.
.
.
Suara gesekan lembaran kertas terdengar jelas di keheningan malam yang menyelimuti satu ruangan yang penghuninya masih betah berada di depan sebuah buku tanpa menghiraukan sang bulan yang semakin memuncak di langit.
Setelah makan malam usai, Chenle langsung duduk manis di atas kasur dengan buku dongeng pilihan Renjun di kedua tangannya perlahan ia buka lembar demi lembar. Walaupun ada beberapa kata yang tak bisa ia rangkaikan maksudnya, dengan keberadaan gambar yang menyertai cukup membuatnya paham dengan alur cerita dongeng tersebut.
Chenle sesekali mengernyitkan keningnya dan terkekeh karena ada beberapa adegan yang menurutnya lucu.
Buku itu mengisahkan tentang makhluk mitologi yang sangat terkenal yaitu vampir si penghisap darah. Omong-omong tentang vampir, Chenle jadi ingat bahwa mansion yang ia tempati ini sungguh mirip dengan istana vampir yang ada di buku ini. Nuansa merah hitam, empat menara jarum di setiap sudut mata angin, dan keberadaan pemilik mansion yang sama misteriusnya dengan si tokoh utama dalam dongeng itu.
Chenle jadi agak merinding ketika dirinya menoleh ke arah jendela yang gordennya masih belum ia tutup. Apakah nanti ada seekor kelelawar masuk dan tiba-tiba saja berubah menjadi pria dengan jubah hitam dan memiliki pupil mata berwarna merah. Chenle sontak menggelengkan kepalanya berusaha mengenyahkan imajinasinya akibat terlalu larut dalam kisah dongeng itu.
Tangannya pun sampai ke halaman terakhir dan hal itu membuahkan kernyitan di dahinya. Kenapa ceritanya menggantung?
Chenle membolak-balikan buku itu dan menemukan angka 1 di sisi bawah buku tersebut. Rupanya buku itu bersambung, Chenle merasa kecewa. Ia kan penasaran dengan lanjutan ceritanya. Eh tapi kan ia bisa kembali ke perpustakaan untuk mengambil buku kelanjutannya.
Dengan membawa rasa penasarannya akan lanjutan dari dongeng itu, Chenle keluar kamar menuju ruang perpustakaan tanpa ingat hari sudah semakin larut.
Kaki kecilnya berhenti di depan pintu besar perpustakaan. Tangannya dengan hati-hati mendorong pintu yang memang tidak terkunci. Derit engsel pintu yang cukup tua berbunyi tanda ada orang yang membuka ruangan itu.
"Permisi." ucap Chenle pelan hampir berbisik. Kepalanya melongok ke dalam untuk memastikan di dalam tidak ada siapa-siapa selain hanya jejeran rak buku yang menjulang tinggi menyambut kedatangannya.
Beberapa lilin padam hingga di beberapa titik ruangan menjadi tak terlihat. Sepi, itulah yang Chenle rasakan ketika tubuhnya ia bawa mencari rak buku tempat Renjun menemukan buku dongeng itu.
Tak perlu berlama-lama mencari, ia sudah menemukan rak itu karena tangga yang digunakan Renjun sore tadi masih bersandar di sana. Chenle pun segera naik dan mencari sekat buku yang longgar tanda disanalah bekas Renjun mengambil buku dongeng itu.
Cukup lama Chenle berada di atas. Anak itu sedikit kesusahan melihat karena minim penerangan. Namun tak lama ia berhasil menarik tiga buku bersampul sama dengan buku dongeng itu. Chenle tersenyum puas karena telah mendapatkan apa yang ia inginkan dan hendak turun. Namun pendengarannya menangkap derit engsel pintu yang menandakan ada seseorang yang masuk ke dalam perpustakaan.
Dengan hati-hati Chenle menuruni anak tangga. Ia mengintip sedikit dari balik rak buku guna melihat siapa yang datang ke perpustakaan malam-malam begini.
Netranya mendapati tubuh tinggi menjulang sedang menyusuri rak buku di sayap kanan, sedangkan tempat Chenle bersembunyi berada di sayap kiri perpustakaan. Mata sipit Chenle tidak bisa melihat wajah orang itu dengan jelas karena pencahayaan disana sungguh temaram.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moiee [SungLe]✓
VampireI'm a child, and i wish for freedom Jisung × Chenle Fanfiction ©ChLeo (@Moominn_njun)