03. Piano

55 14 6
                                        

Pagi kali ini Eliza yang biasanya ditemani oleh Reya dan Yana hanya sendirian ke perpustakaan, dengan tujuan meminjam buku paket mata pelajaran yang belum ia ambil sebelumnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi kali ini Eliza yang biasanya ditemani oleh Reya dan Yana hanya sendirian ke perpustakaan, dengan tujuan meminjam buku paket mata pelajaran yang belum ia ambil sebelumnya.

Tersisa dua buku paket yang harus Eliza pilih kali ini, buku paket Penjas dan Seni Budaya. Namun sampai detik ini Eliza masih kesusahan mencari buku paketnya karena beberapa buku paket dihadapannya ada yang berbeda versi dengan kelas yang tertera sama, XI a.k.a 11.

"Buku yang ini atau ini?" gumamnya dilanda kebingungan.

Kiri atau kanan. Setelah beradu pikiran dengan dirinya sendiri, berakhir Eliza memilih buku paket dibagian kanan.

"Salah, yang benar yang ini."

Sosok asing dihadapannya menyodorkan buku paket sebelah kiri tadi pada Eliza.

Eliza mendongak, sosok cowok yang baru saja ia lihat secara langsung. Biasanya Eliza hanya mendengar namanya dan sosoknya dari jauh. Tak pernah berkontak mata secara langsung seperti sekarang ini.

Dia lah si ketua OSIS di sekolahnya itu, namanya Lingga Harsatama, kerap disapa Lingga. Dikenal sosok cowok yang banyak diidamkan beberapa cewek di sekolahnya itu.

"Buku ini yang dipakai sekarang sama kelas 11, buku yang satunya itu versi baru yang bakal dibagiin buat adik kelas kita nanti." ucap Lingga sambil tersenyum.

Eliza reflek tersenyum kala disenyumi oleh Lingga, sambil menerima sodoran buku paket dari Lingga, Eliza langsung malu-malu kucing, "Ohh, kalo gitu makasih yaa. Hampir aja salah buku."

Lingga mengangguk, "Sama-sama, masih ada? Biar gue bantu cariin."

Eliza melotot, "Nggak usah, gue ngerepotin lo."

"Gue yang nawarin diri buat bantuin lo, jadi nggak boleh ditolak."

Eliza terdiam habis itu mengangguk pelan, dengan bibirnya yang tak kuat menahan senyum yang menampakkan giginya. Lingga yang memperlakukannya seperti sosok yang begitu spesial, menurut Eliza, langsung saja di buat salah tingkah. Padahal yang dilakukan Lingga hanyalah perlakuan normal dan pada umumnya dia lakukan ke orang lain.

"Kenalin, nama gue Lingga, dari kelas 11.1. Lo sendiri?" Lingga mengajak Eliza untuk berkenalan, otomatis mereka berjabat tangan.

"Eliza, dari kelas 11.2." selepas berjabat tangan, telapak tangan Eliza langsung berkeringat.

"Katanya lo dari Makassar, ya?"

"Kok tau?"

"Kabar burung dari teman-teman kelas, udah beredar juga."

"Ohh."

Eliza cukup senang karena Lingga sudah mengetahui asal sebelumnya pindah ke Semarang tanpa diberi tahu olehnya.

Lingga berhenti ke sebuah rak buku paket yang menampakkan buku paket kesenian, "Ini buku Seni Budaya, udah nggak ada lagi?" tanya Lingga meyakinkan, Eliza menggeleng pelan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 13, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Intuisi [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang