.
.
.
Benturan sepatu pantofel menggema dalam ruangan bernuansa hitam merah, pakaian dengan corak hitam putih khas pelayan berkibar acak ke setiap sudut ruangan mengiringi kemana pemilik langkah membawa.
Hari ini hari pertama Chenle bekerja di kediaman bangsawan Peter - begitu kata para pelayan yang sudah sedikit akrab dengan Chenle, mereka memberitahu apa saja yang belum diketahui oleh anak itu secara garis besar saja, tidak berani berbicara lebih jauh lagi dalam lingkup kekuasaan tuan mereka. Sekarang ia sedang sibuk bekerja di dapur membantu sebisanya para pelayan wanita menyiapkan sarapan pagi.
"Chenle, ambilkan sayur itu."
"Baik."
"Chenle, tolong cucikan ini."
"Baik."
Mungkin itulah sebagian keributan kecil yang secara tak sadar menghidupkan suasana pagi yang cukup dingin. Chenle tak menyangka kastil yang malamnya sangat sepi dan suram bisa lumayan ramai dan hidup berkat aktivitas dari para pelayan.
Aneka masakan telah tersaji di atas meja makan panjang dengan banyak kursi berderet rapi memenuhi kedua sisi meja secara berseberangan. Bertepatan dengan itu Jeno menghampiri ke tengah meja tersebut hingga semua pelayan disana membungkuk hormat kepada sang kepala pelayan.
"Sudah selesai?" tanya Jeno penuh wibawa, menatap semua wajah pelayan disana tanpa ada yang terlewati.
"Sudah Mr. Lee." jawab pelayan disana serempak.
"Baik, silahkan duduk."
Semua pelayan disana menuruti perintah sang kepala pelayan, Chenle yang bingung dengan situasi yang ada hanya berdiam diri di tempatnya. Salah satu dari pelayan wanita yang kebetulan melihatnya langsung menarik tangan pelayan baru itu duduk bersebelahan dengannya.
"Nikmati sarapan kalian." Suara Jeno kembali terdengar dan ucapan terimakasih menggema di ruangan yang disebut sebagai dapur itu mengiringi langkah tegap sang kepala pelayan yang menjauh.
Denting sendok aluminium memenuhi penjuru dapur, semua pelayan sibuk dengan makanan masing-masing. Chenle sedikit berjengit ketika segelas minuman tersodor ke depan wajahnya.
"Kenapa melamun?"
Chenle gelagapan dan menerima uluran gelas itu dengan gugup. Ia menoleh ke samping mendapati wanita yang menariknya duduk sedang memperhatikannya sambil mengunyah nasi dengan anggun.
"O-oh maafkan saya." ucap Chenle sambil meminum air putih tersebut dengan perlahan. Wanita itu mengangguk-angguk dan kembali fokus sarapan.
"Nanti ikut kami ke sungai untuk mencuci pakaian tuan muda." ucap wanita itu lagi tanpa menoleh ke arah Chenle. Chenle mengangguk mengerti.
***
Suara riak air menenangkan batin setiap orang yang mendengarkan. Suara kicauan burung menjadi harmonisasi indah menyatu dalam keasrian alam yang tak tersentuh dengan tangan-tangan kotor manusia. Chenle mengagumi setiap inchi keindahan yang disuguhkan oleh pemandangan air terjun jernih di tengah hutan.
Chenle baru menyadari jika kastil milik tuannya terletak jauh di tengah hutan yang tersembunyi dari keramaian kota.
Untuk sampai ke tempat air terjun yang letaknya beberapa meter dari belakang kastil, terlebih dahulu pelayan-pelayan akan melewati taman belakang kastil yang terdapat danau buatan yang airnya berwarna hijau, dikelilingi oleh tanaman mawar putih yang mengkilap terkena embun pagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moiee [SungLe]✓
VampireI'm a child, and i wish for freedom Jisung × Chenle Fanfiction ©ChLeo (@Moominn_njun)