02. Terang Bulan

82 18 1
                                    

Selain jam istirahat, jam pulang juga yang sangat dinanti-nantikan oleh seluruh murid

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Selain jam istirahat, jam pulang juga yang sangat dinanti-nantikan oleh seluruh murid.

Selama Eliza sekolah di sekolah barunya itu, Yana adalah teman jalannya, mulai berangkat pagi sampai pulang petang. Berbeda dengan Reya yang rumahnya berbeda arah dengan rumah mereka, sedangkan rumah keduanya searah.

Dan mereka bertiga memutuskan untuk berdiri di depan pintu gerbang. Eliza dan Yana bisa saja langsung pulang, tapi alangkah baiknya menemani satu sahabatnya dijemput oleh penjemputnya terlebih dahulu.

Melihat Reya sudah dijemput oleh kakak perempuannya, mereka pun saling melambai tangan dan langsung keluar dari pekarangan sekolah menuju rumah.

Baru saja mereka bergerak melangkah pergi, tiba-tiba pundak Yana tersentak ke depan oleh seseorang yang tak dikenalnya.

"Yana, lo nggak papa?" tanya Eliza khawatir.

Eliza beralih menatap pelaku yang menyenggol Yana barusan, tentunya cowok yang berseragam, dan lencana kelasnya tertera 'XI' yang berarti sepantaran dengannya.

"Kalo jalan tuh hati-hati dong!" tegur Eliza pada cowok itu.

Sedangkan cowok yang baru saja memperbaiki posisi tas ranselnya mengernyit bingung.

Yana menghela napas panjang ketika menyadari pelaku yang membuat pundaknya sakit, "Lagi dan lagi. Kenapa sih lo ketemu sama gue harus bikin ulah!?" bentak Yana begitu kesal pada cowok itu.

Beberapa murid disana nampak memperhatikan mereka bertiga begitu mendengar suara bentakan dari mulut Yana, tak lama kemudian melanjutkan perjalanannya meninggalkan pekarangan sekolah.

"Ya udah maaf."

Kemudian pergi.

Yana terheran-heran dengan sikap cowok itu, "Tuh cowok ngeselin banget anjir." umpatnya. Mendengar kekesalan yang ditahan-tahan, Eliza hanya bisa mengusap lengannya pelan.

"Sabar, Yan. Sabar-sabar."

"Udah muak gue sama si kambing itu!"

Sedangkan di sisi lain, Hariz yang melihat ketiga temannya langsung merangkul pundak Jenan terlebih dahulu.

"Anying kaget! Gue kira lo udah balik." heran Jenan mendapati Hariz yang tiba-tiba merangkulnya dari belakang.

"Lo ninggalin gue anjir, padahal gue bentaran doang bawain buku latihan kelasnya. Nggak bisa ditunggu apa?"

"Gue bukan Agnes ya, yang selalu kuat selama lo gantungin dia dan nungguin lo."

Intuisi [ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang