukan Bagas, urusan perut nggak pernah ketinggalan.

"Kita kita jangan lupa di undang ya Ndra" timpal Reza.

Setelah mengobrol beberapa saat, jam pun sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, entah kenapa Andra belum bisa tidur. Akhirnya ia memutuskan untuk membaca novel yang sempat ia pinjam beberapa hari lalu.

Lima halaman buku sudah dilahapnya, matanya sudah mulai berat, hingga akhirnya ia memilih mengistirahatkan matanya dan tak lama kemudian ia sudah berada di alam bawah sadarnya.

"Bismillah semoga Alma mau menerima lamaranku" ujar Andra sembari membawa sebuah kotak merah berisi cincin itu. Andra segera berjalan dan memasuki halaman rumah Alma. Ia lihat dari luar sepertinya ada tamu. Atau mungkin keluarganya sedangkan Andra tetap meneruskan langkahnya hingga ia terhenti saat mendengar penuturan seorang lelaki dari dalam rumah itu. Jarak antara teras depan dan ruang tamu cukup dekat. Andra mampu melihat Alma yang sedang menunduk itu.

"Maksud dan tujuan saya datang kesini ingin meminta izin kepada bapak dan ibu untuk melamar Alma, putri bapak dan menjadikan dia sebagai istri saya. Saya berjanji akan membahagiakan dan memenuhi kebutuhan lahir dan batinnya" ujar seorang laki-laki itu dengan tenang.

Deg!

"Saya serahkan semuanya kepada putri saya, gimana kamu mau?" tanya ayahnya memastikan. Sedangkan Alma mengangguk dan mulai angkat bicara. Jantung Andra berdetak dua kali lebih cepat. Semoga saja Alma menolak lamaran itu.

"Bismillah, saya terima lamarannya" ujarnya tersenyum kemudian mendongakkan kepala dan mendapati Andra yang berada di ambang pintu.

"Andra?" ucapan Alma membuat semua orang yang ada di dalam rumah itu mengernyitkan dahinya bingung dan menoleh ke arah luar. Hanya sekelebat orang yang dapat laki-laki itu lihat, ia tak melihat jelas siapa sosok Andra.

Andra sudah meninggalkan rumah itu dan berjalan menyusuri jalanan kota. Alma tak juga mengejarnya, mungkin Alma sudah mendapatkan lelaki yang lebih baik darinya. Andra juga tak mau memaksa Alma untuk menikah dengannya. Karena apapun itu takdir berada di tangan yang maha kuasa. Kita sebagai hamba-Nya tinggal menjalankan takdir yang sudah digariskan dan menerimanya dengan ikhlas.

"Almaaaaa" Andra terbangun dari tidurnya, keringat dingin bercucuran, deru nafas pun tak beraturan. Andra merilekskan tubuhnya ia tarik nafas dalam-dalam kemudian ia keluarkan lagi.

"Astaghfirullah mimpi apa ini?" gumamnya seraya mengusap peluh yang ada di dahi juga pelipisnya.

Setelahnya ia melihat jam yang ada di pergelangan tangannya. Jam menunjukkan pukul dua kurang seperempat. Daripada Andra tidur lagi dan akan kesiangan nantinya, ia pun memilih mengganti pakaiannya dan keluar dari kamarnya untuk menuju masjid.

Andra segera wudhu dan memasuki masjid, di dalam ia menjumpai Kyai Sholeh yang tengah berdzikir dengan tasbih yang berada di tangan kanannya. Ia pun segera mendekati Kyai Sholeh dan duduk di sampingnya.

Merasa ada orang, kyai Sholeh pun menoleh ke samping.

"Lhoh, nak Andra, udah bangun? Mau sholat tahajud?" tanya Kyai Sholeh kemudian.

"Nggih Kyai" ujarnya kemudian. Melihat raut yang sedikit lesu di wajah Andra, Kyai Sholeh pun segera menanyakannya.

"Nak Andra kenapa? Kok mukanya lesu gitu, apa ada masalah?" tanya Kyai Sholeh, kemudian menghadap ke arah Andra.

"Apa sebuah mimpi bisa menjadi kenyataan pak Kyai?" tanya Andra kemudian.

"Ya tidak semuanya nak. Apa kamu mimpikan sesuatu?" Andra pun mengangguk membenarkan pertanyaan Kyai Sholeh.

"Jadi gini pak Kyai, sudah lama saya menyukai seorang perempuan, dan saya mau menikahinya pak kyai. Tapi baru saja saya mimpi kalau perempuan yang saya suka itu menerima lamaran dari lelaki lain" ujarnya kemudian.

"Terus?"

"Ya gimana ya pak Kyai, saya takut aja kalau itu benar terjadi" ujarnya sambil menghembuskan nafasnya lesu.

"Kan pak Kyai sudah pernah bilang, jodoh itu ada di tangan tuhan, mau sejauh apapun kamu sama jodoh kamu kalau ditakdirkan bersama pasti akan bersama, dan sebaliknya, mau sedekat apapun kamu sama perempuan yang kamu cintai, kamu suka kalau tidak ditakdirkan bersama ya tidak akan bersama" jelas Kyai Sholeh kemudian.

"Pak Kyai kasih tahu, ada beberapa waktu mustajab untuk berdo'a. Yang pertama, ba'da maghrib sampai isya'. Nah yang kedua setelah jam dua belas malam, disaat orang-orang semua pada tidur kita sholat terus berdo'a. Yang ketiga adalah setelah shalat subuh sampai terbitnya matahari. Makanya setiap habis maghrib dan subuh pasti ada kajian. Karena itulah waktu-waktu yang paling bagus untuk kita berdo'a mujahadah dzikir dll" Andra pun mengangguk paham mendengar penuturan Kyai Sholeh.

"Nah nak Andra kan sudah wudhu, sekarang lebih baik sholat tahajud dulu, terus berdo'a, nak Andra curahkan semua isi hati nak Andra saat ini, di waktu mustajab untuk berdoa ini insyaallah nak Andra akan mendapatkan jawaban yang terbaik" ujar kyai Sholeh yang diangguki oleh Andra.

Setelahnya Andra segera sholat tahajud dan kemudian memunajatkan doa di sepertiga malam dengan sungguh-sungguh.

.
.
.
.
.

Kalau udah baca itu...
Jangan lupa follow 💜
Jangan lupa vote 💜
Jangan lupa komen 💜

Thank you 💜

Perjalanan Cinta Seorang MualafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang