01

7K 305 32
                                    




.


.


.



Perbudakan sudah sejak lama terjadi entah di belahan bumi mana yang memulai hal ini, yang pasti perbudakan terjadi karena orang-orang berkuasa membutuhkan tenaga manusia untuk menggarap lahan pertanian mereka karena zaman dahulu teknologi pertanian tidak secanggih sekarang.

Lambat laun kegiatan perbudakan ini tidak hanya terjadi di wilayah regional saja, namun terjadinya impor dan ekspor budak ke berbagai negara dengan menggantung harga yang bervariasi tergantung seberapa banyak manusia yang diperjualbelikan untuk kebutuhan tertentu.

Fungsi perbudakan juga seiring waktu beralih fungsi bukan sebagai alat pertanian hidup saja, melainkan sebagi hiburan bagi orang-orang penguasa yang ingin menuntaskan nafsu dunianya akibat kekangan pekerjaan yang menjerat batin setiap harinya.

Ratusan tahun lamanya kegiatan perdagangan budak merajalela di muka bumi ini sampai beberapa negara membuat undang-undang tentang larangan untuk memperjualbelikan budak ke berbagai negara walaupun hal itu masih belum melarang perbudakan itu sendiri.

Sampai pada teknologi berkembang pesat hingga tenaga manual tergantikan dengan benda canggih bernama mesin, serta orang-orang telah paham jika perbudakan melanggar hak asasi manusia, maka di beberapa negara dideklarasikan undang-undang yang melarang siapapun menjual belikan manusia dan memperbudak manusia.

Namun ada beberapa 'bangsa' di belahan dunia ini yang eksistensinya bisa dibilang tersembunyi masih melegalkan perbudakan untuk mengurusi pekerjaan rumah mereka. Pemerintah dunia pun tidak bisa ikut campur dalam urusan bangsa mereka yang punya aturan tersendiri dan tidak boleh di ganggu gugat oleh negara manapun.

Pemerintah membiarkan hal itu demi mempertahankan kedamaian dunia yang sudah terjalin beberapa dekade sebelumnya.




***




Manik mata setenang danau itu memancarkan kesedihan dan kekecewaan saat indera pendengarannya menangkap gelombang bunyi yang sangat menyakitkan terucap dari kedua belah bibir merah orang yang sangat disayanginya, walaupun ia lebih banyak menerima ketidakadilan ketimbang kasih sayang.

"A-apa? Apa yang barusan ibu katakan?"

Anak belasan tahun itu tidak pernah menyangka kalimat kejam itu akan terucap dari mulut wanita yang sudah melahirkannya ke dunia ini.

Wanita itu mendekat ke arah anak itu dan mengelus pipi seputih susu yang nampak di beberapa bagian kulitnya tercetak lebam keunguan samar.

"Aku tidak perlu mengulangi kalimatku, kau bukan orang yang bodoh untuk mengerti perkataanku barusan. Jadilah anak yang berbakti pada orangtua untuk yang terakhir kalinya."

Tawa anggun mengalun kembali dari bibir semerah bunga mawar itu, namun bagi anak itu, tawa itu terdengar menakutkan di telinganya.

Tanpa disadarinya air mata jatuh membasahi pipi tirusnya. Tangan mungilnya menggenggam ujung gaun mewah kebanggaan wanita itu, menjatuhkan kedua lututnya di samping kaki berbalut sepatu kaca transparan setinggi lima sentimeter.

"Ibu, tolong jangan jual aku. Aku janji akan menuruti semua perintah ibu, aku mohon.." ucap anak itu lirih penuh ketakutan. Wanita itu berdecak kesal dan menjambak surai hitam di atas telapak tangannya dengan kuat. Anak itu merintih kesakitan sambil menahan isak tangis agar wanita itu tidak semakin membencinya.

"Dengar! Kau kulahirkan untuk berbakti kepadaku, dan ini adalah perintahku! Kau tidak bisa membantahnya! Apa kau sayang dengan ibumu ini nak?" seru wanita itu dengan sedikit memelankan suaranya di kalimat terakhir.

Moiee [SungLe]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang