.
.
.
Suara nyanyian malam semakin sepi kala gerhana semakin mencapai puncaknya. Permukaan bumi perlahan diselimuti oleh merahnya cahaya rembulan yang menggantung angkuh di langit malam tanpa halangan apapun yang menutupi.
Chenle semakin bergetar ketakutan di tempat, begitu pula dengan Renjun. Namun demi Chenle, ia rela mengesampingkan ketakutannya dan beralih memeluk erat tubuh gemetar itu.
Suasana yang semakin hening menyiksa batin Chenle. Kepalanya mendadak dihantam pening dan berusaha menggapai apapun untuk menopang keseimbangannya. Karena di sekitar tempat mereka gelap, ia tidak sengaja menyenggol lampu minyak yang diletakkan Renjun di samping lututnya.
Pelan, namun mampu terdengar di tengah sepinya suasana malam.
"Siapa disana!?" seru salah satu vampir yang mendengar keributan kecil itu.
Tubuh keduanya menegang kala terdengar beberapa langkah kaki mendekat ke arah mereka bersembunyi. Renjun mempersiapkan dirinya dengan senjata berupa pisau kecil di tangannya yang ia genggam walaupun dengan bergetar, sementara Chenle sudah menangis sambil menutup mulutnya agar isakan tak lolos dari bibirnya.
Sepersekian detik berlalu begitu cepat. Belum sempat mata pisau Renjun menggores kulit salah satu vampir yang mendekat, mereka berdua telah diseret paksa ke tengah-tengah ritual itu.
"Lepaskan!"
Renjun memberontak dan mengayunkan kakinya hampir mengenai kepala salah satu vampir yang memegangi sisi kanannya, namun dengan sigap vampir itu menangkisnya dan balik mematahkan kaki kiri Renjun hingga teriakan nyaring tak terhindarkan.
"Kak Renjun!!" Chenle histeris melihat Renjun kesakitan. Tubuhnya tidak bisa bergerak karena pergerakannya sudah dikunci oleh vampir-vampir yang menyeretnya.
Hingga keduanya tiba lumayan dekat dengan tempat pasak tiang yang terikat tiga manusia itu.
"Oh, rupanya ada yang ingin menyaksikan ritual ini."
Dari kegelapan, muncullah seorang vampir berparas rupawan yang dapat dipastikan itu adalah vampir bangsawan, terlihat dari pakaian yang ia kenakan terlihat mewah.
"Bukankah mereka akan menjadi santapan tambahan untuk kita?" tanya satu vampir yang muncul di belakang vampir pertama, juga dengan pakaian mewahnya, berjalan hingga ke depan Chenle yang sedang berlutut.
"Tidak perlu, berikan saja mereka pada para vampir yang sedang menonton kita." ucap vampir lain yang sudah berjongkok di hadapan Renjun yang tengah merintih menahan sakit di kaki kirinya. Ucapan tersebut membuahkan sorakan dari para vampir di belakangnya. Chenle semakin ketakutan.
Berhasil lolos dari lubang maut yang pertama, malah terjerumus ke dalam lubang maut lain yang lebih mengerikan.
Mungkin saja jika dijadikan sebagai persembahan, hanya darah yang diminum oleh satu vampir. Tapi ini secara beramai-ramai disantap oleh para vampir lusuh yang telah kehausan akan darah manusia. Benar-benar mengerikan!
"Ah, sudah hampir waktunya rupanya. Kalian bersiaplah di posisi masing-masing." perintah si vampir pertama. Dua vampir bangsawan lain segera menghampiri manusia persembahannya. Sedangkan Renjun dan Chenle tengah dikerubungi oleh para vampir lusuh itu sehingga rasanya Chenle tidak dapat bernafas dengan baik lagi.
Mau kabur kemana pun, nasibnya pasti akan berakhir seperti ini. Tapi masalahnya Renjun juga ikut bernasib sama sepertinya. Jika saja ia berhasil menahan pemuda mungil itu untuk tidak melancarkan rencananya, pasti sekarang hanya dirinya yang akan mati. Renjun sekarang pasti akan berada di dapur bersama pelayan lain dengan keadaan sangat sehat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moiee [SungLe]✓
VampireI'm a child, and i wish for freedom Jisung × Chenle Fanfiction ©ChLeo (@Moominn_njun)