00. Prolog

131 19 1
                                    

SMA Raya Bangsa di Semarang baru saja selesai upacara bendera merah putih di lapangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

SMA Raya Bangsa di Semarang baru saja selesai upacara bendera merah putih di lapangan. Dengan kebiasaan sehabis upacara, seluruh murid langsung memasuki kelasnya masing-masing untuk menunggu guru mata pelajaran yang bersangkutan untuk memulai jam pertama di kelas yang akan diajar.

Seorang Eliza Kin Nevertari yang akrab dipanggil Eliza itu tak pernah membayangkan bagaimana rasanya menjadi sosok murid baru di salah satu sekolah menengah atas di Semarang. Tak pernah pula membayangkan akan tinggal di kota tempat ayahnya bertugas.

"Perkenalkan, nama saya Eliza Kin Nevertari, bisa dipanggil Eliza. Salam kenal semuanya." Eliza menunduk hormat dihadapan semua orang yang belum dikenalinya sama sekali dan akan menjadi teman kelas barunya itu, 11.2 .

Usai memperkenalkan diri, terdengar sahutan ramai dengan menyapa, "HAI ELIZA!"

"Hai Eliza! Kalo boleh tau asal dari mana?" tanya salah satu dari mereka, namanya Yana yang dikenal murid tercerewet dan aktif di kelasnya.

"Saya dari Makassar, Sulawesi Selatan." jawab Eliza, dan betapa hebohnya mereka ketika mengetahui asalnya yang terbilang jauh itu.

"Oh, tau! Pantai Losari sama Coto!" seru Yana kembali, kedua matanya melotot.

"Aku pernah ke sana loh! Sekali tapi." lanjut Yana, mendengar itu Eliza hanya menanggapi dengan senyuman kakunya.

Sedangkan Bu Zahra yang merupakan wali kelas 11.2 itu terlihat senang dengan interaksi murid-muridnya. Melihat jam tangan di pergelangan tangan kirinya, Bu Zahra lantas bersuara, "Oke, sesi perkenalan singkatnya udahan dulu, ya. Kalian bisa bincang-bincang sama Eliza di lain waktu. Jadi Eliza, kamu duduk di..." pandangan Bu Zahra mengamati kursi kelas, dan akhirnya terdapat  satu kursi kosong yang tersisa di kolom kedua paling belakang.

Sebelum itu, Yana yang kebetulan satu meja dengan Beno lantas ia usir, "Ben, pindah di sebelah Udin, gih. Kursi lo kan di belakang, bukan disini." ujarnya pada Beno yang sedang duduk di sebelahnya.

Beno nampak menghela napas gusar, "Gue maunya duduk disini, Yan." lirihnya. Namun, Yana bukannya tega malah tak tega untuk mengusir Beno, "Gue maunya satu meja sama murid baru itu, Ben. Udah cocok loh gue satu meja sama cewek dan lo satu meja sama cowok, sesuai aturan." ucapnya dengan lancar.

Meskipun saling berbisik, Bu Zahra bisa mendengar apa yang keduanya bicarakan karena tempat duduknya di kolom keempat barisan kedua. "Oh, Beno. Kamu bisa pindah ke sebelah Udin, biar Eliza duduk di sebelah Yana. Tidak ada aturan murid cewek sama murid cowok satu meja, ya." kata Bu Zahra, dan berhasil membuat Beno minggat dengan perasaan dongkol.

"Mampus, kalo mau ngegebet tuh paham sikon. Jam pelajaran bukannya belajar malah ngegebet." ketus salah satu murid cewek berponi dengan kuncir kuda yang kebetulan duduk di depan meja Yana.

"Reya!" tegur Yana.

Melihat Beno sudah beralih ke tempat yang seharusnya, Bu Zahra melirik Eliza sambil tersenyum. "Baik Eliza, kamu bisa duduk di kursi sana. Dan Yana, temenin Eliza terus ya." katanya, dan Yana langsung memberi hormat, "Siap, Bu!"

Intuisi [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang